Prolog
Seperti cerita sebelumnya, bos alias abangku mempunyai aktivitas yang baru beberapa waktu sedang ditekuni yaitu menjadi produser (bersama rekannya) di sebuah rumah produksi bernama "Terjadi" yang mana abangku juga mengambil peran untuk bermain film (bos mah bebas), kali ini bos mengajak aku dan temannya yang bernama Pak Fai untuk casting dalam sebuah film yang diangkat dari kisah sinetron anak-anak yang cukup terkenal. Dua hari kami mengikuti casting dan melihat proses talent yang melakukan itu cukup sulit, kamipun juga di-casting dan kata casting director muka dan mimik kami agak kurang menjiwai, hmm..
Di kesempatan ini, saya dan Pak Fai berkenalan dengan CEO rumah produksi "Terjadi" yang mana si bos berkecimpung di dalamnya, sebut saja namanya Mas Khalid yang perawakannya well-dressed terlihat alim dan menurut kami dia kalem sampai kami bertemu lagi di sebuah restoran di halaman belakang yang jualan sayap ayam di Kemang.
Prolog |
Kisah
Hampir satu bulan lamanya setelah casting, akhirnya hari yang ditunggu pun tiba dan ketika orang masih pada tidur saya sudah dijemput Pak Fai dengan motornya yang mana beliau sempat takut kalau dibegal karena di depan rumah suasananya sangat sepi. Perjalanan kali ini hanya ke rumah bos yang jaraknya tidak begitu jauh dan dalam waktu singkat kami tiba di sana sebagai titik temu untuk keberangkatan selanjutnya, ternyata di sana ternyata sudah ramai dan ada beberapa wajah-wajah yang saya baru lihat, mungkin temannya keponakan beserta bapaknya.
Jadi, untuk mempermudah bayangan pembaca maka tokoh yang ada kali ini :
- Bos alias abangku dan akan berperan sebagai Makelar yang menjual satwa liar
- Pak Fai, kawan abangku yang mana nantinya sebagai partner shooting ku sebagai anak buah makelar.
- Mas He dan Mbak Ati, sepupuku beserta istrinya yang mengantarkan anaknya yaitu Mis untuk shooting
- Pak Upul, ayah dari temannya keponakan aku, namanya Kia yang juga mengantarkan anaknya untuk shooting
- Duo Keponakan yang dimaksud adalah anak bos
- Orang dari rumah produksi, Mas Khalid adalah CEO PH "Terjadi", Mas Radan sebagai orang kedua di "Terjadi", Dev anak magang yang kebetulan lagi bekerja di sana, dan sebenarnya ada satu anak magang lagi yaitu fotografer namanya RM (sama kayak gua namanya).
Aku berkenalan dengan Pak Upul yang lucunya beliau mengira adiknya abangku / bos adalah Pak Fai padahal adiknya si bos ya aku, ada-ada saja. Pembawaan Pak Upul yang nggrapyak dan humoris ini menjadikan kami cepat nyambung dengan beliau. Abangku menyiapkan dua mobil untuk perjalanan kali ini, saya bersama Pak Fai, Mbak Ati dan anaknya Mis dengan menempuh perjalanan subuh dengan pitstop di Alun-alun Cicurug yang ada masjidnya, baru lanjut lagi menuju penginapan di Kota Sukabumi dan mata saya teler luar biasa di sana bahkan Pak Fai saja sempat ketiduran, untung tidak ada masalah.
Alun-alun Cicurug |
Hotel |
Kami mendapat hotel yang sebenarnya resor tua tetapi untuk ukuran Kota Sukabumi saya rasa cukup bagus karena ada penghijauannya, namun karena perut kami lapar dan belum bisa dapat kamar akhirnya kami mencari makan ke arah tempat shooting dan menemukan rumah makan dengan menu prasmanan dan ayam kampung raksasa, luar biasa juga baru ini kami menemukan ayam kampung sebesar itu sayang tidak terfoto.
Perut kenyang maka hati ikut lega, kami melanjutkan perjalanan ke pesantren tempat shooting karena waktunya juga agak mepet, ternyata pesantren ini lumayan besar juga serta bangunan asramanya pun masih terlihat baru dengan kamar mandi yang masih terlihat belum dipakai. Awalnya kami mengobrol sebentar dan abangku beramahtamah dengan orang yang ada di sana termasuk dengan artis.
Selepas ketemu dengan orang PH (Mas Khalid), kami diarahkan ke ruang asrama yang sudah disiapkan untuk kami dan kami rebahan di karpet yang sudah digelar untuk memejamkan mata sebentar karena masih ngantuk tetapi sayang istirahat kami terganggu dengan rombongan anak kucing yang jumlahnya amat banyak, sudah gitu ibunya hamil pula, mungkin kucing itu tidak kenal KB, dan untuk sekadar info di sini saya selalu nemu banyak kucing dan hamil! Apalagi yang mencenangkan adalah si kucing ini buang air di karpet tersebut diam-diam dan hokinya adalah abangku duduk di sebelahnya kotoran tersebut untung tidak kena, mana aromanya luar biasa.
Akhirnya waktu yang ditunggupun tiba, kami melihat anak-anak shooting dengan cerita mereka panik karena ada ular ketika hajatan sunatan salah satu santriwan di pesantren ini, dan ketika melihat proses pengambilan gambarnya benar-benar seru melihatnya apalagi kami duduk di "ring-1" lebih tepatnya kami berada di tempat sutradara bekerja sambil melihat layar yang amat banyak itu, pengalaman ini benar-benar mengasyikkan, dan ketika break kami makan siang dulu (termasuk mengajak orang "Terjadi") di rumah makan yang sepi, tapi enak rasa sate dan osengnya bahkan Pak Upul awalnya mau pesan 120 tusuk mungkin saking laparnya, akhirnya yang jadi dipesan hanya 80 orang, memuaskan.
Sayang ketika kembali ke pesantren cuaca pada waktu itu sedang kurang baik, sehingga shooting harus ditunda dan kamipun kembali ke hotel dengan cuaca hujan deras ketika kami baru dapat kunci kamar, sehingga baju kami basah semua, dan aku sekamar dengan Pak Fai yang mana kami kaget karena kamarnya luas sekali dan terlihat baru direnovasi walau remang-remang rupanya kamar kami ini tipenya Grand Deluxe jadi sudah pasti bagus padahal artis dan kru lain menginap di hotel yang biasa saja itupun jauh di dekat Cianjur.
Sore harinya kami masih sempat mengobrol sambil ngeteh di depan teras kamar tetapi pas hari sudah mulai gelap kami berdua bergantian mandi dan mencoba rebahan dengan harapan untuk meluruskan badan dan ujung-ujugnya bablas sampai pagi saking ngantuknya, dan tidak makan malam karena masih kenyang dengan makan siang sebelumnya.
----
Selamat pagi ! Setelah sarapan pagi kami berangkat ke tempat shooting yang masih berada di pesantren kemarin untuk melanjutkan scene anak-anak yang tertunda, anak-anak pun ganti baju di ruang asrama yang penuh dengan kucing kemarin itu sedangkan kita ngaso di sana, yang lucu si abang alias bos membawa hamster kesayangannya kemana-mana dan dia sibuk mengamankan hamsternya dari kucing-kucing yang sepertinya mengincar hamster si abangku, hebat juga insting kucing bisa tahu kalau itu ada hamster.
Kali ini anak-anak akan bereran menjadi laskar pencak silat dengan baju hitam, adegannya adalah latihan silat dengan lari-lari berputar di lapangan pesantren dan duduk melihat jagoannya latihan silat namun karena sesi break akhirnya kami memutuskan untuk makan siang di dekat sana sebelum scene, saat itu saya belum dekat dengan orang-orang yang baru saya temui seperti Mas Radan dan RM, karena sopirnya sedang tidak ada maka mereka nebeng di bagasi mobil abangku seperti orang yang ngumpet dari perdagangan manusia hingga tempat makan.
Tempat makannya terlihat biasa saja tetapi yang datang cukup ramai dan bisa memilih antara prasmanan atau pesan langsung, untuk nasi putihnya bebas mengambil sendiri. Saya memesan sup iga tetapi yang datang adalah tulang iga dengan daging yang minimalis zzzz.
Selepas makan kami balik lagi ke pesantren, dan kami baru menyadari bahwa kandang hamsternya jomplang sehingga remahan yang biasa untuk tidur si hamster tumpah di bagasi dan menempel di jok, itu susah membersihkannya karena lengket dan dengan kemampuan seadanya tanpa alat yang mumpuni maka saya dan Pak Fai bersihkan dengan tangan kosong walaupun sampai di hotel kami lanjutkan lagi dengan sikat.
Selepas membersihkan bagasi yang penuh dengan remah-remah itu, kami cus ke tempat shooting dan kali ini bertempat di lapangan pesantren yang ada di bawah jadi sekitarnya seperti tribun, saya sengaja menonton dari atas bersama ibu-ibu karena malas turun ke bawah, pada awalnya saya ngobrol dengan Mbak Ati tetapi karena beliau dipanggil oleh abangku dari bawah (karena anaknya, Mis minta sesuatu) maka sayapun sendiri, bersamaan dengan itu ternyata di belakang saya ada Mas Radan yang sedang duduk bersama Dev.
Berhubung Mas Radan juga ada urusan karena dipanggil ke bawah juga alhasil saya dan Dev sama-sama sendiri di posisi masing-masing dan ujug-ujug Dev nyamperin aku fan jadi mengobrol ngalor ngidul hingga beberapa kali geser tempat karena kehujanan.
Aku baru sadar kalau Dev itu adalah orang yang pernah saya temui waktu makan malam di Kemang tempo hari, tapi saya masih ingat kalau dia itu anak magang di Terjadi yang ternyata Dev masih anak SMK. Lama kemudian, datanglah Mas Radan yang hendak menyampaikan pesan kalau Dev dipanggil oleh Mas Khalid dan gantian kali ini aku mengobrol dengan Mas Radan ngalor ngidul juga dan lumayan lama.
Selesai shooting kamipun balik ke hotel, dan malamnya ada cerita menarik. Keponakan aku dan Kia iseng-iseng 'jurit malam' dengan keliling area hotel dan mengatakan dengan penuh semangat kepada ayah mereka bahwa di dekat kolam renang ada kafe yang ramai dengan live music , lalu aku ditugaskan abangku untuk datang ke sana dan hasilnya nihil karena kafe itu sepi
Si anak-anak itu ngotot kalau tadi pas mereka ke sana suasananya ramai, lalu kami membuktikan dengan balik lagi ke kafe tersebut dan benar sepi, lah terus kok tadi bisa ramai?
---
Esok harinya setelah sarapan dan jalan pagi bersama dengan keliling hotel, sepupu aku yang bernama Mas He datang dari Jakarta dengan menggunakan travel untuk mengikuti agenda kami selanjutnya, sebelum mau ke tempat berikutnya di Geopark Ciletuh maka kami mau off day dengan arung jeram alias rafting dulu di Caldera, yang ternyata jalannya persis waktu kami mau ke Halimun Salak tempo hari (cerita di sini) hanya bedanya kalau ke Halimun Salak arahnya ke atas, kalau ke tempat rafting arahnya ke bawah.
Singkat cerita, kami tiba di tempat rafting dan mendapat jatah makan siang di sana, seusai makan kamipun memakai rompi dan memegang dayung lalu diarahkan ke mobil bak untuk naik ke tempat mulainya rafting mengarungi pemukiman warga yang jalannya kecil dan menanjak kurang lebih 15 menit.
Tiba di titik pemberhentian, kamipun berjalan kaki sedikit melewati sawah yang indah dan tiba di tempat mulainya rafting kami disediakan jagung rebus dan gorengan serta minuman teh panas dan wedang jahe agar tidak masuk angin, awalnya aku ngincer untuk ikut kapal anak muda namun abangku menyuruh aku di perahunya yang mana aku tau tujuan mereka mau nyeburin Pak Fai yang mukanya pucet. Jadi ada tiga perahu dengan pembagian :
1. Aku, bos, Mas He dan Pak Fai
2. Anak-anak, Pak Uful
3.Tim PH + Mbak Ati
Ternyata arus kali ini cukup bersahabat, terlihat Pak Fai berisik sekali setiap ada arus dan mukanya pucat sekali mungkin bisa dibilang beliau takut, kami juga diwajibkan untuk mengikuti arahan aba-aba mendayung dari akang yang mengawal kami di belakang, dan benar-benar seru karena kami nabrak ranting, batu dan hampir terjungkal bahkan kapal anak-anak nyaris terbalik karena keponakan aku minta yang ekstrem padahal baru kelas 1 SMP, sableng haha.
Rafting |
Sudah gitu, abangku dan Mas He ini nafsu banget mau nyeburin Pak Fai sampai dua-duanya mau nyungsep karena tidak seimbang tetapi gagal karena Pak Fai pegangan ke tali kapal sangat erat dan kencang banget, ada-ada saja. Kapalpun ngetem di suatu tempat untuk beristirahat.
Di tempat yang sudah disediakan itu terdapat warung kalau mau ngopi dan sudah banyak juga orang yang nongkrong di sana tetapi karena kami tidak membawa uang sama sekali karena takut basah jadi kami memutuskan untuk berenang-renang dan menyelam di sana walau konyolnya saya terbawa arus, untung bisa ditarik oleh Pak Upul emang dasar pecicilan, benar-benar pengalaman yang menarik sayang tidak ada yang membawa ponsel karena takut basah.
Perjalanan ke Ciletuh ini lumayan jauh serta berkelok-kelok bahkan sempat nyasar lumayan jauh karena mobil depan yang kami ikuti sepertinya salah belok, dan ketika kami melewati jalan yang benar pemandangannya indah karena terletak di pinggir pantai dan di waktu senja hanya saja begitu memasuki jalan utama ke Ciletuh, rasanya benar-benar menyiksa karena jalannya lebih berkelok-kelok, dengan tanjakan turunan dan tikungan tajam menjadi satu dengan jarak yang berdekatan, hingga membuat kepala pusing, dan itu cukup jauh jadi lumayan mumet juga.
Ciletuh |
Sampai di Ciletuh, awalnya kami ditempatkan di vila yang cukup mewah dengan fasilitas kolam renang, karaoke, dan bisa dibilang oke lah, namun sayang beribu sayang kamarnya kurang akhirnya sambil makan malam di restoran di sebelah vila abangku memikirkan bagaimana solusinya agar bisa dapat tempat yang nyaman sambil makan ikan bakar yang buatnya lama tetapi harganya sama dengan restoran hidangan ikan laut di Ancol dan Baywalk itu (nggetok).
Jadi seusai makan akhirnya diputuskan, Pak Upul dan putrinya beserta saya dan Pak Fai tidur di penginapan tempat para artis dan orang produksi itu bermalam. Dengan mengorbankan tim dari PH.
Sedangkan tim dari PH tidur di vila lantai atas alias tempat karaoke, ya sudah tak apa tetapi saya menyempatkan ngobrol dulu ke Pak Radan kurang lebih 2,5 jam ngobrol ngalur ngidul sambil menikmati hidup yang juicy itu sebelumntidur, kemudian saya balik ke habitat yang sebenarnya dan untung saya tidak dikuncikan.
...
Esok paginya, saya dengan Pak Fai sudah bangun tetapi karena barang-barang kami masih ada di vila karena kami tidur di sini hanya bawa badan dan ponsel, oleh karena itu kami berdua jalan lagi ke vila dan mandi di kamar mandi luar yang biasa buat satpam atau penjaga pakai, tetapi tidak masalah sama sekali yang penting badan segar.
Kemudian kami makan pagi sambil mengobrol tentang hidup apalagi orang di vila belum pada bangun alias masih molor dan setelah hari terang kami tidak menyangka bahwa daerah ini terlihat masih baru dikembangkan karena bangunan penginapan di sini rata-rata masih baru serta fasilitas pendukungnya pun masih terbatas, dan yang lebih mencenangkan lagi adalah suasana di Ciletuh ramai oleh wisatawan padahal jalanannya tidak begitu nyaman walau mulus.
Karena saya gabut siangnya, saya iseng-iseng mencuci baju saya yang basah kena arum jeram lalu mengobrol lagi dengan Pak Radan di balkon atas ketika Pak Khalid dan Dev sedang tertidur lelap, sorenya abangku dikabari kalau kemungkinan tidak jadi shooting hari ini dan harus ditunda tetapi di sisi lain Pak Uful juga ada urusan Seninnya dan sudah terlanjur memesan travel (yang nomornya dapat dari Google).
Sorenya, vila mati lampu gelap-gelapan diiringi hujan deras dan kamipun semua nongkrong di bale yang ternyata atapnya tidak tertutup dengan baik hanya serabut disusun-susun sehingga air menetes masuk ke dalam, kami di sana ngobrol dan bercengkrama seru-seruan, apalagi pak Uful dan anaknya sambil menunggu travel, dan Pak Fai disuruh membeli makanan untuk kami makan malam agar tidak kelaparan yaitu ayam geprek.
Selepas listrik nyala, kamipun makan bersama di dalam sambil bersiap-siap karena kami memutuskan untuk pulang juga mengikuti Pak Uful dengan melewati jalan dari Ciletuh yang luar biasa menantang medannya, dengan kelokan, tanjakan, turunannya itu dan tanpa lampu pula dan kalau tidak hati-hati resikonya adalah nyebur ke jurang dan sangat sulit untuk dievakuasi. Setelah jalan menantang itu kami mampir sebentar di pom bensin dan tetap tancap gas walau itu Jalan Nasional tetapi jalannya kecil dan berkelok-kelok juga walau tidak separah jalan ke/dari Ciletuh ke jalan utama.
Akhirnya kami cus menuju Jakarta untuk pulang.
---
Karena scene yang lalu tertunda akhirnya saya, abang, dan Pak Fai mau tidak mau berangkat lagi ke Ciletuh dengan bawaan secukupnya karena menurut info satu hari selesai tetapi saya tetap jaga-jaga untuk membawa logistik pakaian hingga esok hari. Seperti biasa saya dijemput lagi oleh Pak Fai dan berangkat dari rumah abang menuju Ciletuh dengan perjalanan dari daerah Pulo Mas / Rawamangun hingga gerbang tol Cigombong adalah 35 menit dan belum memecahkan rekor sebelumnya yang benar-benar 30 menit persis. Dari keluar gerbang tol perjalanan lanjut ke Jalan Nasional hingga selatan Pulau Jawa.
Kami belum sarapan, oleh karena itu sebelum memasuki jalan yang berkelok-kelok mendaki gunung lewati lembah kami menyempatkan diri dulu untuk makan bubur ayam sambil beli obat masuk angin agar kuat menghadapi jalannya, selepas makan kami melanjutkan perjalanan dan jalannya memang buat pusing dan akhirnya aku mabuk karena terlalu banyak merekam jalanan, hampir setengah jam akhirnya kami tiba juga di penginapan orang rumah produksi untuk bertemu dengan mereka sekalian singgah sebentar merebahkan badan lalu pergi bersama-sama tempat shooting dan kami langsung disuruh ganti baju dan melakukan take.
Take pertama adalah saya dan Pak Fai naik mobil polisi bak terbuka dan ditangkap polisi, sedangkan abangku juga ditangkap tetapi dalam keadaan diborgol dan dimasukkan ke mobil MPV, walau kami diam saja tetapi itu diulang berkali-kali sehingga agak melelahkan. Untuk adegan selanjutnya adalah bos membawa lari satwa liar lalu ditangkap dan hebatnya adalah dia adu akting berantem beneran dengan Donny Alamsyah, gile dah sampai sutradaranya salut.
Dan celakanya cuaca waktu itu tidak mendukung sehingga hujan seharian, dan dapat dipastikan shooting-nya pasti molor dan benar saja, baru lanjut lagi di sore hari dan kali ini adegan aku dengan Pak Fai mengawal si bos bertemu dengan penjahat, dan kemudian anak-anak jagoan dari pesantren itu datang mengepung kami, tetapi sayang sekali pengambilan tidak tuntas karena hari sudah mulai gelap maka mau tidak mau harus ditunda karena abangku pun juga belum selesai.
Dengan berat hati, kamipun memutuskan untuk menginap semalam di penginapan yang saya tiduri bersama Pak Fai kemarin hanya saja kali ini tempatnya berbeda, jika kemarin dua lantai maka yang ini satu lantai dan terletak di seberangnya. Hanya saja sebelum pergi ke penginapan kami pergi ke minimarket dan makan malam dengan ayam geprek bersama-sama orang rumah produksi, barulah setelah kenyang kami pergi ke penginapan.
Kamar yang kami tempati kali ini bentuknya sedang ngetren seperti rumah adat NTB, modelnya atap kerucut dengan ruangan besar tanpa sekat, posisi kamar mandi di luar walau sempit. Karena badan saya teler luar biasa akhirnya kami tidur karena besok harus shooting.
---
Paginya, kami sudah bersiap-siap dan kembali ke lokasi lagi, si abang menyelesaikan take yang tertunda salah satunya adalah ketika dia melarikan diri tiba-tiba langkahnya dijegal oleh seorang anak pesantren, lalu mengangkat kandang orang utan yang sudah dimodifikasi jadi kayu, serta take yang kemarin tertunda bersama aku dan Pak Fai bersama bos yaitu mengobrol dengan penjahat.
Adegan berikutnya cukup mengesankan karena kami harus main laga, ceritanya kami (dan anak buah penjahat) hendak menyerang jagoan pesantren yang diperankan oleh artis yang pernah bermain menjadi Gundala kecil, tapi kami kalah start sehingga dipukul dan jatuh lalu lari dari kamera yang mana sebenarnya sih simpel, ketika mulai aksi kita tidak ada halangan ketika memainkan laga, toh tinggal dipukul terus kami jatuh namun konyolnya ketika kita diharuskan lari kaki saya kesandung got sehingga jatuh beneran, dan itu diketawain sama abangku ngapain sampe kayak gitu padahal ya memang jatuh sudah begitu kami disuruh lari sekencang-kencangnya sama sutradara biar tidak bocor di kamera, untungnya cukup sekali take selesai alhamdulillah.
Selesai shooting kami ganti baju dan sempat menyaksikan lanjutan laga antara jagoan pesantren dengan anak buah penjahat yang belum selesai dan harus diulang-ulang, benar-benar totalitas sekali. Ketika hari sudah mulai sore kamipun pamit dengan semua kru dan orang rumah produksi yang bertugas dan sempat berfoto pemandangan Ciletuh lalu menempuh jalan yang mendaki gunung lewati lembah, dan sambil berjoget ria merayakan selesai shooting.
Sayang jalan saat itu macet total dan tidak mampir ke tempat makan sehingga mood bapak-bapak itu tidak begitu baik, baru makan di Sate Kiloan Sentul yang benar-benar nikmat dan selepas itu baru pulang ke rumah, usailah kisah yang berkesan di Sukabumi ini.
Salah Satu Artis dan Bos |
Suatu pengalaman yang indah!
--
Update!
Filmnya sudah rilis di bioskop pada bulan Maret 2023, namanya Kun Ana Wa Anta, tersedia di Maxstream kalau mau nonton, saya juga nongol di sini.
Komentar
Posting Komentar