[Unexpected Journey I] - Ketemu Sepupu Malang dan Kondangan di Gondang (0)


...lanjutan...

Tiba di Yogyakarta, saya pun langsung cabut ke depan dekat kantor Imigrasi untuk memesan transportasi daring menuju Klaten, syukurlah saya langsung dapat pesanan prioritas dan singkat cerita tiba di Klaten dengan aman, dan langsung bertemu dengan tante ku yang di Klaten dan bude serta sepupu ku dari Malang yang sudah lama sekali tidak ketemu. Kebetulan sepupu saya membawa anak dan istrinya kemari.

Untuk pengenalan tokoh utama :

  1. Sepupu seumur ku namanya Q, bekerja di salah satu bagian finansial di Malang, dahulu kami suka main bertiga dengan sepupuku yang berasal dari Kalimantan, Simbok. Tapi begitu dewasa sudah pada berpencar karena kesibukan.
  2. Sepupu yang agak jauh, sebut saja namanya Aga, kakaknya Q, dan baru memiliki putra, beliau datang dengan istrinya Mrs. S (nomor satu dan dua dari Malang).
  3. Mbak Dee, sepupu sesepuh yang tinggal di Klaten tetapi awet muda, mempunyai anak namanya Jvr dan Ltg , suaminya Mas Ad seorang desainer grafis
  4. Bude dari Malang, orangnya agak saklek
  5. Tante dan Om dari Klaten, mempunyai putri, cucu dan mantu yang telah dijelaskan di poin 3.

Saya sudah hampir 5 tahin tidak bertemu dengan Q dan lebih lama dengan Mas Aga, saya pun langsung duduk di ruang tamu sambil ngobrol beberapa hal dengan Q, untuk diketahui Q itu orangnya imut-imut begitu modelnya dan kalau ngomong juga halus. Kemudian, saya pun mengambil swafoto dengan Q dan langsung mengabari sepupu ku Simbok.

Tante ku dari Klaten pun datang dan mengajak Mas Aga untuk keluar dengan alasan saya belum makan (tetapi emang perut lapar sekali), dengan mobil yang dinaiki oleh keluarga Malang, kami pun cus ke rumah keluarga Mbak Dee dan bertemu dengan anak-anaknya dan lucunya Mas Ad kaget terheran-heran kok saya bisa kembali lagi di sini padahal jelas kemarinnya saya baru pulang dari Klaten.


Setelah Mbak Dee dan putra putrinya bersiap-siap, kami pun berangkat mencari makan dan hari sudah agak larut sehingga tak heran kalau makanan agak susah dicari, tetapi untunglah da satu makanan yang masih buka dan beruntungnya itu adalah mie godog kesukaan saya, walaupun menunggunya agak lama tetapi rasanya tidak bisa dibohongi, memang enak.





Selesai makan, kami pun kembali pulang ke tempat masing-masing.

_____

14 Juli 2019

Pagi hari, kami pun bersiap untuk ikut kondangan saudara yang saya tidak tahu siapa karena saudara jauh. Kondangannya berada di gedung pertemuan di pabrik gula kuno di Gondang (nama resminya Gondang Winangoen), tidak terlalu jauh dari rumah.


Ketika tiba di tujuan, kami pun foto-foto dan tujuan utama adalah makan, kami pun menyerbu makanan yang disuguhkan seperti bakso, siomay, dan tengkleng namun di tengah-tengah makan di piring si Q ada uget-uget atau seperti belatung kecil berjalan enaknya di sayur.

Ternyata Mas Ad tampil sebagai drummer di acara pernikahan ini, bahkan yang keren adalah om ku ikutan menyumbang satu lagu, jadi mertua dan mantu bisa bernyanyi dan memainkan alat musik dengan kompak.


Selesai acara, kami pun menyempatkan diri untuk berfoto di lokomotif tua bekas sarana angkut tebu pada masa lampau, kalau melihat auranya sih jangan ditanya serem apa tidak, termasuk rumah-rumah dinas zaman Belanda yang sudah tidak ditempati, saya rasa kalau mau uji nyali sih boleh saja.




Kami pun melanjutkan perjalanan ke Bakso Idola sebelah JM (Jilbab Mart) yang merupakan langganan ibuku dan saudari-saudarinya untuk membeli jilbab, kami pun makan bakso dengan nikmat dan lucunya kami bertemu dengan bude ku dari Malang di restoran ini, sungguh berjodoh. Kami makan bakso karena tidak puas makan di kondangan tadi.


Ketika di mobil, saya bertemu dengan Mas Aga yang sedang menidurkan bayinya, ternyata sedang menunggu ibunya yang sedang belanja di JM, tentunya kami undur diri dan pamit duluan ke rumah eyang, setelah mengantarkan saya ke rumah eyang, tante dan om ku pulang ke rumahnya.


Saya menemani Q untuk mencoba mobil manual, dan benar saja ternyata Q masih kegok dan gasnya masih tidak sampai (seperti bunyi NGUUUUNG mesinnya, seperti ngeden) oleh karena itu saya ada sedikit beri masukan untuknya dan syukurlah Q sudah mulai agak lancar, tetapi karena saya juga sudah lama, saya pun ikut tukeran.


Dan ternyata benar saja, pas nginjek gas itu mobil bunyi NGUUUUNG kelihatan seperti baru belajaran, saya bilang saja mobilnya jelek karena mobil di rumah walau manual tidak seperti ini. Jadi kami berdua latihan muter-muter komplek, ganti-gantian, di beberapa waktu gantian lagi sama si Q, saya suruh jalan terus dia untuk memperlancar bahkan hampir mendekati stasiun atau jalan raya provinsi ! Akhirnya saya suruh puter balik Q karena kendali Q yang megang kendali.


Namun Q tidak berani berputar di jalanan langsung manuver dengan manual, akhirnya saya ambil alih kendali, dan saya berputar di tempat yang lebih logis, kebetulan belakang saya ada jalan kecil, jadi saya mundurkan mobil ke jalan kecil tersebut nanti tinggal bablas. Tetapi tidak semudah itu Ferguso ! Begitu saya mundur memang berhasil, tetapi jalanannya turunan dan otomatis mobil akan mundur kalau tidak hati-hati bisa nyusruk ke belakang, dengan mengucap Bismillah saya tarik rem tangan dan gas separo, mobil bisa jalan tanpa mundur di tanjakan dan bisa bablas dengan selamat padahal saya tidak pernah di posisi itu dengan mobil manual, kalo dibilang mesinnya NGUUUUNG ya jelas, terlihat kayak baru belajaran padahal saya sudah pernah bawa mobil sampai 160km/jam dan bisa dibilang fasih. Setidaknya saya kelihatan bisa di depan Q wkwkw bego dah.

Akhirnya saya yang membawa sampai rumah eyang dan saya parkir tepat depan tanpa ada masalah. Syukurlah. Sebenarnya kalau dipikir-pikir saya bisa bawa mobil manual harusnya bawa motor matik semestinya mudah karena ibarat naik sepeda, nanti saya hendak belajar sama teman yang mau meminjamkan motornya.


Singkat cerita, keluarga bude ku beserta sepupu ku pun hendak pulang ke Malang karena cuti mereka sudah habis, dan kasihan dedek bayi juga kalau kesorean, mereka pun pamitan dengan saya dan sepertinya Q akan kembali lagi untuk pernikahan sepupu ku di Yogyakarta di bulan November, dan semoga kita bertiga bisa bertemu lagi bersama Simbok. Insya Allah.


Dan, sayapun kembali sendirian di sana, hanya ditemani suster nya eyang ku.

Malamnya, saya diajak makan malam dan hanya menggunakan sandal jepit dan tidak membawa barang apa-apa kecuali ponsel dan uang yang ada di kantong, saya kira bakal makan dekat sini, ternyata Jvr minta ke distro di Yogyakarta karena mau membeli baju ! Kebayang dong jauhnya dari Klaten ke Yogyakarta, tetapi om yang juga kakeknya baik sehingga tidak menolak.


Hanya saja sebelum sampai di distro tersebut, kami mampir di sebuah restoran di dekat Prambanan, dan hendak makan dahulu yang restoran nya memiliki suasananya benar-benar lokal dengan budaya Jawa dengan arsitektur gebyok dan taman-taman ala tradisional yang unik, menurut saya konsep seperti ini sudah agak jarang.


Selain itu restoran ini juga memiliki musholla yang besar dan toilet yang layak sekali karena banyak dan bersih, benar-benar keren, lokasinya agak terpencil karena di belakang daerah Candi Prambanan. Makanannya pun lumayan enak namun harganya juga lumayan terjangkau.

Hanya saya lupa namanya, kalau tidak salah ada "Pawon" nya.




Setelah makan, saya pun ngantuk berat karena kecapekan dan ketiduran, pas bangun saya sudah di tempat distro di daerah dekat Gejayan, tetapi mata saya sudah sayup-sayup, tetapi tumben pas balik ke Klaten om ku nyetirnya ngebut sampai yang tertidur pun terasa, mungkin karena sewa mobilnya sudah mau habis.

Komentar