[Perjalanan Donohudan II] - Pengalaman Naik KA Bandara Ke Wojo, YIA, Pulang ke Jakarta (8 - Selesai)

Hari ini saya memutuskan untuk bulat pulang ke Jakarta, namun sebenarnya saya masih galau menggunakan transportasi jenis apa untuk ke Jakarta karena faktor cuaca dan harga. Sebelumnya saya ingin mencoba bandara baru di Kulon Progo karena menurut berita katanya lantai tiganya sudah jadi dan bisa digunakan, saya tertarik untuk terbang dari sana menggunakan Batik Air hanya saja harganya masih amat tinggi jadi eman-eman.

Berhubung saya pun masih galau, akhirnya saya tetap memesan tiket kereta api bandara ke Wojo, dan dengan ojek daring saya berangkat ke Stasiun Tugu dan ketika mau masuk bangunan stasiun, dari jauh secara samar-samar ada yang memanggil saya "mas mas mas" tetapi saya tahu mereka  menawarkan donasi sebuah yayasan dan vouchernya dapat digunakan untuk diskon, dan kurang ajar nya ada yang nyeletuk "biarin aja dia tidak punya telinga", lah apaan banget deh.


KA BANDARA YIA 

Agak aneh juga ya kalau dijabarkan jadi Kereta Api Bandara Yogyakarta International Airport, tetapi lebih aneh lagi "KA BANDARA BIAS" jadi Kereta Api Bandara Bandara Internasional Adisumarmo. 

Dengan tiket digital yang telah saya pesan (KA Bandara bisa dipesan di KAI Access ataupun go-show), saya dapat masuk ke stasiun dan menitipkan barang saya di loker yang satu jamnya dikenakan biaya Rp10.000 dan saya sewa tiga jam, seusai menitipkan barang, saya mencoba ruang tunggu kereta bandara di stasiun ini, walaupun ruangannya sederhana tetapi lumayan nyaman karena ada AC, serta fasilitas pendukung yang menurut saya baik seperti kursi dalam jumlah banyak, tempat mencolok listrik (charging station), toilet dengan jumlah yang memadai dan jauh lebih nyaman daripada toilet di Stasiun Tugu untuk KAJJ, bahkan ada mesin check-in untuk pesawat terbang, fasilitas yang baik walaupun sederhana, apalagi jika dibandingkan dengan Railink di Jakarta dan Medan bahkan Stasiun Solo Balapan.

Ruang Tunggu KA Bandara

Fasilitas

Saya mengira rangkaian KRDE nya dari ex. Solo Express yang kursinya nyaman karena kelasnya eksekutif dan mirip seperti Railink di Jakarta dan Padang, dengan colokan serta toilet yang modern serta pendingin ruangan yang prima, 



Yang Saya Bayangkan

Namun, saya lagi apes karena mendapatkan kereta diesel (KRDE) lawas yang kelasnya adalah jenis ekonomi dan juga suasananya sudah terlihat tua walau sudah di-retrofit, mana pendingin ruang atau AC nya juga rusak sehingga sangat panas sehingga saya harus pindah gerbong daripada jadi daging panggang, itupun baju saya tebal sehingga langsung berkeringat.

Realitanya

Ternyata, ada beberapa waktu yang keretanya menggunakan rangkaian ex. Solo Express yang bagus itu, dan sebagian menggunakan KRDE yang lawas seperti saya naiki ini. Ini lebih mirip rangkaian Prameks yang diperbaiki dibanding kereta bandara, kalau tidak salah ini bekas rangkaian kereta dari rute Jawa Timur.


Realita Lagi

Kereta pun berangkat dari Stasiun Yogyakarta menuju Wojo, dan akan berhenti di Stasiun Wates dan Wojo saja, pemandangannya masih terlihat asri dan alami karena letak bandara terletak di desa aslinya. Tiba di Wojo kami harus lanjut dengan shuttle yang digunakan yaitu DAMRI dan alangkah kagetnya saja harganya Rp20.000 padahal dekat, itupun harus menunggu kira-kira 10 menit, agak kurang praktis. Semoga akses rel dari Kedundang ke YIA bisa cepat jadi.

Pemandangan dari Kereta

Bentuk KA di Wojo

Tiba di Bandara Internasional Yogyakarta (YIA), alangkah terkejutnya saya ternyata bandaranya bagus juga pengerjaannya, walaupun saya mengikuti update pembangunannya tetapi kalau melihat bentuk aslinya tetap terkesima, karena bentuk kawungnya bagus, tempat drop-offnya juga lega dan tidak akan kehujanan, bentuk bangunannya bagus bahkan ada tiruan Tamansari di dalamnya, serta tiruan lawang papat, benar-benar terasa lokalnya, walaupun secara arsitektural sebenarnya biasa saja tetapi pengemasannya baik. Bravo Angkasa Pura 1.

Sayangnya, pengunjung yang bukan penumpang tidak boleh masuk ke dalam area bandara, sehingga saya harus gigit jari dan langsung pulang ke Yogyakarta, tetapi sebelumnya saya mengambil foto-foto dahulu untuk kenang-kenangan.





Kembali ke Yogya, saya naik DAMRI lagi seharga Rp20.000 dan harus menunggu kereta api di Stasiun Wojo kira-kira satu jam lebih karena jadwalnya masih jarang, waktu menunggu saya manfaatkan untuk bawa bekal dari sarapan yang tadi saya sisihkan, dan begitu saya ingin mencari minum ternyata di Stasiun Wojo tidak ada minimarket, tetapi warung kecil, ya lumayan lah daripada tidak ada yang jualan sama sekali. Hitung-hitung membantu ekonomi masyarakat lokal.

Singkat cerita saya naik kereta yang sama lagi (panas juga) dan tiba di Tugu dan mengambil barang yang saya titipkan (itupun kena biaya tambahan sejam karena efek menunggu kereta api), kemudian menyempatkan diri untuk pergi ke Mal Malioboro sebentar untuk membeli bakpia kukus yang lagi viral itu, tetapi sayangnya bakpia kukus tersebut sudah habis, akhirnya saya langsung berniat pergi ke bandara dengan harapan ada toko bakpia kukus tersebut di sana, berhubung harga transportasi aplikasi daring ke bandara amat mahal dan uang saya habis, akhirnya saya naik TransJogja ke Adisutjipto dan lumayan nyaman dan cepat juga.

PULANG

Tiba di bandara, saya check-in terlebih dahulu untuk mendapatkan boarding pass, kemudian keluar sebentar untuk membeli bakpia kukus yang untungnya harganya sama dengan di kota, serta makan malam di makanan cepat saji inisialnya sebut saja AW wkwk, dan langsung terkejut saya bayarnya mahal sekali padahal hanya paket burger dan rootbeer saja.

Sengaja saya berangkat dari Adisutjipto karena yang pertama adalah masalah harga, dan yang kedua adalah sebelum bandaranya pindah ke Kulon Progo atau YIA.

Check-In

Makan Malam dan Oleh-oleh


Kelar makan malam, saya masuk ke area ruang tunggu, dan mata saya terbelalak karena penerbangan saya terlambat dua lebih, untungnya dapat kompensasi ayam goreng merek lokal dengan isi sayap dengan nasi beserta air gelas kemasan, ya lumayan lah daripada hanya sekadar roti tok, padahal badan sudah lelah dan ingin cepat pulang juga. Tetapi karena saya sudah memilih penerbangan si singa angop, maka saya sudah siap dengan segala konsekuensinya.

Bah

Kompensasi
Di sisi lain, ada seorang wanita di hadapan saya yang terlihat mereka berdua adalah anak gaul Jakarta, yang satu terlihat kalem dan yang satu memang agak 'berani', dan si 'berani' tersebut tanpa tendeng aling-aling ganti baju di ruang tunggu karena dia sebelumnya pakai baju dan roknya kurang bahan, memang sih gantinya ditutupin tetapi kok ya tidak di kamar mandi saja, sudah gitu pas dia pas taruh baju nunduknya enggak dikira-kira sampai roknya kekibas ke atas dan akhirnya bakekok, anjirlah malah gua yang malu gile sampe gua yang menyingkir pindah tempat, padahal gua lagi liat hape tapi ketara banget dia engga tau malunya.

Setelah lama menunggu, akhirnya panggilan boarding pun sudah dilakukan dan saya antre paling gercep dan sudah siap untuk rebutan overhead cabin karena barang saya banyak, tetapi ndelalah pesawatnya ternyata lumayan kosong (mungkin efek korona COVID-19) bahkan pramugarinya menyuruh saya harus dipindah ke tempat yang lain untuk kestabilan pesawat, dan syukurlah dapatnya adalah lorong jendela darurat, tetapi tidak enaknya belakang saya ternyata si cewek tadi, berisik parah euy karena ternyata dia bohong kalau ngakunya dia ada acara nginep di kampus dan minta dijemput, tetapi karena pesawatnya terlambat jadi dia bingung dan panik karena ternyata nyokapnya sudah menjemput. Hadeh...

Di penerbangan yang singkat ini, saya pun tidur dengan nikmat karena badan lelah sekali, apalagi dapat satu deret, serasa naik pesawat kelas utama wakakak.

Mantap

Pesawat Nan Sepi

Selesai sudah misi ku ! 
Terima kasih telah membaca kisah saya yang rumit ini, 

Sebenarnya misi utama saya pergi itu bukan untuk mengantarkan atau menemani orang ke Donohudan, tetapi misi utama ini menurut saya sukses berat dan sesuai dengan ekspetasi saya, kira-kira apa hayo? Biarkan para pembaca yang menebak sendiri, dan saya senang serta semoga kita dapat bertemu lagi ya......

Oh iya, bagi yang memencet "klik di sini" jangan lupa tab internetnya ditutup, takutnya lemot karena dia buka banyak tab. 

==ramadolan==



Komentar