[Perjalanan Donohudan II] - Misi Utama : Hari Tes SKD CPNS Ibu Riay dan Pasca Tes (7)

Pagi hari yang cukup melelahkan di Kota Solo karena efek perjalanan hujan-hujanan naik motor, saya pun terbangun dan memutuskan untuk langsung mandi karena waktu sudah agak siang dan juga saya ingin melihat bagaimana proses pengerjaan tes SKD dari Ibu Riay, selesai mandi saya pun beberes kamar agar rapi dan menyempatkan diri untuk menyeterika pakaian-pakaian saya yang kusut di hotel, syukurlah hotel yang saya inapi terdapat meja seterika walaupun di lantai 9 agak rusak, sehingga saya berlari ke lantai 5 yang seterikanya bisa digunakan dengan baik.

Ketika semua sudah beres dan siap, saya langsung memesan ojek daring menuju Donohudan untuk melihat proses tes Ibu Riay yang sedang melaksanakan tes SKD, dan karena perut saya sudah berdendang keroncongan, tiba di Donohudan saya langsung menuju tempat jualan makanan (food stall) di dekat miniatur Ka'bah dan tujuan saya adalah warung bakso karena mau cari yang praktis dan simpel, walaupun konyolnya saya ada miskomunikasi dengan penjualnya.

Ceritanya saya ingin makan bakso polos tanpa mie,

Saya      : Saya minta seporsi bakso polosan tidak pakai apa-apa, hanya bakso dan kuah saja
Penjual  : Hah, ini bakso sapi bukan bakso polos 
Saya      : Iya tahu maksudnya porsi baksonya polos saja, bakso kuah tok
Penjual  : Yang polos ada di sebelah namanya bakso cilok, ini bukan bakso polos
Saya      : Iyaaa tahu, maksudnya bakso tidak pake apa-apa, tidak pakai sayur dan kuah zzz
Penjual  : Oh maksudnya bakso tidak pakai mie dan sayur ya, oke.
Saya      : Iya, daritadi kan sudah ngomong -_-

Sambil menunggu, saya ditemani oleh musik lawas dari Peterpan (anak sekarang tahunya Noah), dengan album Bintang di Surga, saya tahu banget lagu-lagunya karena pada masanya sangat fenomenal, dan ketika saya menikmati lagu yang dinyanyikan Peterpan, bakso yang saya pesan pun datang menghampiri saya itupun bentuknya tidak menarik karena isinya lemak dan minyak semua, benar-benar sangat "sehat".

Bakso

Ternyata bakso yang saya makan itu sangat mendidih airnya sehingga lidah saya terbakar, sudah begitu baksonya juga isinya lemak semua, waduh benar-benar apes saya, tetapi syukurlah lagu Peterpan membuat perasaan saya tidak jelek karena lagunya enak didengar dan menimbulkan suatu inspirasi untuk membuat karya film pendek yang telah saya rekam sebelumnya, serta ada lagu yang membuat saya semakin semangat dalam menjalani hidup. (2DSD), dan lagu Kukatakan Dengan Indah yang memang liriknya cukup ngena.



Pukul 10, Ibu Riay dkk telah selesai mengikuti tes, dan saya melihat di televisi livescore ternyata hasilnya tidak sesuai dengan apa yang saya harapkan, nilai TWK dan TKP nya jeblok sehingga dapat dipastikan beliau tidak lulus (TL) karena belum memenuhi nilai kriteria minimum (passing grade) karena soal yang telah dipelajari seperti Pancasila tidak ada yang keluar dan dapatnya rata-rata adalah penalaran, sedangkan teman-temannya malah dapat banyak soal Pancasila. Wah jadi sedih juga saya, mungkin memang belum jodohnya untuk tahun itu. Beliau langsung membuka website job hunter sebagai alternatif.

Selesai tes, kamipun bergabung mencari makan pagi di SOC Chicken yang terletak di depan asrama haji Donohudan, hingga bapaknya kenal dengan saya karena saking seringnya, dan saya lupa kalau saya sudah makan bakso tadi pantesan rasanya kenyang. Selepas makan kami balik ke asrama untuk ganti pakaian dan bersiap-siap mengambil motor, katanya mau jalan-jalan ke Mal Solo Paragon.

Kenang-kenangan Sebelum Cabut
See you again Donohudan !
---

Pulang dari Donohudan dan dengan mengandalkan peta daring, kami mencari jalan menuju Solo Paragon, sayangnya kami malah diputar-putar jauh bahkan hingga Colomadu yang dibuktikan dengan melewati gedung De' Tjolomadoe (ex. Pabrik Gula Colomadu) di Colomadu, Karanganyar yang menurut saya sudah terlalu jauh, akhirnya Ibu Riay pun memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi, itupun nyaris menabrak mobil yang mau masuk jalur cepat, tetapi karena kesigapannya beliau bisa menghindari mobil tersebut, alhamdulillah.

De Tjolomadoe

Namun, ketika motor kami hendak masuk ke jalur lambat, ada sekelompok anak sekolah yang naik sepeda ugal-ugalan yang diduga sedang belajar sepeda, dan bukannya mereka berhenti malah bablas terus dan akhirnya menabrak sepeda motor yang untungnya kami dalam posisi berhenti, coba kalau jalan pasti celaka semua, dan alhasil Ibu Riay pun memandang sambil menegur para anak sekolah tersebut, dan yang lucunya yang minta maaf malah yang ngebonceng, dan sambil "nggih nggih".

Tempat Kejadian

Syukurlah saat itu kami berdua selamat, dan kami melanjutkan perjalanan menuju Solo Paragon.

Solo Paragon, mal yang lumayan besar pada eranya tetapi sekarang sudah terlihat sepuh jika dibandingkan dengan mal-mal baru di Solo dan sekitarnya, terutama Solo Baru, namun masih terasa aura mahalnya, karena tokonya sebagian besar mirip dengan mal di Jakarta, kemudian kami memutuskan untuk berputar sebentar dan duduk-duduk di atas, yang lain membeli cemilan ayam sedangkan saya cukup minum Tong Tji saja karena murah.


Solo Paragon

Lama kemudian, kamipun beranjak dari food court menuju ATM untuk menemani Ibu Vin membayar tagihan teleponnya yang jatuh tempo dengan dilanjutkan pergi dari sini untuk menuju hotel tempat saya menginap, sekalian mereka bisa beristirahat sejenak. Dan benar saja, sebagian dari mereka baterai ponselnya habis sehingga dapat mengisi daya hingga penuh, bahkan Ibu Riay pun bernarsis ria di kamar bahkan hingga tertidur kira-kira 20 menit karena terdongeng dari pembicaraan kami.

Hotel Ibis Styles

Hari pun sudah menunjukkan sore, dan kala itu Solo dilanda hujan tetapi kami tetap nekat berangkat ke Yogyakarta, awalnya dari Kartasura masih cerah dan panas bahkan Ibu Riay sampai lepas mantel, namun tidak terlalu lama setelah melepas jaket, ternyata belum jauh dari Kartasura ternyata hujan deras lagi sehingga Bu Riay harus mengggunakan mantelnya. Itupun di jalan ada rombongan ''ngiung-ngiung'' yang sepertinya ada orang penting lewat, sepertinya dilihat dari mobilnya adalah rombongan Pak Gubernur Jawa Tengah melaju ke arah Klaten.

Karena belum makan siang dan hujan semakin deras, kamipun singgah di Klaten tepatnya di Bakso Idolaku yang ternyata adalah langganan tanteku karena bersebelahan dengan toko jilbab favoritnya di Klaten. Ketika tiba di tujuan, saya pun langsung memesan bakso kuah polos dengan daging urat semua, Bu Riay memesan bakso kuah dengan daging campur tetapi sayurnya ekstra banyak, sedangkan yang lain bakso komplit, ternyata ketika kami memesan tersebut pegawainya malah keder karena di daftar menu tidak ada tempat untuk menulis catatan, sampai empat orang staf turun tangan karena mereka keder. Ada-ada saja hari itu dengan bakso.

Bakso Favorit

Di sini kami menyantap bakso hangat dengan nikmatnya di kala hujan deras yang dingin sambil berbincang banyak hal, seperti Ibu Ris yang suaminya bekerja di luar kota dan agak jarang pulang sehingga tidur ditemani dengan guling dan pakaian suaminya untuk tombo kangen, sedangkan tiga orang lainnya ya hanya gigit jari karena jomblo jadi hanya bisa membayangkan saja.

Selesai makan bakso Idolaku, kami pun tetap melanjutkan perjalanan di kala hujan yang masih deras ke Yogyakarta, dan saya harus mencari penginapan di motor, walaupun agak membingungkan karena saya mencari penginapan terbaik dan termurah dengan membuka dan membandingkan tiga aplikasi sekaligus, itupun ada kejadian kebablasan dan  harus lewat jalan kampung berbekal peta di ponsel dengan baterai yang sekarat. Syukurlah tempat berhasil ditemukan dan baterai pas kebetulan mati. Terima kasih Ibu Riay mau direpotin di sini.

Sebelum masuk, saya selesaikan pesanan saya di luar hotel, baru bisa check-in dan syukurlah kali itu kondisi penginapannya lebih manusiawi dibanding yang saya inapi kemarin-kemarin di Yogyakarta, padahal kemarin saya cari tidak ketemu penginapan ini, ya mungkin berkah hujan.


Momen yang tidak akan terlupakan, tetap semangat untukmu Ibu Riay!


Bonus
"Ku menatap langit yang tenang, dan takkan menangisi malam, tuk tetap berdiri ku melawan hari ku akan berarti ku takkan mati" - Peterpan



Komentar