Pagi yang cerah di Yogyakarta, bisa dibilang saya merintih sendiri ditelan deru kota Yogyakarta, karena kepergian Kak Mel ke Bekasi, alhasil setelah saya mandi dan bersiap-siap dan beberes barang-barang, saya iseng memesan nasi kebuli dari ojek daring yang kebetulan harganya cocok dan enak, selesai sarapan saya turun ke bawah untuk basa-basi dengan resepsionis tentang lokasi ekspedisi yang dekat, sebenarnya jawaban mereka tidak membantu tetapi saya iyakan saja, karena kepentingan saya sebenarnya ke resepsionis ingin meminta late check-out.
Selesai urusan dari resepsionis, saya pun naik untuk mengambil carrier yang ditinggalkan kak Mel dan pergi ke ekspedisi untuk mengirim carrier tersebut dan syukurlah di dekat hotel ada ekspedisi yang bisa kargo dan harganya relatif murah, selain itu saya juga tidak perlu capai-capai menggotong-gotong carrier yang amat berat, menurut saya masih terjangkau bahkan saya tambah karung agar semakin aman (itupun katanya carriernya kotor pas tiba ditujuan). Total 16 KG saya bayar Rp80.000, masih tergolong murah lah daripada sata mengirim paket valentine dari Jakarta ke Yogyakarta (Umbulharjo) harganya juga segitu dan hanya 1,5 KG pulak.
Pulangnya, saya jalan kaki ke hotel hitung-hitung olahraga, dan tiba di hotel saya basa-basi lagi dengan resepsionis yang kebetulan kali itu adalah dua orang perempuan, hanya saja mereka terlihat masih kikuk, hal ini berbeda dengan resepsionis di hotel "berlogo warna biru" yang satu area dengan Mal Malioboro, walaupun hotelnya baru tetapi terlihat lebih profesional dan good-looking, sebenarnya saya tertarik dengan mbak di hotel "berlogo warna biru" tersebut karena manis dan kalem, tetapi sayang dianya yang enggak mau sama gua.
Saya pun naik lift, tiba-tiba ada telepon dari Ibu Riay yang mengabarkan bahwa beliau hendak datang ke hotel tempat saya menginap untuk belajar yang membahas soal tes SKD untuk persiapan tes seleksi CPNS besok di Asrama Haji Donohudan di Boyolali (sama dengan Kak Mel kemarin). Singkat cerita Ibu Riay datang ke hotel dan membahas beberapa soal yang kemungkinan akan keluar dalam tes besok yang diakhiri dengan bernarsis ria di sudut-sudut interior hotel yang bisa dibilang cukup instagramable.
Kemudian, saya check-out dari hotel tersebut dan saya ditawarkan oleh Ibu Riay untuk ikut ke rumahnya, kebetulan saya lagi tidak ada arah yang jelas karena galau mau pulang, maka saya mengiyakan untuk ikut beliau, ternyata sebelum ke rumahnya, beliau mampir sebentar di lapangan Sidokabul untuk bertemu dengan kawannya yang kebetulan akan mengikuti tes CPNS satu saja namanya Mas Ar.
Rencananya Mas Ar naik motor bersama ibunya dari Yogyakarta, dan Ibu Riay awalnya hendak naik kereta api, tetapi takdir berkata lain karena tiket kereta yang mengarah ke Solo sudah penuh serta ada pertimbangan ribet harus memesan transportasi daring lagi dari/ke stasiun-penginapan-asrama bolak balik, akhirnya Ibu Riay memutuskan untuk motoran ke Solo dengan segala konsekuensi.
Pemandangan dari Kamar |
Selesai urusan dari resepsionis, saya pun naik untuk mengambil carrier yang ditinggalkan kak Mel dan pergi ke ekspedisi untuk mengirim carrier tersebut dan syukurlah di dekat hotel ada ekspedisi yang bisa kargo dan harganya relatif murah, selain itu saya juga tidak perlu capai-capai menggotong-gotong carrier yang amat berat, menurut saya masih terjangkau bahkan saya tambah karung agar semakin aman (itupun katanya carriernya kotor pas tiba ditujuan). Total 16 KG saya bayar Rp80.000, masih tergolong murah lah daripada sata mengirim paket valentine dari Jakarta ke Yogyakarta (Umbulharjo) harganya juga segitu dan hanya 1,5 KG pulak.
Carrier |
Pulangnya, saya jalan kaki ke hotel hitung-hitung olahraga, dan tiba di hotel saya basa-basi lagi dengan resepsionis yang kebetulan kali itu adalah dua orang perempuan, hanya saja mereka terlihat masih kikuk, hal ini berbeda dengan resepsionis di hotel "berlogo warna biru" yang satu area dengan Mal Malioboro, walaupun hotelnya baru tetapi terlihat lebih profesional dan good-looking, sebenarnya saya tertarik dengan mbak di hotel "berlogo warna biru" tersebut karena manis dan kalem, tetapi sayang dianya yang enggak mau sama gua.
Saya pun naik lift, tiba-tiba ada telepon dari Ibu Riay yang mengabarkan bahwa beliau hendak datang ke hotel tempat saya menginap untuk belajar yang membahas soal tes SKD untuk persiapan tes seleksi CPNS besok di Asrama Haji Donohudan di Boyolali (sama dengan Kak Mel kemarin). Singkat cerita Ibu Riay datang ke hotel dan membahas beberapa soal yang kemungkinan akan keluar dalam tes besok yang diakhiri dengan bernarsis ria di sudut-sudut interior hotel yang bisa dibilang cukup instagramable.
Ini Ibu Riay |
Kemudian, saya check-out dari hotel tersebut dan saya ditawarkan oleh Ibu Riay untuk ikut ke rumahnya, kebetulan saya lagi tidak ada arah yang jelas karena galau mau pulang, maka saya mengiyakan untuk ikut beliau, ternyata sebelum ke rumahnya, beliau mampir sebentar di lapangan Sidokabul untuk bertemu dengan kawannya yang kebetulan akan mengikuti tes CPNS satu saja namanya Mas Ar.
Lapangan Sidokabul (Sumber : Google Street View / Maps) |
Rencananya Mas Ar naik motor bersama ibunya dari Yogyakarta, dan Ibu Riay awalnya hendak naik kereta api, tetapi takdir berkata lain karena tiket kereta yang mengarah ke Solo sudah penuh serta ada pertimbangan ribet harus memesan transportasi daring lagi dari/ke stasiun-penginapan-asrama bolak balik, akhirnya Ibu Riay memutuskan untuk motoran ke Solo dengan segala konsekuensi.
Kamipun berpisah dengan Mas Ar, dan saya dibawa ke rumah tempat Ibu Riay tinggal di dekat sana, dan saya di suruh duduk di depan cukup lama sembari Ibu Riay bersiap-siap (mana tidak ada kudapan wedangan wkwk), dan dapat dikatakan, saya terdampar di rumah pamannya Ibu Riay kira-kira hampir dua jam tanpa tujuan karena saya pun juga masih bingung mau pulang hari itu atau pulang besok, dan selama menunggu di luar saya lebih memilih bertelepon dengan kawan saya karena orang rumah pun tidak tahu saya ada di mana.
Saya pun dipinjamkan helm untuk menempuh perjalanan yang lumayan jauh, kira-kira 60 KM di kala hujan yang lumayan deras, dan dengan mengucap bismillah dari daerah Umbulharjo, dan perjalanan (yang sama sekali tidak direncanakan) pun dimulai. Catatan: Saya menyebutnya perjalanan ini misi juga, karena menemani Ibu Riay menuju Boyolali untuk tes di Asrama Haji Donohudan. Dan misi kali ini tetap dirahasiakan, tidak ada yang tahu bahkan Kak Mel, Budhonk, dkk sekalipun. Maka, saya sebut ini perjalanan ke Donohudan bagian kedua.
Dari tempat tinggal Ibu Riay, kamipun berangkat ke Gembira Loka untuk menemui kawannya Ibu Riay, sebut saja Ibu Vin yang telah menunggu agak lama di dekat sana, dari sana kami berjalan menuju arah Maguwo untuk menemui seorang kawannya lagi, sebut saja Ibu Ris.
Kami datang ke rumah Ibu Ris dan kemungkinan duduk-duduk sebentar, dan ternyata kami disuguhkan wedang putih (air putih) oleh sang tuan rumah serta bertemu dengan (kemungkinan) ibunda dari Ibu Ris, kamipun salim kepada beliau hitung-hitung meminta restu agar selamat sampai tujuan, karena hari yang semakin deras hujannya. Perjalanan yang sebenarnya pun dimulai.
Dari rumah Ibu Ris, awalnya kami melewati jalan kecil lintas kabupaten terlebih dahulu, yang tembusnya adalah menuju jalan arteri utama antar provinsi (kalau berdasarkan jenisnya namanya Jalan Nasional - Rute 15) yang merupakan penghubung utama antara Provinsi DIY dan Provinsi Jawa Tengah, dan baru 2/5 perjalanan ternyata hujan badai sehingga perjalanan harus berhenti sejenak untuk mengenakan mantel, dan untuk pertama kalinya mantel saya terpakai juga, dan memang mutunya bagus karena ringan dan tidak bau serta cepat kering.
Jalan Solo (Sumber : Google Street View / Maps) |
Dengan menembus hujan yang deras, kamipun sempat tanya jawab tentang soal CPNS di jalan, seperti apa peran Samanhudi, Sarikat Islam, dll yang secara logika hal itu agak tidak bisa dinalar karena naik motor yang anginnya kencang, serta hujan tapi bisa tanya jawab, dan sepertinya soal yang saya tanyakan ada yang keluar, menurut saya momen seperti ini ada kesan tersendiri walaupun setelahnya kami tidak melanjutkan tanya jawab karena angin semakin kencang dan tidak kedengaran apa-apa.
Kondisi Jalan |
Dan setelah beberapa waktu kemudian, kami dapat berhasil tiba di Boyolali walaupun ada sempat saling tunggu karena komunikasi yang kurang lancar, dan melewati jalan yang gelap serta berlubang akhirnya kami dapat tiba di Donohudan (lagi), dan langsung memarkirkan kendaraan di tempat yang telah disediakan, kemudian melihat gedung asrama (lagi) yang akan ditempati oleh Ibu Vin dan Ibu Riska yang ternyata masih sepi dan kosong serta tidak ada colokan listrik sehingga rasanya amat merana, tetapi syukurlah di ruang tetangga ada yang tinggal dan kebetulan laki-laki jadi mereka tidak sepi-sepi amat.
Dikarenakan perut yang sudah lapar, maka dari asrama kamipun mencari makan keluar dan menemukan ayam geprek di depan Donohudan. Tiba di restoran, kami memesan paket geprek yang harganya terlihat murah apalagi paketan, dan sambil menunggu Ibu Riay terlihat terkesima keheranan dengan jari saya yang lentik seperti seorang wanita, alhasil tangan kami berempat di foto dari atas dan dimasukkan ke status Whatsapp nya Ibu Riay dan para relasi yang melihat statusnya disuruh menebak apakah ada tangan cowok di dalam foto tersebut, ternyata jawabannya mencenangkan, yaitu malah tangan Ibu Riay sendiri yang dianggap tangan cowok. Wah..
Selesai makan, kamipun berputar-putar area asrama dan hitung-hitung sebagai gladi bersih agar tidak kagok keesokan harinya, seperti lokasi pendaftaran peserta, penitipan barang, bahkan tempat dikumpulkannya para peserta tes untuk menonton video penyuluhan dari BKN sebelum para peserta tersebut didistribusikan ke ruang ujian/tes. Menurut saya, penyelenggaraan tes SKD CPNS Jawa Tengah sudah baik, apalagi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Suasana Ruang Tunggu Peserta |
Kutipan di Donohudan |
Kamipun cus dengan mengandalkan peta walaupun ada insiden muter-muter, akhirnya tiba ditujuan, alamat penginapan yang dituju ternyata salah karena tidak ada embel-embel 'syariah', dan jarak antara penginapan yang "near Manahan" dan "Syariah near Manahan" agak jauh, sehingga ada rasa tidak enak juga dengan temannnya Ibu Riay (Mas Ar) karena posisinya tidak saling berdekatan, tetapi untungnya melesetnya tidak begitu jauh. Akhirnya kamipun berjalan ke arah penginapan yang benar, yaitu "Syariah near Manahan"
Dengan bantuan peta yang ternyata muter-muter lagi, akhirnya kami sukses tiba di penginapan yang ada embel-embel 'syariah' tersebut yang bentuknya seperti kos-kosan dan tertutup pagar, sayangnya penginapan ini ternyata sudah penuh sehingga saya tidak dapat kamar di situ, sebenarnya bapaknya yang mengelola itu baik sampai mencarikan saya hotel atau penginapan yang dekat atau di sekitar sini hingga menelepon marketing dari "Pintu Merah" dan tentunya harganya yang murah, sembari Ibu Riay mengobrol dengan temannya itu (dan teman lama yang tidak sengaja bettemu di sana). Karena hari sudah semakin larut, saya persilakan untuk Ibu Riay dan temannya beristirahat duluan apalagi besok paginya mereka harus tes.
Penginapan yang Diinapi Ibu Riay |
Dan saya masih berkutat mencari penginapan yang harganya sudah tidak masuk akal sambil mengobrol dengan bapak pengelola, hingga pada akhirnya dapat wangsit ada yang bisikin suruh buka aplikasi ALL Accor, dan benar saja ketika saya telusuri harganya lagi miring. Keputusan bulat, akhirnya saya menginap di Ibis Styles Solo, sayapun berpamitan dengan bapak penjaga penginapan dan langsung cus dengan ojek daring menuju hotel tempat saya menginap, dengan tampang lusuh dan mantel hujan yang mengjuntai, resepsionis memandang saya sinis apalagi mereka sedang ngerumpi ramai-ramai, bukannya disambut malah disinis, langsung saya kasih KTP dan kartu member dan sekalian minta voucher welcome drink karena haus. Don't judge by its cover bro.
Karena member, saya dapat menukarkan minuman tersebut di bar yang ada di lobi, saya minta mocktail yang menyegarkan walaupun saya lupa tenggorokan saya lagi seret dan baru kehujanan, tetapi demi konten saya lakoni. Rasanya sebenarnya lumayan enak hanya bikin tenggorokan seret sambil beristirahat sebentar di sofa. Seusai minum, saya langsung naik lift menuju kamar, dan langsung membersihkan diri dan menjemur mantel, sepatu serta kaus kaki yang baunya semerbak harum itu di angin-angin AC. Gilak puas banget 200.000 lebih tiga ribu dapatnya hotel yang lumayan besar.
Mocktail |
Ruang Kamar |
Selamat tidur. Bonus, bahwa saya mendapatkan harga miring dalam pembelian kamar hotel kemarin :
Komentar
Posting Komentar