[Libur Akhir Tahun 2019] - Private Tour ke Benoa Watersport, GWK, Pantai Padang-padang & Tari Kecak Uluwatu (dengan Tips Untuk Orang Tua/Balita)
Untuk perjalanan ini, dikarenakan rasa lelah dan capai menyetir mobil dari Jakarta ke Bali dengan segala kemacetannya, maka mas cukong berinisiatif untuk menyewa tur pribadi untuk sepuluh orang dengan mobil Hi-ace yang bagong, jadi kami sangat santai dan tidak mengatur apa-apa karena semua telah diatur oleh pihak tour, dengan rincian perjalanan adalah watersport, warung makan Ibu Oki, Garuda Wisnu Kencana (GWK), dan menonton Kecak di Uluwatu. Sesekali jalan-jalan menjadi turis.
Perjalanan dimulai dari tempat menginap kami di Ramada Encore Seminyak, kami diantar dengan Bli Ngurah sebagai tour guide dan sopir yang saya lupa namanya, mereka memperkenalkan diri dengan mikrofon mobil dan suaranya memang berisik, tetapi tidak apa sesekali merasakan menjadi turis.
Saya mengulas dari sudut pandang tips dan trik yang mungkin dapat berguna, serta aksesibilitas untuk orang tua dan anak-anak yang mungkin jauh lebih berguna, kalau informasi dari masing-masing tempat (jam buka, harga tiket, dll) saya rasa bisa googling di tempat lain (takutnya kalau saya ulas di sini sudah tidak relevan dengan waktu seperti harga / jam operasional yang berubah).
____
Watersport Tanjung Benoa (BMR)
Kami diantar ke Tanjung Benoa yang merupakan tempat yang sudah ditetapkan untuk watersport, kami diturunkan di sebuah tempat yang sudah ditentukan tur, tempatnya besar namun terlihat kurang begitu terawat kebersihannya, kami menyewa loker dengan jaminan Rp50.000 dan handuk Rp20.000, kemudian kami duduk di meja yang telah disediakan dan petugas pun datang menghampiri dengan brosur hendak main apa, mas cukong agak kalap dan ingin main ini-itu dengan total pembayaran sebanyak Samsung Galaxy A9 ketika harganya masih baru, dengan foto-foto dokumentasi dari sini dan gratis 12 cetak.
Singkat cerita, kamipun ke pantai dan mencoba macam-macam permainan, dan yang paling seru adalah main parasailing karena harus naik kapal ke tengah dan berganti kapal lain di tengah-tengah yang memang dikhususkan untuk parasailing, kemudian badan kami diikat dengan macam-macam peralatan, hanya konyolnya ketika saya belum siap tetapi tali sudah ditarik terbang yang hasilnya adalah saya terbang ke langit, untung kamera pinjeman tidak jatuh. Pengalaman terbang yang benar-benar menarik.
Sampai darat, saya masih disuruh lanjut pakai jetski, walaupun pakai instruktur tetapi kita sendiri yang mengemudikan dan saya benar-benar gaspol menembus ombak, benar-benar seru, hanya saja saya kurang puas dengan hasil dokumentasinya yang kurang baik.
Selesai urusan, kami mandi di tempat yang sudah disediakan dan publik, ada beberapa shower dan alangkah kagetnya pas masuk ada orang asing yang mandi tidak pakai apa-apa padahal ramai-ramai, ketika di Indonesia rata-rata pemandian begini orangnya masih pakai dalaman, weleh kok ora malu yo. Saya mandi, tetapi tidak bawa handuk, jadi basah-basahan.
Mencoba watersport dan sangat seru, hanya kekurangannya hanya satu, yaitu mahal dan tempatnya juga tidak begitu terawat walaupun bagus.
Pengalaman baru, terutama parasailing, jetski, dan beberapa permainan lain yang menantang.
Perjalanan dimulai dari tempat menginap kami di Ramada Encore Seminyak, kami diantar dengan Bli Ngurah sebagai tour guide dan sopir yang saya lupa namanya, mereka memperkenalkan diri dengan mikrofon mobil dan suaranya memang berisik, tetapi tidak apa sesekali merasakan menjadi turis.
Saya mengulas dari sudut pandang tips dan trik yang mungkin dapat berguna, serta aksesibilitas untuk orang tua dan anak-anak yang mungkin jauh lebih berguna, kalau informasi dari masing-masing tempat (jam buka, harga tiket, dll) saya rasa bisa googling di tempat lain (takutnya kalau saya ulas di sini sudah tidak relevan dengan waktu seperti harga / jam operasional yang berubah).
Toyota Hi-ace (Sumber : liputan6.com) |
____
Watersport Tanjung Benoa (BMR)
Kami diantar ke Tanjung Benoa yang merupakan tempat yang sudah ditetapkan untuk watersport, kami diturunkan di sebuah tempat yang sudah ditentukan tur, tempatnya besar namun terlihat kurang begitu terawat kebersihannya, kami menyewa loker dengan jaminan Rp50.000 dan handuk Rp20.000, kemudian kami duduk di meja yang telah disediakan dan petugas pun datang menghampiri dengan brosur hendak main apa, mas cukong agak kalap dan ingin main ini-itu dengan total pembayaran sebanyak Samsung Galaxy A9 ketika harganya masih baru, dengan foto-foto dokumentasi dari sini dan gratis 12 cetak.
Singkat cerita, kamipun ke pantai dan mencoba macam-macam permainan, dan yang paling seru adalah main parasailing karena harus naik kapal ke tengah dan berganti kapal lain di tengah-tengah yang memang dikhususkan untuk parasailing, kemudian badan kami diikat dengan macam-macam peralatan, hanya konyolnya ketika saya belum siap tetapi tali sudah ditarik terbang yang hasilnya adalah saya terbang ke langit, untung kamera pinjeman tidak jatuh. Pengalaman terbang yang benar-benar menarik.
Sampai darat, saya masih disuruh lanjut pakai jetski, walaupun pakai instruktur tetapi kita sendiri yang mengemudikan dan saya benar-benar gaspol menembus ombak, benar-benar seru, hanya saja saya kurang puas dengan hasil dokumentasinya yang kurang baik.
Selesai urusan, kami mandi di tempat yang sudah disediakan dan publik, ada beberapa shower dan alangkah kagetnya pas masuk ada orang asing yang mandi tidak pakai apa-apa padahal ramai-ramai, ketika di Indonesia rata-rata pemandian begini orangnya masih pakai dalaman, weleh kok ora malu yo. Saya mandi, tetapi tidak bawa handuk, jadi basah-basahan.
Mencoba watersport dan sangat seru, hanya kekurangannya hanya satu, yaitu mahal dan tempatnya juga tidak begitu terawat walaupun bagus.
Pengalaman baru, terutama parasailing, jetski, dan beberapa permainan lain yang menantang.
Tips dari rama.dolan :
- Pakai tabir surya, penting, agar kulit tidak gosong
- Biasakan sarapan, tetapi jangan terlalu mepet dengan waktu watersport, agar tidak masuk angin karena angin laut yang kencang
- Bawa baju ganti, syukur kalau bawa handuk atau shampoo, serta bawa tas/kresek untuk baju kotor
- Jangan pakai sepatu, lebih baik sandal karena main air juga pasti dicopot
- Rasanya perlu sehat walafiat jasmani rohani untuk main seperti ini
___
Garuda Wisnu Kencana
Saya sudah lama tidak kemari kira-kira tahun 2003, dahulu belum ada patung yang besar karena ketika pengerjaan patung ternyata Indonesia dilanda krisis moneter sehingga patungnya tertunda dan baru jadi setengah badan dari Garuda dan Wisnhu.
Tiba di area GWK Cultural Park, kami diturunkan di parkiran dan harus lanjut naik shuttle bus yang akan mengantarkan para wisatawan ke pelataran tempat tiket (Plaza Bhagawan), setelah tiba di Plaza Bhagawan kami disuruh menunggu beberapa saat karena tiket sedang diurus oleh guide yang kemudian dibagikan satu persatu walaupun bentuk tiketnya tidak bisa dikoleksi karena bentuknya seperti bon. Cuaca di GWK sangat terik pada waktu itu.
Salah satu sudut di Plaza Bhagawan |
Tiket pun telah dibagikan, maka kami sudah bisa masuk ke dalam, namun entah mengapa kami tidak melewati alur yang telah ditulis di website,
Rute seharusnya (Sumber : GWK) |
Rute yang kami lewati (garis hitam dan kuning) |
Namun kami mengikuti alur yang telah ditentukan di lapangan, jadi kami masuk melalui gerbang kecil di Plaza Bhagawan (01) dekat tempat penjualan tiket, dan untuk mencapai patung utama GWK utama ada dua pilihan yaitu jalan kaki atau dengan buggy tetapi harus membayar sejumlah uang (cek sendiri berapanya di sana, tetapi waktu itu Rp30.000), kami memilih untuk naik buggy ke patung utama GWK yang besar tersebut, karena kalau jalan kaki rasanya sangat jauh dan menanjak, jadi kita diberikan nomor untuk antre buggy yang kapasitasnya hanya enam orang, hanya saja sistemnya masih pakai teriak-teriak sehingga tidak efektif.
Gambaran buggy (Sumber : alibaba.com) |
Dengan buggy, dari pelataran (dekat) Plaza Bhagawan, kamipun menyusuri jalanan menuju patung utama GWK yang kiri-kanannya adalah bebatuan besar (seperti tebing), beberapa lama kemudian kami tiba di patung GWK utama yang katanya salah satu patung tertinggi di dunia. Di dalam patung saya kira ada sesuatu yang menarik, ternyata hanya kumpulan foto-foto serba-serbi GWK (sejarah, orang penting yang berkunjung, proses pembangunan) dengan ruangan yang besar tetapi masih hampa dan terlihat baru setengah jadi (lantai nya pun masih beton) dan jalur antara toilet dan musholla disekat gipsum, ruangan lainnya masih kosong melompong. Jika naik ke atas patung pun harganya relatif mahal dan lift yang disediakan pun hanya satu. Menurut saya tidak begitu menarik.
Andai interiornya sudah jadi dengan lantai, plafon, dan ruangan yang sudah benar-benar jadi dan dengan meda interaktif yang memadai (tidak hanya layar sentuh biasa), mungkin bisa lebih menjual,
Andai interiornya sudah jadi dengan lantai, plafon, dan ruangan yang sudah benar-benar jadi dan dengan meda interaktif yang memadai (tidak hanya layar sentuh biasa), mungkin bisa lebih menjual,
Setelah berjalan-jalan di area patung utama GWK, maka kamipun memutuskan untuk turun, dan naik buggy lagi untuk diantarkan ke bawah dan saya mengira bahwa kita diantar buggy sampai bawah lagi. Ternyata diturunkan di lapangan kosong Festival Park (di daerah ini kita bisa menyewa skuter dengan harga yang lumayan juga namun saya tidak mencoba). Supaya tidak bingung, lihat peta di bawah, lapangan kosong / Festival Park yang dimaksud ditulis nomor 17 kecil.
Dari sana, kami harus berjalan beberapa langkah menuju pelataran yang dinamakan Lotus Pond (16), jika ingin melihat lebih maka wisatawan dapat naik tangga yang lumayan tinggi ke atas untuk berfoto dengan patung burung Garuda dan Wisnu (14 dan 12) yang lama, ternyata menuju patung Wisnu ada lift tersembunyi sehingga tidak perlu naik tangga.
Dari sana, kami harus berjalan beberapa langkah menuju pelataran yang dinamakan Lotus Pond (16), jika ingin melihat lebih maka wisatawan dapat naik tangga yang lumayan tinggi ke atas untuk berfoto dengan patung burung Garuda dan Wisnu (14 dan 12) yang lama, ternyata menuju patung Wisnu ada lift tersembunyi sehingga tidak perlu naik tangga.
Jika tidak mau melihat Garuda dan Wisnu dan langsung keluar, maka jalur untuk keluar area ini dapat dirunutkan sebagai berikut :
- jalan kaki dari tempat penurunan buggy (17 kecil) ke Lotus Pond (16) yang jaraknya lumayan jauh kira-kira 200 meter, harus melewati lorong bebatuan dahulu
- dan untuk mencapai pintu keluar area GWK, wisatawan harus jalan kaki melewati/memotong pelataran Lotus Pond (16) terlebih dulu serta lorong yang kiri-kanannya batu, kira-kira 400 meter (mudahnya tinggal cari tulisan EXIT) dan tembusnya adalah ke Plaza Kencana dan sebelum keluar biasanya ada petugas yang akan mengecap sinar UV di tangan agar bisa masuk lagi (05/10),
Plaza Kencana |
- dari Plaza Kencana, turis harus lanjut jalan kaki lagi melewati toko sovenir / oleh-oleh (04/03), dan menyusuri trotoar komersial yang lumayan jauh (dari 03-02), harus turun tangga dan jalan lagi di daerah tempat pembelian tiket (Plaza Bhagawan - 01),
- dari Plaza Bhagawan, mesti jalan kaki lagi menuju tempat pemberhentian shuttle bus(gambar bus merah sebelah kiri pada peta, sebelah tulisan 01) yang akan mengantarkan ke tempat parkir.
- dan itu belum termasuk jalan kaki mencari kendaraan yang diparkir di parkiran yang terik. Benar-benar melelahkan.
Tips dari rama.dolan :
- Bawa payung, topi dan kacamata hitam karena amat terik
- Orang tua/anak kecil lebih baik menggunakan kursi roda/kereta dorong, karena jalannya lumayan jauh dari tempat penurunan buggy ke pintu keluar pelataran, dan dari sana masih lanjut lagi, dari Kencana (toko souvenir) melewati trotoar setapak ke tempat pembelian tiket, yang dilanjutkan dengan berjalan ke tempat penurunan shuttle buggy menuju parkiran mobil dan ditotal bisa 1,5 KM total jalan kaki.
- Anak kecil siapkan penutup panas, karena kasihan, dan hati-hati dijaga karena banyak tempat untuk ngumpet takutnya hilang karena lari-lari
- Jika Anda bukan pecinta melihat seperti ini (lebih tertarik alam), lebih baik Anda skip karena mahal.
Sebenarnya ada beberapa aktivitas yang dapat dilakukan di GWK, seperti melihat kebudayaan dan parade pada jam tertentu, bahkan menonton pagelaran tari kecak juga di Amphitheatre GWK, tempatnya pun jauh lebih enak tetapi kami lebih memilih di Uluwatu karena suasananya lebih otentik dan sakral.
Pantai Padang-padang
Intinya :
SAMA SEKALI TIDAK DIREKOMENDASIKAN UNTUK ORANG TUA ATAU SAKIT KAKI DAN MEMBAWA ANAK KECIL BALITA, karena kaki saya juga pegal parah, tangganya curam dan lumayan tinggi juga jaraknya karena harus turun melewati tebing, saya rasa anak kecil pun juga tidak mungkin bisa melewati ini karena terjal.
Sebenarnya ketika kami kemari, pantainya bagus karena ada bebatuan alami tetapi karena pantainya sempit tetapi orangnya juga banyak maka agak disayangkan jadi kurang menarik, apalagi waktu itu belum senja sehingga pemandangannya tidak begitu indah. Hanya saja banyak orang asing yang berjemur yang membuat pemandangan menjadi lebih segar mata.
Hanya untuk sebagian orang lokal, lebih baik ke Pantai Pandawa karena tidak perlu berjalan menyusuri tebing yang terjal. Selain itu, banyak monyet berkeliaran, jadi hati-hati dengan barang berharga yang dibawa, walaupun monyet di sini jauh lebih anteng daripada di Sangeh, asal tidak diganggu.
Hanya untuk sebagian orang lokal, lebih baik ke Pantai Pandawa karena tidak perlu berjalan menyusuri tebing yang terjal. Selain itu, banyak monyet berkeliaran, jadi hati-hati dengan barang berharga yang dibawa, walaupun monyet di sini jauh lebih anteng daripada di Sangeh, asal tidak diganggu.
Oh iya, Michael Learns To Rock pernah membuat video klip di pantai ini pada zaman dahulu ketika pantainya masih benar-benar alami dan sepi, bahkan katanya aksesnya dulu lebih susah dan masih alami sekali, kadang tidak menyangka juga biasa menonton video klipnya eh kesampaian ke sini.
Tips :
- Pas senja lebih keren kemari
- Tabir surya adalah barang wajib
- Harus siap sakit kaki karena pegal
___
Tari Kecak dan Api Uluwatu
Perjalanan dilanjutkan dengan menonton tari kecak dan api di pinggir tebing Uluwatu, sebelum masuk, bagi yang berpakaian pendek termasuk celana pendek maka wajib menggunakan sarung karena area ini sebenarnya adalah area pura (Pura Luhur Uluwatu), sedangkan yang tidak pun harus melilitkan kain panjang yang nanti dikembalikan lagi.
Jalan dari parkiran ke halaman yang berada di pinggir tebing (tempat tiket dan istirahat) bisa dibilang jauh, kira-kira 300 meter hingga bibir tebing Uluwatu dengan jalan menurun dan di bibir tebing terdapat halaman luas yang diperuntukkan untuk penghijauan, loket tempat penjualan tiket dan tempat menunggu sebelum masuk ke area Kecak. (lihat gambar, garis kuning nomor 1)
Dari sana, jika mau ke area tari Kecak harus jalan kaki kira-kira 150 meter dari halaman tadi dan menyusuri bibir tebing menuju kubah setengah lingkaran yang merupakan tribun penonton (garis putih nomor 2). Jika telah selesai menonton pertunjukkan, maka jalan keluar dari area tari kecak melalui jalur yang berbeda dari arah masuk sebelumnya, kali ini medannya menanjak, sehingga bisa dipastikan akan melelahkan terutama untuk para orang tua (garis abu nomor 3).
Sedangkan bagi yang sehat walafiat tidak ada masalah kesehatan, bisa naik tangga yang lumayan tinggi ke Pura Luhur Uluwatu yang berada di puncak tebing, menurut saya pemandangan laut dan tebing dari atas sungguh luar biasa indah. Sayang saya tidak ada fotonya, jadi saya sadur dari Tempo.
_
Gambaran Jalan Kaki |
Jalannya |
Dari sana, jika mau ke area tari Kecak harus jalan kaki kira-kira 150 meter dari halaman tadi dan menyusuri bibir tebing menuju kubah setengah lingkaran yang merupakan tribun penonton (garis putih nomor 2). Jika telah selesai menonton pertunjukkan, maka jalan keluar dari area tari kecak melalui jalur yang berbeda dari arah masuk sebelumnya, kali ini medannya menanjak, sehingga bisa dipastikan akan melelahkan terutama untuk para orang tua (garis abu nomor 3).
Sedangkan bagi yang sehat walafiat tidak ada masalah kesehatan, bisa naik tangga yang lumayan tinggi ke Pura Luhur Uluwatu yang berada di puncak tebing, menurut saya pemandangan laut dan tebing dari atas sungguh luar biasa indah. Sayang saya tidak ada fotonya, jadi saya sadur dari Tempo.
Sumber : travel.tempo.co |
Di sisi lain, kami datang pada pukul empat sore, cuaca masih sangat terik dan panas, mata pasti akan terasa silau dan badan akan keringatan parah, apalagi ditambah antrean tari kecak yang sangat mengular (namun kami telah diurus tour jadi santai). Area pagelaran tari kecak dibuka pada pukul 5 biasanya (hingga pukul 18:30) namun yang diluar akan ditolak masuk pada pukul 18:00.
Di dalam area kecak terdapat tribun setengah lingkaran, namun tidak ada atapnya alias langsung menghadap langit dan sore dan yang luar biasanya adalah cuaca di sana sangat terik sehingga tidak semua orang dapat tahan karena teriknya matahari langsung menusuk ke muka dan tidak ada tempat berteduh, apalagi yang duduknya menghadap langsung ke arah matahari terbenam.
Bentuk tempat duduknya menggunakan kursi kayu (bench) yang panjang seperti di stadion kecil, dengan jeda ruang kaki yang sempit bahkan tidak ada ruang sirkulasi orang lewat seperti stadion/bioskop, yang mana jika ada orang lewat pasti sangat menganggu. Selain itu, tidak ada tangga pijakan, jadi kalau ingin menonton di tribun atas atau turun harus lompati tempat duduk yang lumayan tinggi.
Bahkan tidak ada toilet di dalam arena, jadi harus keluar area dan melewati penonton yang tidak ada jalur sirkulasi orang lewat dan itu sangat mengganggu karena sudah pasti menginjak kaki yang duduk, terkena orang yang di bawahnya juga yang di atasnya.
Kecak dan Api Uluwatu |
Bentuk tempat duduknya menggunakan kursi kayu (bench) yang panjang seperti di stadion kecil, dengan jeda ruang kaki yang sempit bahkan tidak ada ruang sirkulasi orang lewat seperti stadion/bioskop, yang mana jika ada orang lewat pasti sangat menganggu. Selain itu, tidak ada tangga pijakan, jadi kalau ingin menonton di tribun atas atau turun harus lompati tempat duduk yang lumayan tinggi.
Gambaran Tempat Duduk di Area Kecak Uluwatu dan tempat lain pada umumnya |
Bahkan tidak ada toilet di dalam arena, jadi harus keluar area dan melewati penonton yang tidak ada jalur sirkulasi orang lewat dan itu sangat mengganggu karena sudah pasti menginjak kaki yang duduk, terkena orang yang di bawahnya juga yang di atasnya.
Tips dari rama.dolan :
- Bawa payung, kacamata hitam yang tebal, topi, koran untuk menutupi muka dan minum karena panas takutnya dehidrasi
- Bawa cushion atau sesuatu untuk diduduki, karena duduk di tempat menonton Kecak lumayan pegal apalagi waktunya lama
- Jangan membawa banyak barang ketika menonton Kecak, takutnya menganggu orang depannya karena ruang kaki yang sempit sehingga kemungkinan bisa mengenai orang.
- Orang tua yang keterbatasan jalan lebih baik pakai kursi roda, karena lumayan jauh juga dan untungnya tempat ini lumayan ramah dengan kursi roda, anak kecil pakai kereta dorong agar tidak capai serta dijaga baik-baik takutnya lari-lari hilang atau paling parah lompat pagar
- Beli tiket secara online atau datang pada pukul 4 (lebih awal) agar dapat tiket, sistem tempat duduk adalah bebas, saran saya enaknya duduk di bagian tengah, jangan di bawah atau terlalu atas.
- Buang air lah sebelum masuk area kecak, daripada merepotkan banyak orang karena susah lewat
Pulangnya, kami dibawa ke Jimbaran di sebuah restoran pinggir laut, dan ketika datang di tempat kami telah disiapkan menu pembuka, menu utama (ikan bakar, udang, ikan kecil yang dijadikan sate), menu penutup, dan pencuci mulut (kelapa asli) yang sangat mengenyangkan. Dan saya membeli jagung bakar yang dijajakan penjual di pinggir laut yang ternyata berasal dari Lombok, dengan harga Rp15.000 dan lumayan mahal tetapi wajarlah.
_____
Private tour selama 12 jam ini saya rasa menghabiskan uang seharga Samsung Galaxy S10 yang biasa ketika masih baru, terima kasih untuk mas cukong yang telah membayarkan semuanya, karena kalau saya sendiri yang membayar tentu tidak akan mampu.
Komentar
Posting Komentar