Kisah Plesiran : Bandung 09-20 - Dengan Motor Sewaan Berwisata ke Tangkuban Parahu dan UPI

Prolog

Saya berencana pergi ke Bandung dengan kawan baik saya bernama M, beberapa hari sebelumnya kami sudah memesan kamar hotel dengan harga promo yang murah dengan fasilitas yang mumpuni tetapi karena saya dapat kabar Jakarta diberlakukan "rem darurat" alias PSBB total atas banyaknya kasus Covid-19. maka saya membatalkan hotel tersebut takutnya tol disekat, tetapi beribu sayang karena tidak ada masalah untuk ke luar kota, maka perjalanan pun akhirnya saya paksa lanjut dengan membeli kamar hotel baru yang harganya lebih mahal.

---

Hari Ke-1 Perjalanan Dimulai

Senin, 14 September 2020, Saya dan kawan baik saya, M tetap nekat berangkat ke Bandung dengan menggunakan  shuttle , orang Indonesia lebih familiar dengan sebutan travel. Sebenarnya saya sempat agak deg-degan karena M belum datang juga ke tempat keberangkatan, padahal waktu keberangkatan sudah lumayan mepet, tetapi syukurlah M dapat datang tepat waktu dan masih sempat untuk bertandang ke minimarket sebentar. 

Berangkat dari Jatiwaringin, sebelum naik kami 'ditembak' dengan thermometer, difoto untuk dokumentasi ke kantor, dan baru masuk ke dalam mobil yang sialnya tidak ada nomornya sehingga kami harus menebak-nebak tempat duduk kami, tetapi syukurlah karena adanya physical distancing dalam kendaraan jadi kami agak bebas memilih tempat duduk, walau begitu yang naik juga lumayan banyak, kira-kira ada tujuh orang.

Suasana Keberangkatan

Perjalanan ditempuh selama dua jam dengan melewati tol layang Jakarta-Cikampek (Japek) yang bergelombang dan tidak rata, diperparah dengan pak sopir yang ngebut sehingga perjalanan kami ke Bandung serasa naik kuda, walau begitu untungnya jalan tidak macet sehingga kami tiba sejam lebih awal dari jadwal. 

Kami 'mendarat' di Dipatiukur dan melanjutkan ke hotel yang telah dipesan sewaktu di perjalanan tadi, yaitu Novotel Bandung. Saya tahu bahwa hotel ini sudah agak tua tetapi karena saya mendapatkan harga yang lumayan murah dari member, dan juga saya butuh bak mandi, maka saya putuskan untuk menginap di sini. 

Tiba di hotel, saya merasa agak 'ditipu', saya kira lobinya besar atau grande seperti di foto, ternyata mungil seperti bintang tiga, walau begitu gedungnya besar. 

Saya langsung check-in dan dilayani oleh teteh geulis yang imut dan manis, sebenarnya saya ingat namanya siapa tetapi saya simpan sendiri saja. Setelah mengisi formulir ini-itu, saya bisa mendapatkan kamar lebih cepat dari biasanya, walau harus menunggu 40 menit karena sedang proses disinfeksi kamar karena sedang masa pandemi. Daripada ngemper lebih baik saya memanfaatkan welcome drink dari member bersama M di restoran, saya memesan teh panas karena badan saya masih agak lelah jadi butuh asupan yang hangat-hangat. 

Hampir satu jam saya di restoran, saya dihampiri oleh teteh geulis yang saya kira mau minta nomor telepon saya tetapi sayangnya bukan karena teteh hendak mengabarkan bahwa pembayaran saya gagal karena bukan menggunakan kartu kredit, sehingga saya harus membayar lagi, aduh.. Ya sudah saya kembali ke resepsionis, membayar biaya kamar dan mengambil kunci kamar. 

Saya mendapatkan kamar lantai delapan, pojokan, dan memang ukuran kamarnya tergolong luas untuk bintang empat, dengan tempat tidur yang nyaman dan kamar mandi dengan menggunakan bathtub yang mana hal tersebut sudah jarang ada di hotel baru.  

Hotel Pertama

Kami di sana sewa motor dengan biaya yang agak tinggi, jika dibandingkan dengan Jogja atau Bali yang lebih murah karena banyak saingan, itu pun servis di sini juga kurang memuaskan. Kami sengaja meminta untuk mengantarkan motornya ke hotel, kemudian kami langsung bayar di sana itupun bensinnya juga kosong, walau begitu motornya baru dan lumayan terawat untungya.

Selesai urusan sewa menyewa, kami melaju dari hotel ke pompa bensin dahulu, kemudian dengan berbekal peta kami langsung menuju Tangkuban Parahu, melewati jalan termahsyur di Bandung seperti Cipaganti, Sethiabudi, dan sempat nyasar juga di daerah RS Hasan Sadikin, bablas terus ke atas dengan melewati kampus M ketika beliau berkuliah di Bandung, yaitu Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan Lembang. Bisa dibilang saya itu modal nekat karena motoran tetapi tidak menggunakan jaket di kala hawa yang dingin, karena saya sendiri tidak tahu saya mau dibawa kemana pokoknya manut saja. 

Karena perut saya sudah keroncongan dan berkoplo ria, maka saya bilang M untuk mampir ke rumah makan dan saya melihat ada rumah makan yang parkirannya agak ramai, maka kamipun menyempatkan diri untuk bersinggah di rumah makan yang dinamakan Pengkolan tersebut. Auranya terlihat tua tetapi dalamya besar karena memang restoran, yang biasa digunakan untuk bus (tapi waktu itu sepi), kamipun memesan nasi dan ayam goreng beserta minum teh hangat dan teh lemon. Singkat cerita kami kaget karena harganya mahal sekali, Rp100.000 untuk dua orang, benar-benar digetok dan tidak ikhlas sekali rasanya.

Restoran

Setelah "mengisi bensin" alias mengisi perut, kami melanjutkan perjalanan naik terus ke atas dan akhirnya melihat plang Tangkuban Perahu dan ini adalah kunjungan saya pertama kali kesini tentunya saya mempunyai perasaan yang senang dan tidak menyangka bisa sampai di sini, ketika memasuki pos di depan, kami dicegat untuk membayar biaya masuk tiket dan kemudian diberi tiket oleh petugas, saya kira dari ternyata dari pintu masuk Tangkuban Perahu masih naik lagi ke atas melewati pepohonan yang rimbun dan dingin, serta tidak ada sinyal. Pas tiba di sana ternyata sungguh indah sekali pemandangan di Tangkuban Perahu, suatu kawah nan indah. Lalu kami pun berjalan-jalan sambil berfoto-foto ria di sana sambil menikmati indahnya ciptaan Tuhan ini. 


Tangkuban Parahu

Pertokoan

Pada awalnya kami mau ke Dusun Bambu, tetapi karena mahal akhirnya kami memutuskan untuk mendatangi floating market karena kebetulan jalannya satu arah menuju Bandung dan yang saya tangkap dari berbagai objek wisata di Bandung atau Lembang adalah walau kita tidak ngapa-ngapain pasti harus bayar, untungnya di sini ada komplimen minuman gratis yang saya langsung tenggak karena haus.

Floating market, tempatnya besar dengan danau buatan di tengah-tengah dengan toko oleh-oleh di pinggirnya namun menurut saya suasananya amat sepi, kami berputar-putar ke beberapa wahana/objek seperti kebun kelinci, tiruan sawah, dan bale-bale hingga berfoto ria di tempat yang menurut kami bagus, tetapi tetap saja benar-benar tidak ada orang di sekeliling kita, ironis sekali padahal dahulu kala tempat ini sangat ramai dikunjungi, ternyata PSBB sangat berpengaruh sekali untuk menurunkan minat wisatawan Jakarta datang ke Lembang. Mulai ada keramaian di tempat makan yang jualannya benar-benar pakai kapal, kamipun ngemil cuanki di sana yang mana kalau mau beli harus ditukarkan dengan koin/token besar khas Floating Market, namun sayang cuanki di sana banyak micin.

Bakso Cuanki

Token / Koin

Karena hari sudah mulai sore, kamipun langsung bergegas ke tempat parkir dan perjalanan lanjut ke bawah,

 lalu kami naik motor dan turun ke bawah yaitu ke Universitas Pendidikan Indonesia atau UPI karena M pernah berkuliah (PPG) beberapa tahun yang lalu, kemudian dengan menggunakan motor, kami berjalan-jalan melewati asrama yang beliau pernah tinggali, lalu jalan kaki ke Villa Isola atau rektorat, dan beberapa gedung yang mempunyai memori tersendiri oleh M seperti gedung FE yang lama dan baru dan gedung aula, sambil menyebut-nyebut kan temannya kiliah selama PPG tanpa disadari, padahal katanya begitu.. Kami pun nongkrong lumayan lama di daerah UPI sambil ngobrol banyak hal kemudian perjalanan lanjut, saya kira hendak makan malam.


Universitas Pendidikan Indonesia

Ternyata tanpa sepengetahuan saya, beliau malah belanja di dekat kampusnya di UPI, sebuah toko dan saya lumayan menunggu lama di emperan toko, beliau buka jastip sepertinya, dan dari sana malah belanja lagi, dan lama lagi, saya agak  akhirnya menyempatkan diri makan malam di restoran steak yang murah di pinggir jalan dekat Setiabudhi, kemudian dari sana mampir apotek sejenak lalu langsung pulang untuk beristirahat.


Mampir ke Toko Pakaian

Makan Malam

Agenda hari itu, selesai...

Komentar