Menginap dan Bereksplorasi di Daerah Lereng Gunung Arjuna

Prolog

Akhir tahun ini, kami mengadakan liburan bersama keluarga inti (yang besar) keliling Jawa, dengan tujuan utama adalah ke Jawa Timur, nah berbeda dari sebelum-sebelumnya yang hanya menginap di hotel yang terletak di tengah kota, kali ini saya agak terkesima dengan tempat menginap yang unik walau terpencil, biasanya saya yang mengatur akomodasi namun kali ini ipar saya yang mengatur sehingga menjadi sebuah kejutan untuk saya pribadi. 

Menikmati Resor 

Resor yang kami inapi ini bernama Kaliandra Eco Resort yang terletak di Prigen, Pasuruan, tepatnya di lereng gunung Arjuna dengan arsitektur yang menawan, perpaduan antara bangunan Belanda dan Jawa yang kental (kami menginap di 1880 Rumah Kolonial) dan untuk Vila Leduk, yang dimiliki pemilik resor benar-benar unik karena bergaya Eropa yang sangat kental dan sayang itu area privat sehingga tidak bisa untuk foto-foto, menurut laman Kaliandra, resor ini mempunyai beberapa bagian, salah satunya 1880 Rumah Kolonial yang saya tempati. Jika dari tol Trans-Jawa maka kita keluar Pandaan lalu mengarah ke Prigen (Taman Safari II), terus naik dan menanjak makanya disarankan pakai mobil yang kuat nanjak, tetapi sayang waktu itu cuacanya sedang hujan sangat deras sehingga keindahan alamnya tidak terlihat walau begitu reda ada pelangi. 

Begitu masuk, kami langsung disuguhkan oleh lorong kamar yang sangat indah dan artistik, apalagi ketika kami masuk ke bangunan utama (lobi dan restoran), benar-benar terasa antik dan kolonialnya, dengan ruang baca yang besar dan mewah, serta di tengah-tengah ruangan ada ruang dome yang berfungsi sebagai tempat menunggu, benar-benar menarik dan terkesima melihat arsitekturnya, kami semua menjadi terkagum-kagum karena ketika melihat di gambar rasanya tidak sebagus ini.


Kamarnya besar dan langit-langitnya tinggi, kamar mandi nya pun bagus dengan ruang shower dan toilet terpisah, karena tidak ada sinyal maka setiap kamar diberikan router untuk WiFi walau sinyal nya naik turun, tempat tidur luas dan mempunyai meja kerja dan lemari yang lapang, di belakang ada teras untuk bersantai walaupun pemandangannya hutan belantara yang seram. Untuk diketahui, di sana tidak ada televisi jadi suasananya sangat hening.


Kamar dan Sudut Hotel


Malamnya, atas inisiatif ipar saya juga yang menyediakan akomodasi, kami mengadakan gala dinner khusus keluarga kami, walaupun makananya tidak begitu enak tetapi suasana kekerabatan tersebut sungguh guyub dan akrab (walau tidak tahu sampai kapan haha).


Koridor Lobi


'Gala Dinner'


Setelah makan malam, beberapa sudah masuk kamar untuk tidur sedangkan yang muda-muda melanjutkan aktivitas mengobrol dan bercengkrama dengan anggota keluarga lain di kebun sambil uji nyali dengan rencana menerobos hutan belantara yang terletak di resor tersebut, tetapi karena terlalu gelap kami akhirnya tidak jadi uji nyali dan memutuskan untuk mengobrol di teras lobi saja sampai saya ketiduran karena tidak kuat menahan ngantuk, kami baru selesai mengobrol pukul 12 malam.

Dan, kamipun beristirahat.

--

Jendela Langit dengan Mandi Hujan

Paginya, kami semua menggunakan baju kembaran yang sudah disediakan dari Jakarta untuk digunakan sebagai foto-foto agar kompakan, lalu kami sarapan pagi walau dengan menu yang terbatas untuk mengisi tenaga, karena kami akan menanjak ke Jendela Langit yang berada di lereng Gunung Arjuna dan posisinya lebih tinggi beberapa kilometer dari resor ini yang sebenarnya posisi resor ini sudah lumayan tinggi mdpl nya, tetapi kami tidak menanjak dengan badan sendiri namun dengan menggunakan mobil jip karena kalau menanjak pakai badan sendiri saya rasa badan bisa rontok semu apalagi orang-orang yang menyetir dari/dan ke Jakarta. 

Jip SUV

Formasi naik jip untuk anak-anak dan orang tua serta para wanita mendapatkan jip di dalam, sedangkan bos, saya, dan yang laki-laki 'tangguh' naik jip berdiri di bak terbuka dan tentunya harus pegangan agar tidak jatuh, kemudian perjalanan pun dimulai dan kami sibuk untuk melihat ranting pohon yang bersliweran agar tidak menabrak kepala dan setiap ada ranting kami berteriak 'awas nunduk' dan kami langsung nunduk ramai-ramai, sudah begitu jalan mendekati ke Jendela Langit tidak ada bagus-bagusnya, itu bikin mengocok perut tetapi kami harus pegangan yang kencang. 

Gambaran Jalan ke Jendela Langit


Ketika tiba di Jendela Langit, agak disayangkan suasana Gunung Arjuno sedang ditutup oleh kabut karena efek hujan paginya, padahal menurut saya aslinya sangat indah sekali dan benar-benar alami walaupun di tempat wisata Jendela Langit banyak photostop yang terlihat asal-asalan bikinnya, selain itu karena musim liburan, di sana kami merasa seperti menjadi "turis mancanegara"  karena kebanyakan turis di sana adalah turis lokal dari Jawa Timur, walau 99,9 persen kami bisa berbicara bahasa Jawa Timuran (lah iyo wong bapakku 'kera ngalam'), 

Saya menyempatkan diri untuk berfoto di photostop yang agak mendingan tetapi berisiko, harus mendaki tangga besi yang lumayan tinggi kira-kira setara rumah lantai tiga, baru bisa difoto dari jauh makanyas saya harus minta tolong ke keluarga untuk memotret diri saya, andai tidak ada kabut saya rasa pemandangannya sangat indah. Selepas saya foto di sini, saya di suruh buru-buru turun untuk berfoto keluarga bersama karena cuaca agak mendung, setelah memilih objek yang bagus, kami berhasil berfoto di Jendela Langit, walaupun dengan waktu yang singkat, lalu kami semua langsung kembali ke jip karena cuaca sudah mulai gelap.


Pemandangan dan Salah Satu Sudut Jendela Langit


Benar saja, tiba-tiba hujan deras dan 'para pria-pria tangguh' termasuk saya harus naik jip di belakang (bak) lagi karena jatahnya dapat di sana dan harus pegangan kencang karena jalan pulangnya menurun yang diperparah hujan yang deras sehingga risiko jip tergelincir pasti ada, tentu sudah pasti ketika kami naik di bak terbuka di kala hujan maka 1000 persen kami bukan basah kuyup lagi, tetapi banjir tembus hingga dalam, belum lagi kalau kepala kita kesenggol ranting pohon yang basah, rasanya seperti mandi di shower, dan konyolnya adalah ketika perjalanan selesai dan sampai di hotel, cuaca langsung cerah kembali dan hal tersebut benar-benar menyebalkan dan membuat kami misuh-misuh karena membuyarkan acara yang telah dirancang.

Akhirnya tidak pakai lama, kami berfoto keluarga di resor tersebut untuk kenang-kenangan, sebelum melanjutkan perjalanan untuk makan siang dan menuju Malang, tanpa mandi dahulu. 

Sungguh pengalaman yang indah.



Komentar