[Perjalanan Donohudan I] - Hari Sebelum Tes SKD dan Perkenalan Asrama Haji Donohudan (2)

Pagi hari yang cerah di Jawa Tengah, kamipun tiba ning Stasiun Balapan, Kuto Solo sing dadi kenangan, kowe karo aku, dan begitu keluar bangunan stasiun langsung jalan sedikit ke arah hotel Pos Inn/minimarket yang merupakan zona aman pemesanan transportasi berbasis aplikasi dan kebetulan Kak Mel ada perlu sedikit berbelanja kebutuhan sehari-hari juga di mini market tersebut.

Stasiun Solo Balapan

Seusai Kak Mel belanja, saya langsung memesan transportasi menuju penginapan saya yang lokasinya 5 km dari Stasiun Solo Balapan, untuk check-in dan menitipkan barang, sayangnya saya belum bisa dapat kamar karena masih terlalu pagi, jadi saya dan Kak Mel memilih untuk mencari sarapan di dekat penginapan dan menemukan nasi liwet yang enak namun sayang porsinya kecil sehingga kurang puas.

Oh iya, penginapan ini jaraknya juga tidak dekat dari asrama haji, jaraknya hampir 5 KM karena penginapan yang ada di dekat sana sudah penuh dan agak jarang, selain itu harganya juga relatif mahal, karena mereka menjual rata-rata Rp200.000 ke atas padahal kelasnya guest house, sedangkan hotel di Kota Solo harganya juga relatif segitu.

Nasi Liwet


Selesai sarapan, kami langsung tancap gas ke Embarkasi Haji (Asrama Haji Donohudan) di Boyolali, yang posisinya dekat dengan Bandara Adisumarmo kira-kira 4 KM melalu Jalan Embarkasi Haji, kami kesana tetap menggunakan transportasi daring walaupun salah titik tetapi pengemudinya pintar sehingga dapat menemukan kita. Tiba di Asrama Haji Donohudan, ternyata kompleknya besar, ada beberapa gedung serta ada miniatur Ka'bah juga yang berfungsi sebagai manasik atau latihan sebelum berhaji, kalau melihat dari bangunannya terlihat dari gaya arsitekturalnya sangat Jawa dan rapi secara estetika (walaupun kuno), berbeda dengan bangunan pemerintah sekarang yang mau bergaya modern tetapi secara estetika sangat kurang.

Komplek Asrama Haji Donohudan

Kami menuju ke gedung sektretariat untuk bertemu dengan seseorang yang mengurus asrama di Donohudan, Kak Mel akan tidur dua malam di asrama ini bersama temannya, dan dikenakan biaya Rp50.000,- / orang. Kak Mel mendapatkan ruang di gedung Madinah dan Makkah pada masing-masing hari. Selesai semua urusan, maka kamipun pergi ke gedung asrama dan agak tercengang juga walau terlihat sederhana tetapi ada lift nya, tetapi pas masuk lantai dua memang ruangannya terlihat sangat bergaya orde baru rasa tahun 90-an (namun secara arsitektur memang terlihat didesain).


Ketika melihat kamar yang akan ditempati oleh Kak Mel, agak tercengang juga kok kondisinya jauh dari ekspetasi saya serta tempat tidurnya seperti bangsal rumah sakit dan dalam jumlah yang banyak (lebih dari 10 orang), kondisi toiletnya pun lebih baik di penginapan daring (online) karena banyak debu, kotor, seperti tidak pernah dibersihkan, padahal pemerintah pernah mengatakan bahwa fasilitas asrama haji rata-rata sesuai standar bintang tiga, bayangan saya minimal seperti Asrama Haji Pondok Gede.

Kamar Tidur

Dikarenakan saya belum bisa masuk ke penginapan, saya dan Kak Mel pun mencari makan siang dan menemukan restoran di seberang pintu masuk area Asrama Haji, namanya Ayam SOC, yang saya senang dari Ayam SOC adalah harganya murah juga rasanya enak jadi tidak membuat hati mumet. Selesai makan siang sayapun sekalian Jum'atan di sini, dan terlihat banyak yang akan menunaikan Salat Jum'at tetapi konyolnya banyak perempuan yang duduk menutupi separuh masjid padahal khotib sudah ceramah di depan, sampai-sampai yang mau Salat Jum'at harus berdiri menunggu para perempuan tersebut beranjak, untungnya kami masih bisa dapat tempat.

Ayam Geprek

Masjid

Seusai Jum'atan, waktu telah menunjukkan pukul setengah satu lebih, kamipun berangkat menuju penginapan dan syukurlah sudah bisa dapat kamar walaupun dapatnya di lantai atas, yang mana hal itu agak menyulitkan karena harus membawa carrier berat tersebut dengan tangga. Kamarnya tidak begitu luas, namun kondisinya modern dan terdapat televisi, meja kerja/rias serta lemari yang besar, hanya saja tidak mendapatkan shampoo, sabun hanya secuil dan handuk pun hanya satu, bahkan tidak ada air mineral botol di kamar (tetapi disediakan dispenser dengan gelas beserta teh, kopi, gula dan krimer di area umum/luar kamar).


Guest House

Saya langsung mandi karena badan sudah lepek sekali karena semalaman belum mandi, itupun kondisi kamar mandinya agak mungil sehingga agak menyulitkan untuk berganti pakaian, dan selesai mandi dengan badan yang sudah lebih segar, Selagi saya mandi, Kak Mel rebahan sejenak untuk beristirahat sejenak, dan ketika saya selesai mandi, beliau minta diseduhkan kopi dari dispenser luar (itupun minta tolongnya separo-separo dan tidak dari awal, begitu kopi sudah jadi katanya kurang gula sama krimer alhasil balik lagi ke dispenser), ketika kopi jadi beliau menikmati dengan lesehan sambil video call dengan adiknya yang ada di Riau.

Selesai menyeduh kopi, saya mencoba istirahat (lebih tepatnya ketiduran) karena kepala masih terasa ngantuk pasca naik kereta api tadi pagi, dan begitu saya sudah agak terlelap tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar, saya kira dari pihak penginapan tetapi realitanya malah sales yang menawarkan pijat syaraf yang bisa dilihat dari telapak tangan seharga Rp30.000 saja tetapi yang janggal adalah nama badannya adalah "business" tetapi usahanya kesehatan , dan saya merasa de javu ini bukan yang pertama kali, dan langsung saya tolak mentah-mentah dan bisa-bisanya mereka bisa mengetuk kamar satu-satu.

Sore harinya, kami balik lagi ke asrama haji untuk melihat kondisi asrama di malam hari serta menemani Kak Mel di sana daripada beliau sendirian, dan ternyata sampai malam itu tidak ada orang satupun yang akan menemani Kak Mel tidur, karena Kak Mel tidak biasa tidur sendiri apalagi di ruangan yang seluas itu akhirnya Kak Mel mencari teman dan syukurlah beliau dapat tempat yang agak ramai jadi tidak kesepian.

Di momen itu juga saya sempat mengobrol dengan seorang perempuanyang berasal dari Pekalongan yang baru selesai tes dan ditemani oleh adiknya yang masih kuliah semester empat, obrolan kami lumayan seru walaupun saya lupa dengan nama mbak-mbak tersebut, ternyata malam itu mereka sedang menunggu jemputan yang akan mengantarkan mereka pulang dari situ ke Pekalongan. di sisi lain juga saya melihat ada dua sejoli perempuan yang daritadi berputar-putar bingung mencari kamar  untuk mereka tidur nanti malam, ada lima kali bolak-balik dan belum menemukan tempat yang tepat.

Ruang Publik, Tempat Mengobrol
Seusai mengobrol dan Kak Mel mendapat kepastian tempat untuk tidur malam itu, kami langsung keluar asrama untuk makan malam dan pilihan jatuh kepada lalapan khas Jogja yang begitu ramai, harapannya sih rasanya akan enak karena ramai, namun ternyata pelayanannya sangat lama sehingga perut kami jadi sangat kelaparan bahkan penyakit maag nya Kak Mel kambuh, alhasil saya berinisiatif untuk membelikan ganjalan roti agar perutnya tidak semakin parah. 45 menit kemudian, makanan pun tiba dan bentuknya sangat tidak menarik serta nasinya tidak matang sehingga rasanya seperti makan beras mentah, dan begitu hendak bayar kami kaget luar biasa karena harganya mahal, Rp62.000 untuk dua orang dan mentang-mentang kami pendatang. Sudah gitu ibu-ibunya bawa tas selempang dan buku kecil, sudah seperti mau menagih hutang saja....

Selesai makan, kami pergi ke asrama haji untuk mengobrol sedikit persiapan untuk tes besok dan  saya langsung balik ke penginapan karena rasanya perut saya tidak enak, saya pulang dengan transportasi ojek daring, tiba di penginapan untungnya sih saya tidak ada masalah sama sekali, namun Kak Mel kena diare kecil.

Komentar