Kisah Sebelumnya : [Unexpected Journey I] - Candi Sambisari dan Bukit Bintang Yogyakarta (3)
19 Juli 2019
Pagi hari, saya sudah bersiap-siap untuk berdandan dan memperganteng diri karena hari itu adalah hari Jum'at, kemudian saya bertanya kepada orang penginapan bahwa di mana masjid terdekat dari penginapan, tetapi bapaknya di sana baik dan berinisiatif menawarkan untuk berangkat bareng-bareng, ya sudah kebeneran.
Saya meminjam sandal hotel yang sayangnya agak lusuh, sandal tersebut saya pinjam ke masjid di SD Condongcatur, dan khotbahnya menggunakan bahasa Indonesia, tidak sebagaimana seperti saya di Batu tempo hari. Singkat cerita, selesai Jum'atan saya pun bingung tujuh keliling karena sandal yang saya kenakan tidak ada alias hilang, mana sandal pinjam pulak dan mungkin ketuker, akhirnya di posisi yang sama saya menaruh sandal ada sandal yang bentuknya sama persis dan saya langsung pakai saja, padahal sandalnya lebih bersih dan kinclong, ya sudahlah rezeki untuk bapak penginapannya.
Karena saya sudah PW menginap di sini, akhirnya saya perpanjang lagi masa menginap saya selama satu hari karena kebetulan harganya lagi murah-murahnya padahal akhir pekan dan kebetulan sudah malas pindah-pindah. Kira-kira pukul satu saya dijemput oleh Budhonk yang sudah membawa boks seukuran mie instan yang cukup padat dan berat, karena hari ini Budhonk berencana untuk bakti sosial (mereka punya kegiatan namanya Senar, aktivitasnya adalah setiap Jum'at biasanya memberikan sedekah nasi kepada orang yang membutuhkan), tetapi tumben kali ini diganti oleh kegiatan bakti sosial walaupun isinya juga makanan.
Karena saya sudah PW menginap di sini, akhirnya saya perpanjang lagi masa menginap saya selama satu hari karena kebetulan harganya lagi murah-murahnya padahal akhir pekan dan kebetulan sudah malas pindah-pindah. Kira-kira pukul satu saya dijemput oleh Budhonk yang sudah membawa boks seukuran mie instan yang cukup padat dan berat, karena hari ini Budhonk berencana untuk bakti sosial (mereka punya kegiatan namanya Senar, aktivitasnya adalah setiap Jum'at biasanya memberikan sedekah nasi kepada orang yang membutuhkan), tetapi tumben kali ini diganti oleh kegiatan bakti sosial walaupun isinya juga makanan.
Rencana tempat bakti sosial adalah di Panti Cacat Ganda "Yayasan Sayap Ibu II" di daerah Kalasan, dekat Candi Sambisari. Sebelum ke sana, kami janjian dahulu dengan kawan-kawan Senar nya Budhonk sebanyak tiga orang di dekat Stadion Maguwoharjo, setelah rombongan tersbut datang baru deh perjalanan dilanjut berdasarkan titik peta yang ditunjukkan oleh Budhonk.
Nah, ketika sudah tiba di titik tujuan yang ditunjukkan di peta, ternyata di sekitarnya hanya ada perumahan dan tak ada tanda-tanda keberadaan panti, teman Budhonk pun bertanya kepada mbah-mbah dan konyolnya mbah tersebut sudah (maaf) pendengarannya kurang dan mungkin lupa, jadi agak konyol, tetapi untungnya teman yang satu lagi bertanya kepada orang yang tepat walau menggunakan Bahasa Jawa Madya yang saya tidak mengerti, "mengko ngetan, ngulon, mriku mawon" hayah...
Setelah ngalor ngidul, akhirnya tiba juga di panti tersebut yang fokusnya kepada tuna grahita pada usia remaja, kami pun bertemu dengan pihak panti dan saya sebagai seksi dokumentasi tentu mengabadikan hal tersebut, yang kemudian dilanjutkan dengan mengobrol di ruang depan tentang panti dan yang dirawat di sini, ternyata di sini adalah panti yang difungsikan untuk berumur remaja, kalau sudah bisa agak mandiri dan sudah agak besar bisa dipindah ke panti tiga.
Kemudian, pihak panti pun menanyakan alamat yang hendak digunakan untuk mengirim plankat/tanda, akhirnya semua kompak untuk menulis alamatnya Budhonk karena sesepuh dari Senar (bisa dibilang kuncennya), ketika semua urusan selesai, maka kami semua pamit.
Searah jarum jam : Budhonk membawa boks, bertemu dengan pengurus, mengobrol, memberikan bantuan kepada anak-anak panti |
Budhonk ada rapat basecare (hidupnya memang sibuk dengan rapat) di sebuah kafe yang baru buka dekat Muhammadiyah, ternyata bukan kafe biasa karena desain interiornya bagus dan rupanya harganya agak mahal untuk ukuran Yogyakarta, saya dan Budhonk berpisah meja dan saya hanya memesan es coklat sambil berdiam diri memilih tempat di meja bar, colok earphone sambil bergalau ria menghadap ke jalan raya atas kenangan saya di Yogyakarta tempo hari. WKWKWK.
Lama kemudian, saya pun dipanggil Budhonk untuk ikutan gabung di mejanya yang mana di sana ternyata ada si Riay juga, namun saya mendengar sekilas saja sepertinya pada ogah-ogahan. Kasian Budhonk.
Selesai urusan ini, saya pun diajak untuk makan malam lesehan di pinggir kali Code, tepatnya di bawah jembatan Sayidan, yang sudah terkenal karena lagunya Shaggy Dog di awal tahun 2000-an. Lesehan ini buka terus selama 24 jam dan katanya Budhonk sering mengajak kawan-kawannya dahulu.
Suasananya asyik karena benar-benar di pinggir kali atau bahasa kerennya adalah 'riverside' langsung menghadap ke Kali Code, dan untungnya kalinya bersih serta tidak bau sampah seperti di Jakarta kebayang kalau kita sedang makan tetapi kalinya bau, dan makanan yang disajikan pun lumayan enak, hanya saja saya salah memesan yaitu soda gembira, yang mengakibatkan tenggorokan saya mulai eror.
Ketika hari mulai larut, kami pun pulang ke arah Condongcatur, dan tenggorokan ku mulai menunjukkan gejala tidak beres.
|
Komentar
Posting Komentar