[Perjalanan Donohudan I] - Prolog dan Awal Perjalanan Bermula (1)

PROLOG

Sebenarnya saya memang sudah merencanakan waktu dan biaya untuk berlibur ke Yogyakarta karena baru dapat bonus dan kangen akan sesuatu, kebetulan saya dikasih waktu tujuh hari untuk berlibur, tetapi sayangnya liburan tersebut harus tertunda karena saya harus mengikuti tes seleksi kompetensi dasar Calon Pegawai Negeri Sipil (SKD CPNS) di suatu kemeterian. Di sisi lain ada sahabat saya dari Riau yang bernama Kak Mel juga akan mengikuti tes di Jawa Tengah tetapi mendaratnya lewat Soekarno Hatta karena lebih murah dan berhubung Kak Mel tidak ada kawan siapa-siapa di sana maka saya membantu untuk menemani toh juga nanti ke Yogyakarta juga.

Dan saya anggap ini adalah suatu misi, yaitu menemani Kak Mel selama tes, dan mendukung dan membantu apa yang bisa saya bantu, dan misi ini adalah misi rahasia, dan boleh diberi tahu jika urusan tes sudah selesai. Kak Mel terbang ke Jakarta hari Kamis pada tanggal 20-02-2020, tanggal yang cantik dan juga saya harus mengikuti tes SKD CPNS.

Oh iya, untuk perjalanan ini saya tidak berharap saya bertemu siapa dan berencana mau ngapain, karena yang sudah-sudah malah banyak gagalnya, sedangkan yang tidak diharap malah bisa bertemu dengan relasi saya seperti Kak Mel di Pekanbaru, Riau dan Ibu Riay di Yogyakarta tanpa janjian/direncanakan sama sekali, jadi mengalir seperti air. Semua tokoh dibuat nama samaran dan fotonya tidak terlihat untuk privasi.

PRA-PERJALANAN

Pada hari Kamis yang menegangkan, saya sudah bersiap-siap untuk berangkat menuju Pandepokan Pencak Silat di Taman Mini Indonesia Indah untuk mengikuti tes seleksi penerimaan CPNS pada suatu kementerian di Indonesia, dan memang hari itu sedang hujan sehingga agak basah-basahan tetapi tidak menyurutkan niat saya untuk menggapai cita-cita.

Masuk ke dalam tempat pelaksanaan, ternyata harus mengikuti prosedur seperti memberikan KTP, absensi, menitipkan dan mengosongkan barang yang ada di tubuh kita, dan celakanya saya kebelet buang air kecil dan di dalam tidak ada toilet, wah amsyong. Ternyata dari sana pun kita harus menonton video penyuluhan dari BKN yang diulang-ulang, membuat ngantuk. 

Ternyata soalnya tidak sulit, tetapi amat panjang dan sangat membutuhkan penalaran seperti soal Tes Kepribadian (TKP), dan berujung pada kehabisan waktu, solusi yang paling tepat dalam mengerjakan tes kali itu adalah tembak jawaban sebanyak 40 soal, walaupun tidak sepenuhnya menembak tetapi saya batasi maksimum baca per soal 30 detik.



Pas selesai, hasilnya kurang menggembirakan, tidak begitu bagus dan rangkingnya agak dibawah sehingga sempat down juga, sudah begitu untuk pengambilan barang antreannya benar-benar tidak dikoordinasikan sehingga mengular panjang (di beberapa instansi dibagi berdasarkan nomor genap dan ganjil serta mejanya banyak, kalau ini hanya satu pos saja).

Ternyata, mas ku juga ikutan tes, nilainya lumayan untuk yang tidak belajar sama sekali dan itupun nyaris terlambat (pukul 9.55 baru datang dan registrasi), TIU nya tinggi namun sayang sekali TWK nya anjlok kurang 5 poin sehingga dapat dipastikan Tidak Lulus (TL), namun saya sendiri tidak bisa tenang menunggu hasil karena hasilnya tidak maksimal.

Pulangnya, saya nebeng mas ku ke arah kantornya, kemudian lanjut dengan transportasi daring menuju rumah, setibanya di rumah menyempatkan diri untuk makan siang, mengobrol singkat dan mengangkat kasur yang digunakan mas bos, serta langsung mandi dan berangkat, karena saya harus menjemput sahabat saya yang bernama Kak Mel.

PERJALANAN PUN DIMULAI...

Rencananya saya ingin pergi dengan menggunakan DAMRI, tetapi dikarenakan waktunya mepet akhirnya diputuskan untuk menggunakan transportasi daring dan itupun sudah bisa ditebak karena macetnya luar biasa terutama di tol pelabuhan. Dan lama kemudian, saya tiba di bandara dan langsung bertemu dengan Kak Mel yang mukanya lemas karena lapar dan menahan hasrat untuk buang air, akhirnya saya pun duduk dan menjaga barang-barangnya sedangkan Kak Mel lari ke minimarket dan toilet untuk menuntaskan semua urusannya,

Stasiun KA Bandara

Setelah urusan Kak Mel selesai, kami berjalan menuju Stasiun Pasar Senen dengan menggunakan KA Railink (KA Bandara) yang sebelumnya harus melalui kalayang dari Terminal 2 menuju Stasiun KA Bandara, dan dilanjutkan dengan naik kereta api menuju Stasiun Sudirman, syukurlah pada saat itu kondisi kereta api lumayan sepi sehingga perjalanan terasa nyaman, perjalanan ditempuh dalam waktu satu jam kurang sedikit, dan di sana terlihat Kak Mel pikirannya agak kosong.

KA Bandara
Tiba di Stasiun Sudirman (BNI City), kami menyempatkan diri dahulu untuk makan di KFC karena restoran yang tersedia di stasiun hanya KFC, sedangkan restoran lain sudah rontok semua karena tidak begitu laku faktor stasiun yang sepi juga, agak disayangkan. Selesai makan malam, kami pun turun dan berjalan agak jauh untuk mencari transportasi daring menuju Senen, tetapi saya agak ngide dengan melewatkan dahulu ke kolong Dukuh Bawah yang sekarang tidak bisa dilalui mobil, tetapi dihiasi oleh mural dan lampu hias yang dapat berubah warna (lighting mood) dan memang keren, saya baru pertama kali juga kemari.

Inilah Rupa Kak Mel di Dukuh Bawah
Seusai mengunjungi underpass Dukuh Bawah, saya mengajak Kak Mel untuk naik MRT atau kereta bawah tanah menuju Stasiun Bundaran HI agar lebih mudah memesan transportasi daring menuju Stasiun Senen dan juga sebagai pengalaman baru untuk Kak Mel, dan dikarenakan kartu prabayar saya habis saldo, maka saya pun mau tidak mau membeli tiket baru, dan lucunya mbaknya yang melayani pembelian tiket agak kurang konek dengan apa yang saya bicarakan, saya minta dua tiket dikasihnya satu dan mau ke Bundaran HI kenapa jadi ke Senayan.

Selesai pembelian tiket, kamipun turun ke bawah untuk menjangkau kereta yang akan mengantarkan kami ke Stasiun Bundaran HI, syukurlah keretanya datang cepat sehingga kami tidak harus menunggu lama, karena waktu keberangkatan kami sudah agak mepet sebenarnya, tetapi tetap stay cool di hadapan Kak Mel.

Naik MRT
Singkat cerita, kamipun tiba di Stasiun Bundaran HI dan langsung memesan transportasi daring menuju Stasiun Senen dari depan Kedubes Jepang agar patokannya mudah dicari, kami mendapatkan pengemudi yang sudah sepuh namun tahu jalan dengan baik tanpa bantuan GPS, walaupun ujung-ujungnya kena macet di lampu merah Senen selama 20 menit dikarenakan proyek underpass 2 dan juga jam pulang kerja.

Kak Mel di Jakarta

Syukurlah, kami tiba di Stasiun Senen tepat waktu dan tidak terburu-buru, jadi lebih santai dan tidak capai, untuk perjalanan ke Solo kami menggunakan kereta api Mataram kelas bisnis, sengaja tidak naik ekonomi dikarenakan butuh kenyamanan, dan itupun harganya cukup tinggi, efek tiket pesawat yang mahal menjadikan harga tiket kereta api ikut melonjak.



Di kereta api, kami pun mengobrol, dan sempat memejamkan mata tetapi tidak bisa tertidur pulas karena berisik dan tidak nyaman, dan tidak ada kisah yang dapat diceritakan di dalam kereta, kereta bisnis yang saya naiki masih terasa seperti zaman dahulu kala dan tidak ada perubahan, walaupun begitu bangku dan kenyamananya menurut saya jauh lebih nyaman dibandingkan dengan ekonomi premium.

Walau begitu, saya tetap turun di beberapa stasiun besar untuk merebahkan badan karena pegal jika harus duduk terus, hitung-hitung melihat suasana yang berbeda di setiap daerahnya, seperti di Cirebon yang penumpangnya kebanyakan ngomong bahasa Sunda, di Kroya dan Purwokerto bahasanya ngapak dan selain itu ternyata banyak juga yang sudah mengenakan pakaian hitam putih, tanda mereka akan mengikuti tes SKD CPNS.

Komentar