Kisah ini agak geblek sebenarnya, makanya judulnya jadi seperti FTV di Indosiar, namun kali ini bukan cerita fiksi, tetapi benar-benar nyata yang saya alami sendiri.
Gambaran Tangah Kota |
----
Hari itu saya janjian dan bertemu dengan teman saya, sebut saja namanya Yuwi yang berasal dari luar kota, saya janjian dengannya di daerah tengah kota sambil melihat demo sebentar, lalu nongkrong di suatu restoran, malamnya Yuwi dijemput oleh keluarganya yaitu kakak sepupu dari teman saya ini sebut saja namanya Kak Dara dan temen Kak Dara yang bernama Mas Idru yang nyetir mobil, tetapi saya disuruh ikut menemani mereka, kalau Yuwi pulang ikut Kak Dara maka yang ada tidak akan keburu untuk naik kereta karena jarak dari rumah Kak Dara ke stasiun sangat jauh, maka diputuskan Yuwi menginap saja di daerah dekat stasiun keberangkatannya.
Akhirnya, Kak Dara mencarikan penginapan untuk Yuwi di dekat stasiun kereta, sebenarnya ada pilihan penginapan yang lebih baik walau harganya lebih murah, tetapi mungkin dikarenakan Kak Dara 'kurang pengalaman' maka yang dipilih adalah hotel tua dengan alasan lebih dekat ke stasiun (walau sebenarnya jauh juga), hotelnya memang agak besar dan bagus pada masanya tetapi apa yang bisa diharapkan dari hotel tua ? Sudah dapat kamar di ujung, lantai tiga, tetapi tidak ada lift karena hotel ini menurut saya hanya bintang dua, begitu masuk kamar ya tentunya bisa ditebak, kamarnya berdebu dan kamar mandinya juga tua, yang baru hanya televisi layar datar yang mana itupun tidak bisa dinyalakan karena belum ada antena, alamakajan !
Saya ikut menemani Yuwi sekalian ngobrol di kala malam ketika Kak Dara dan Mas Idru balik pulang ke rumah masing-masing, namun di sini lah letak kisah utamanya.
Ketika kami berdua lagi asyik mengobrol, tiba-tiba datang ibu-ibu lari tergopoh-gopoh menuju kamar sebelah kami, ibu-ibu tersebut ujug-ujug langsubg menggedor pintu dengan penuh tenaga dan berteriak-teriak, ibu itu berkata "heh anjing keluar kamu kalo berani, anjing lo", dan ternyata ibunya punya kunci serep sehingga ibunya bisa membuka pintu, tetapi dari dalam pintu tersebut ditahan-tahan sama orang yang ada di dalam di kamar tersebut dan suara pintu nutup dibuka-tutup berkali-kali benar-benar sangat mengganggu, apalag ibu-ibu tersebut masih saja mengeluarkan 'kata-kata mutiara' yang diselingi oleh kebon binatang, dan dinding kamar yang saya tempati hingga bergetar dibuatnya, bahkan ibu tersebut menggedor kaca dan untung tidak pecah.
Kata-kata ibu tersebut yang berhasil kami rangkum (dengan eksplisit):
"eh banci keluar lo kalo laki"
"beraninya lo anjing, keluar, lo ngapain di dalem hah?"
"babi lo anjing lo, keluar anjing jangan jadi bencong lo di dalem"
"lo ngapain di dalem, bangsat lo, keluar anjing"
Tetapi, anehnya lama kelamaan suara gedoran dan teriakan mereda ketika pintu sudah dibuka, malah suaranya berubah menjadi isak tangis dan ibu tersebut pergi begitu saja padahal awalnya sudah seperti kesetanan sudah mau menerkam yang ada di dalam kamar itu, entah mengapa ibu tersebut langsung ciut dan pergi dan oleh karena itu saya anggap masalahnya mungkin sudah selesai, saya menduga suami dari ibu tersebut selingkuh di hotel, dan baru ini saya menginap hotel ada insiden seperti ini.
Saya sebenarnya sempat mengintip sejenak ketika mereka lagi klimaks-klimaksnya, karena berisik dengan suara pintu yang dibuka lalu ditutup lagi terus menerus, tetapi ibu tersebut terlihat tidak peduli dengan adanya saya yang mengintip dan tetap mencoba membuka pintu kamar dengan kunci dan memaksa mendobrak walau yang di dalam terlihat menahan seperti yang saya ceritakan. Saya langsung masuk dan tidak mau ikut campur urusan orang.
Dari ratusan kali menginap di hotel, ini benar-benar pengalaman yang tidak bisa dilupakan, dan untuk pelajaran ke depannya jangan memilih hotel yang tua apalagi no-brand, dipastikan hotel ini memang dikhususkan hanya untuk esek-esek dengan privasi yang rendah, karena ibu-ibu tersebut kenapa bisa membawa kunci serep untuk membuka kamar hotel tersebut, karena prosedurnya adalah yang bisa membuka kunci kamar yang ada orangnya adalah pihak hotel dengan didampingi oleh pihak berwenang, tidak bisa ujug-ujug bawa kunci, di sini pun hotelnya juga salah.
No pic = hoax, maka saya buktikan dengan video singkat yang sempat saya rekam walau hanya suara, yang mana sudah saya samarkan untuk privasi. Saya tidak mengambil gambar apa-apa di hotel itu, karena faktor badan yang sudah ngantuk serta kerahasiaan.
Selepas kejadian pelabrakan itu, saya langsung tertidur pulas karena capai dan bangunpun juga tidak langsung kebangun, tetapi syukurlah saya bisa menemani Yuwi ke stasiun dengan tepat waktu, kemudian kami berpisah dan saya pun muter-muter Jakarta, hingga nyasar ke Jatinegara yang ternyata sudah baru dan besar.
Ada-ada saja, dan benar-benar konyol.
Komentar
Posting Komentar