[Kisah Juni '19 - 2] : WC Hotel Bocor, Alun-alun Kidul, Baksos dan Hiburan

Sebelumnya, saya mendarat di YIA yang dilanjutkan dengan naik DAMRI menuju daerah Maguwo, tepatnya di Transmart Maguwo, karena tenggorokan saya haus sekali maka saya masuk sebentar untuk beli minum Teh Gopek yang harganya murah banget untuk ukuran mal, kemudian keluar lagi dan langsung memesan transportasi online menuju penginapan tetapi saya baru menulis alamat ancar-ancarnya saja karena saya sudah punya 5 pilihan kandidat hotel yang akan saya inapi, dan selama di transportasi daring akhirnya saya kerucutkan menjadi dua pilihan yang menurut saya harganya bagus dan sreg untuk tidur.


Akhirnya saya memutuskan untuk memilih satu dari dua pilihan yang telah dikerucutkan sebelumnya dan pilihan jatuh kepada Hotel Cakra Kembang di Jl. Kaliurang, kocaknya adalah saya baru memesan hotel itu lima menit sebelum sampai hotel Cakra Kembang, semenjak ada travel daring memesan hotel menjadi sangat mudah.




Gambaran Hotel (Sumber : booking.com)

Ketika tiba menurut saya lokasinya cukup strategis karena dekat Ringroad (namun agak jauh dari kota), tetapi dekat Tempo Gelato yang lagi hits dan beberapa tempat makan besar seperti Yoshinoya dan Ayam Tulang Lunak, jadi tidak kesulitan makan. Menurut saya hotelnya agak besar walaupun tua, ada kolam renang dan lift walau kelihatan masih baru (tambahan), kamarnya juga besar walau tua dan tanpa pemandangan.

Namun, sayang sekali yang awalnya niat ingin beristirahat sejenak karena badan yang remuk setelah jalan-jalan keliling Jawa kemarin (naik mobil) dan balik lagi dengan pesawat, harus ditangguhkan dahulu karena air toilet tiba-tiba bocor dan mengalir amat deras, sehingga harus memanggil teknisi hotel dan proses servis membutuhkan waktu cukup lama, makan sore pun tertunda menjadi makan hampir malam. Menyebalkan.



Malamnya setelah saya mandi dan beristirahat sebentar, saya dijemput oleh kawan saya yang bernama Budhonk (perkenalan ada di halaman belakang), seorang wanita petualang, dengan motor tuanya saya pun diajak ke Alun Alun Kidul Yogyakarta atau Bahasa Indonesia nya adalah Alun-alun Selatan, karena saya menginginkan suasana lokal dan benar-benar ingin relaksasi pikiran dari hiruk pikuk Jakarta.


Alun-alun Kidul

Ketika tiba, saya agak terkesima, karena sudah delapan tahun saya tidak kemari lagi dan sekarang sudah banyak mobil-mobil warna warni dengan hiburan di dalamnya walau cara menggunakannya adalah tetap dikayuh dengan pedal seperti mengayuh sepeda (dulu bentuknya adalah seperti sepeda tandem, sekarang bentuknya seperti mobil).




Singkat cerita, kami pun menghampiri beberapa food-street atau bahasa kerennya adalah gerobak pinggir jalan yang menjajakan sajian khas berselera, orang duduk bersila 🎶..... Jadi pilihan waktu itu adalah makan "tempura" karena Budhonk yang merekomendasikan, jadi maksud "tempura" ini yaitu makanan tidak hanya udang, yaitu berbagai macam makanan yang ditusuk seperti sate seperti udang, bakso, telur, sosis, nugget dan sejenisnya, nanti pilih makanan yang diinginkan dalam suatu piring, nanti tinggal bayar kemudian dimasak.

Kami pun memilih tempat duduk di pelataran alun-alun, saya pun duduk dan Budhonk pun pergi sebentar dan entah dari mana tiba-tiba Budhonk membawakan saya wedang ronde yang hangat, katanya cocok untuk obat masuk angin. Kebetulan memang saya baru pergi dari keliling Jawa kemarinnya, terus berangkat lagi makanya badan babak belur.




Gambaran Makanan dan Budhonk

Makanan yang telah kami pilih pun datang, kami pun menyantap pelan-pelan sambil mengobrol tentang kisah keluarga, teman dan baru kali ini juga saya bercerita tentang seseorang yang membuat saya terkenang terus hahaha (bukan mantan gw yang pasti), dan konyolnya Budhonk langsung tahu siapa orang yang dimaksud entah dia tau darimana orangnya, dan Budhonk pun mau tertawa terbahak-bahak hanya untungnya ditahan sama dia, akhirnya saya mengakui bahwa saya ada di satu titik senang dengan seseorang, tetapi sayang sekali dia tidak bisa dimiliki.


Di sini banyak pengamen atau kita sebut musisi jalanan, kita bisa minta lagu sesuai keinginan, dan Budhonk menanyakan saya lagu apa yang hendak dinyanyikan oleh mereka, saya malah bingung tujuh keliling. Akhirnya diputuskan lagu pertama adalah "Yogyakarta" dari KLa Project , lagu keduanya lupa.


Liriknya benar-benar penuh makna sekali, ini baru mantap menikmati hidup yang benar-benar indah, tanpa harus memikirkan hal-hal yang tidak penting, malah saya menjadi rindu pada seseorang yang sudah lama tidak ketemu, tetapi bukan gebetan, pacar, ataupun mantan.


Selesai, tak kasih uang yang lebih karena belum pecah uang, tetapi saya salut juga dengan Budhonk karena dia bisa memberikan banyak uang kepada 'yang membutuhkan', entah beliau nuker banyak uang kecil di mana, mungkin beliau punya bank?





Waktu benar-benar sangat cepat di sini, tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, akhirnya saya diantar Budhong balik ke hotel dan beliau pulang ke rumah.

___

Keesokan harinya,


Sarapan dan Karaoke

Di pagi hari yang cerah, saya dijemput lagi oleh Budhonk di hotel tempat saya menginap (sekalian check-out dan menitipkan barang), dengan menggunakan motor sepuhnya, kami pun cus ke arah Condongcatur untuk sarapan pagi dan sekalian janjian dengan kawan kita yaitu Budiyah (Buonyet) yang telah menunggu di Soto Ayam Wonosari.


Rupanya waktu itu Budiyah sedang bingung karena adiknya hendak tunangan bahkan menikah, dan tentu saja itu artinya Budiyah disalip karena beliau belum menikah, kalau mendengar ceritanya sebenarnya agak lucu sih karena Budiyah ini dikhawatirkan oleh keluarganya hendak kabur atau lari takutnya frustasi, tetapi aslinya mah Budiyahnya santai saja.



Soto ini rasanya enak dan murah meriah, dengan tambah kerupuk dan sate usus rasanya lebih joss, dan lebih joss lagi karena pas mau bayar ternyata sudah ada yang bayar.

Namun, ada yang menggelitik hati dan mataku, saya menemukan restoran Padang yang namanya benar-benar membuat saya berpikir keras maksudnya apa...




"Tanpa Nama"

Kemudian kami melanjutkan karaoke ke tempat karaoke yang sepertinya tidak meyakinkan tetapi nyatanya ramai, padahal masih pagi, walaupun lokasinya terletak di sebuah tempat yang cukup terpencil tetapi ramai karena orang yang tinggal di daerah sana tidak perlu jauh-jauh ke pusat keramaian untuk menyalurkan hasrat menyanyi.


Kami menyanyikan banyak lagu, yang enak dan syahdu hingga dangdutan, ya seperti orang kesambet gitu. Hanya saja di awal mau karaoke, sepertinya mesinnya error seperti nge-freeze sehingga harus direstart, dan itu benar-benar membuang waktu sekali.





Baksos

Mengulang kisah beberapa waktu lalu, Budiyah ini merupakan orang yang sangat aktif di organisasinya, nah ada suatu organisasi yang beliau ikuti yang mempunyai kegiatan bernama Senar, yaitu aktivitasnya adalah membagikan makanan kepada orang yang lebih membutuhkan dan kebetulan Budhonk bergabung di sana.


Jadi seusai kunjungan dari karaoke, kami langsung tancap gas menuju daerah belakang Malioboro (dekat Muhammadiyah) untuk bertemu dengan kawan satu organisasinya Budhonk di tempat ayam goreng (Popeye) untuk mengambil pesanan yang telah dipesan sebelumnya, dan karena miskomunikasi, temannya ini sebenarnya sudah memesan dan ndelalah Budhonk juga ikutan pesan dan alhasil makanan yang akan dibagikan jadinya kebanyakan, harusnya jatahnya memberikan lima kotak menjadi lima belas kotak.




Aktivitas Senar

Saya bertugas dokumentasi dan memotret aktivitas yang dilakukan oleh Budhonk ketika memberikan nasi, yang nantinya akan dibuat sebagai laporan ke pusat. Sedangkan Budiyah mengawal saja.

Kami pun benar-benar hunting mendaki gunung lewati lembah menyusuri kota untuk mencari orang yang membutuhkan baik itu tukang sampah, koran, becak dan orang yang tidak punya rumah seperti pemulung.


Pertama kami menyambangi tukang sampah di dekat stasiun, tukang koran di dekat Jalan Abu Bakar Ali, kemudian tukang sampah di dekat Balai Yasa, sampai melaju kencang ke arah Jalan Solo sampai berputar ke arah Ambarrukmo terus balik ke arah UIN lagi karena ada ibu-ibu yang memang terlihat kelaparan di gerobaknya. Sebenarnya melihat mereka dapat makanan, mukanya pada sumringah senang, alhamdulillah jika mereka senang dengan apa yang diberikan, memang mulia sekali. Dan Budhonk ini memang orangnya peduli sama orang yang dipedulikan.


Sudah beberapa kotak nasi diberikan walaupun masih sisa banyak, ternyata perut kami sendiri rupanya sudah meronta keroncongan disko alias lapar karena belum makan juga apalagi waktu sudah hampir sore, akhirnya kami makan siang di sebuah lesehan di daerah dekat UTY Glagahsari, dan menurut saya unik juga, baru tahu kalau di sini nasi bisa nambah sepuasnya, dan kali itu saya menyantap ayam goreng dan lalapan rasa begitu nikmatnya. Karena saya tidak tahu, saya mah manut saja, kapan lagi istilahnya jalan-jalan tanpa harus mengatur itinerary hahaha. Apalagi mereka berdua 'kuncennya' Jogjakarta.





Menonton Film

Setelah makan, kami pun berencana untuk menonton film Single karena Budiyah ini sudah kebelet banget nonton filmnya Raditya Dika dari kemarin, yaitu Single 2 yang dimainkan oleh dia sendiri. Akhirnya kami cus ke Lippo Plaza untuk menonton film di Cinemaxx, dan rupanya film tersebut cukup laris sehingga kami mendapatkan tempat duduk agak depan dan studio lumayan ramai dengan orang yang hendak menonton.




Pulang dari nonton, kami malah membahas cerita di dalam film seperti makan buah ceri dan brok brok (di film manggil 'bro' jadi 'brok), dan berapa waktu kemudian setelah menonton dan mengambil motor dari parkiran (dan bayar parkirnya keren pakai OVO walau agak ribet di awal), kami berdua pun berpisah dengan Budiyah yang hendak ke Magelang untuk mengikuti prosesi lamaran adiknya, sedangkan aku diantar ke hotel untuk mengambil barang ku yang paginya aku titipkan, dan waktu itu konyolnya saya belum tahu mau menginap di mana malam itu, alhasil saya berdiam diri di lobi hotel Cakra Kembang sambil menganalisa mana hotel yang terbaik dari sisi harga dan lokasi, berbagai aplikasi travel daring pun saya banding-bandingkan mana yang terbaik.


Pindah Penginapan dan Malam Dengan Budhonk

Akhirnya setelah setengah jam mencari penginapan (akhirnya tidak jadi menginap di hotel karena perihal keuangan), saya pun langsung memilih dan membayar penginapan tersebut karena kamar tinggal satu, dan diikuti dengan memesan transportasi online dan naik mobil menuju penginapan berikutnya, ketika tiba saya langsung bersih-bersih mandi dan beristirahat sebentar merebahkan badan.


Menurut saya penginapannya sangat standar, bekas kos-kosan tetapi dikerjasamakan dengan OYO, jadi untuk harga Rp150ribuan menurut saya sangat wajar dapat sabun, shampoo, body lotion, air minum, televisi, AC dan WiFi. Dan tidak perlu diulas lebih detil, foto sudah menjawab banyak.






Malamnya, Budhonk datang lagi, untuk mengajak makan malam di Annisa Chinese Food di belakang Universitas Sanata Dharma, dan saya agak terkesima karena mereka menjual makanan dalam hot-plate yang sangat panas, rasanya lumayan enak (untuk standar restoran cilik), kami memesan udahg goreng mentega dan cumi di piring panas atau hot-plate, dan harganya pun juga pas di kantung sehingga tidak menguras dompet.


Karena belum puas, kami pun nongkrong lagi di Kedai Oak di dekat daerah Seturan sana, dan begitu tiba tempatnya lumayan juga dan yang paling penting ternyata mbaknya di sana lumayan bening, sehingga mata yang tadinya ngantuk jadi segar bugar.


Hanya saja mbaknya konyol, saya ingin tahu apa perbedaan minuman antara "special chocolate" dengan "chocolate" yang biasa (mungkin isi atau topping nya bisa berbeda) dengan bertanya kepada mbaknya, ternyata jawaban mbaknya "bedanya yang satu itu coklatnya spesial yang satu ya biasa" sambil memasang muka bingung, tetapi karena mbaknya bingung malah saya pilih minum "special chocolate" biar tidak makin puyeng.


Me be like :




Sumber : imgflip.com

Kami pun melewati malam dengan mengobrol banyak hal termasuk kisah saya dan Budhonk secara bergantian dari masalah teman, keluarga, dan hal-hal yang tak penting sekalipun, sambil melihat buku yang dibawa oleh Budhonk yang berisi tentang puisi dan saya ikut menuliskan suatu kata-kata mutiara dalam buku kecilnya.


Malam pun terasa cepat tanpa terasa, sungguh nikmat apalagi dengan makan pisang coklat-keju dan minum coklat, dan karena mata sudah mengantuk akhirnya kami pun cabut dari sana, dan untung orang kafe sangat kooperatif karena ponsel saya tertinggal di meja. Hadeh efek mata sudah kiyep.




Foto 1 dan 2 di Annisa Chinese Food, Foto 3 di Kedai Oak

Saya pun diantar Budhonk ke penginapan lagi, dan saya mengira ini pertemuan terakhir sebelum saya pulang ke Jakarta, namun ternyata tidak karena tidak dapat tiket kereta, dan keesokan harinya saya malah bertemu dengan teman SMA yang sudah lama tidak ketemu, namanya Taufik, dia kuliah di BPN (Badan Pertanahan Nasional) karena dibiayai kantor, memang luar biasa kawanku itu dari dahulu sampai sekarang memang mantap nian. Setelah ketemu dengan Taufik, saya pun langsung berangkat ke tempat eyang saya di Klaten dan tidur di Klaten selama dua hari karena menunggu Bu Diyah.


Sekian kisah ku saat itu !

Komentar