[Runaway Trip '19] Kejadian Tidak Terduga dan Berakhir di Kalimantan (3)

Paginya, saya bertemu dengan Budhonk perihal memberikan baju PDL (Pakaian Dinas Lapangan) MR.DOOSSS (kisahnya bisa baca di label) untuk Simbok karena rencananya mamahnya Simbok (tanteku) akan berangkat ke Balikpapan besok, saya dijemput di tempat saya menginap dan diantar sarapan di Pak Min Klaten, ternyata Budhonk juga menghubungi Mbak Riay dan akhirnya kita bertemu lagi padahal saya tidak menduga juga kalau akan bertemu lagi.

Mereka ternyata hendak mendaftarkan CPNS, maka mereka pun mencari warnet dan saya Jumatan bentar, lalu saya menyusul mereka, si Budhonk asyik dengan proses pendaftarannya di bilik, sedangkan Riay di suruh keluar oleh Budhonk agar mendaftar di laptop nya saja dan saya juga ikutan keluar,  Riay pun mengotak-atik laptopnya, dan daripada menganggur maka saya pun membantu beberapa persyaratan yang dibuat termasuk usulan-usulan, begitu membantu Riay mengisi data tiba-tiba saya seperti tersamber geledek karena ada persyaratan yang tidak saya tulis seperti lupa menulis gelar, dan saya semakin stres ketika membaca syarat bahwa "kurang poin, gugur", langsung kepikiran.

Tetapi saya masih tetap profesional, saya tetap bantu Riay sampai akhir, bahkan sampai dalam tahap swafoto, mengetik, dsb dan syukurlah dapat diselesaikan dengan baik walaupun tidak tahu endingnya jadi melamar di Surakarta apa tidak.

Salah Satu Bukti Pendaftaran (Muka Disensor)

Budhonk pun undur diri karena masih ada urusan dan saya pun bersama Riay hingga malam di warnet sampai pada akhirnya, beliau mengantarkan mencari makanan tetapi karena tidak ada keputusan akhirnya saya meminta balik saja ke rumahnya Riay apalagi beliau juga buru-buru karena ada sepupunya dan mereka hendak jalan-jalan, saya jadinya ya tidak enak juga. Sebenarnya rencananya adalah mau lihat rumah keluarga nya nomor berapa.

Saya pun undur diri untuk pulang saja ke Klaten karena sudah malam, dan kebetulan juga tidak enak sama Riay, dan PDL juga harus diantarkan oleh mamahnya Simbok, saya pun memesan Grab dan Riay membantu saya juga untuk mencarikan lokasi yang tepat, mobilnya sih datang walau dengan penuh sambatan.

Menempuh perjalanan yang lumayan jauh dari kediaman keluarganya Mbak Riay, dengan menempuh perjalanan yang lumayan jauh dan orang yang menyambat terus, akhirnya saya pun tiba di Klaten dan sebenarnya saya sudah ngantuk, tetapi entah mengapa secara mendadak ada keinginan untuk nongkrong di Empon-empon.

Tante saya pun menghubungi Mas Rud untuk bersiap-siap, dengan kendaraan daring kamipun menjemput Mas Rud di persimpangan kemudian melanjutkan perjalanan ke Mpon-mpon, ternyata malam tidak menyurutkan penduduk Klaten untuk nongkrong, terbukti masih ramai. Saya pun memesan wedang jahe dan beberapa cemilan sedangkan yang lain adalah susu jahe, ternyata lebih enak susu jahe.

Kamipun mengobrol banyak hal sambil berkelakar "terakhir ke sini sama Mas Rud, besoknya dadakan ke Balikpapan ketemu tante, apakah hari ini sejarah akan terulang? ", tanteku nyaut "sudah, kamu besok ikut tante ke Balikpapan !" tetapi saya menolak dengan halus karena harus melihat waktu dan dana, singkat cerita, karena badan sudah mengantuk, kamipun pulang ke rumah karena tanteku besok hendak pulang, dan rencananya saya juga

Wedangan Empon-empon

Baca juga : [Local Trip 2018] Kisah : Klaten Sejenak dan "Kabur" Ke Kalimantan, kisah yang sama dengan tahun 2018 silam.
__
Keesokan harinya, tidak diduga saya masih dikejar-kejar untuk suruh ikut ke Balikpapan, saya nya mah masih galau saja dengan beberapa pertimbangan, bahkan saya memastikan apakah Om saya dan sepupu saya, Simbok akan menerima kedatangan saya dan tidak merepotkan jika saya datang? Jawabannya tidak sama sekali, waduh makin keder deh gua. 

Keputusannya, saya ikut berangkat dengan menukar poin saya di 'teketcem' dan saya berangkat ke Balikpapan tidak pakai dana sama sekali alias gratis dan ketika check-in ternyata dewi fortuna masih memihak karena saya masih bisa duduk bersebelahan dengan tante saya, dan oleh-oleh yang sudah dikemas oleh tante saya akhirnya dijebol lagi dan tidak jadi dikirim, karena ada saya, termasuk PDL yang sedianya akan dikirim jadi dibawa langsung.

Saya pun pontang-panting karena dadakan juga, dan untungnya tante saya sangat baik baju saya masih sempat dicucikan (awalnya saya mau cari laundry) jadi saya pergi tidak menggunakan baju kotor karena saya membawa baju dalam jumlah yang terbatas. Akhirnya sore hari pun datang, jemputan pun tiba, saya pun meninggalkan Klaten dan sebelum tiba di bandara, kami membeli masakan padang untuk dimakan di bandara dan alangkah terkejutnya kami karena harganya hanya Rp28.000 untuk dua porsi nasi ayam padahal saya sudah menyiapkan uang pecahan biru.

Tiba di bandara Adisutjipto, kami mencari mesin self-check in di luar ruangan untuk mengakali agar barang-barang tante saya tidak diperiksa (karena tidak ada bagasi, dan ada kisah barang-barang saudara yang lain diacak-acak), namun sayangnya Lion waktu itu tidak punya mesin self-check in, tetapi mesin ticket-kiosk alias mesin penjualan tiket, tetapi bisa self-check in juga, hanya saja yang melayani kelewat judes dan saya juga bisa mengoperasikan sendiri, tetapi dia menahan-nahan walau ujung-ujungnya dikasih juga.  Boarding pass pun berhasil tercetak.

Singkat cerita, kamipun masuk ke ruang tunggu dan pesawat datang tepat waktu, dan tidak terlalu penuh sehingga bisa berpindah tempat yang lowong, penerbangan kali itu sangat mulus walau awan di dekat Banjarmasin banyak sambaran kilat, tiba di Balikpapan di pintu satu dan untuk diingat bahwa bandara SAMS tidak ada travelator, sedangkan pengambilan bagasi Lion biasanya di pintu 6, jadi tidak terbayang jalan jauhnya.



Dan, setelah menunggu beberapa saat, mobil jemputan pun tiba, dan tidak disangka saya bisa bertemu dengan Simbok lagi, padahal tidak ada rencana pada awalnya, malah bisa dibilang rencana kita batal. Lagipula, hasil kelakar di Mpon-mpon ternyata bisa jadi beneran, dan ini seperti mengulang kejadian tahun lalu, history repeat itself.

Halo Kalimantan

Komentar