[Kisah Juni '19 - 3] : 12 Jam di Jogja, dengan Monyet, dan Biji Nangka di Kopi Klothok Sebelum Pulang ke Jakarta
Prolog
Kisah ini terjadi karena saya tidak dapat tiket kereta di hari Minggu karena penuh, dan tiket kereta yang tersedia ke Jakarta adalah hari Senin, namun saya sudah diwanti-wanti harus sampai di Jakarta pada hari Selasa.
Di sisi lain, saya masih ingin liburan walau hanya sebentar karena teman-teman di Yogyakarta kebetulan hari itu sedang bebas, akhirnya saya memutuskan untuk naik kereta malam dan bela-belain naik Luxury 2 karena sekalian mencoba juga.
Kisah
Seperti kisah yang terulang seperti sebelumnya, dari rumah nenek saya, saya menggunakan transportasi online untuk menuju Stasiun Klaten dan untuk menuju ke Yogyakarta saya lagi-lagi naik Solo Express, namun sebelumnya saya mencetak boarding pass untuk kereta tujuan Jakarta yang akan saya naiki malam nanti, walau belinya dari Stasiun Klaten tetapi saya bisa berangkat dari Stasiun Yogyakarta.
Setelah setengah jam berlalu, saya pun turun di Stasiun Besar Yogyakarta dan langsung menitipkan barang bawaan saya di loker dengan biaya sebesar Rp70.000 hingga pukul delapan malam, saya tidak tahu bagaimana hitung-hitungannya, yang pasti barang sudah bisa ditaruh dalam suatu lemari loker dan kuncinya dapat kita bawa sendiri setelah kita bayar dan diberikan tanda terima oleh penjaga. Lokasi loker berada di dekat pintu menuju terowongan keluar stasiun menuju Pasar Kembang (tetapi masih di peron stasiun).
Ketika semua urusan sudah beres, akhirnya saya pun bertemu dengan kawan saya, Budhonk dan lagi-lagi dijemput dengan menggunakan motor sepuhnya untuk menuju daerah Jalan Kaliurang untuk bertemu dengan teman lain, yaitu Budiyah.
Singkat cerita, kami pun bertemu Budiyah di pom bensin di daerah Jalan Kaliurang dekat daerah Condongcatur, kami pun bertemu untuk melanjutkan perjalanan ke tempat yang dirahasiakan oleh mereka, dan tempat ini sangat jauh dari kota, mungkin ada 30 KM dari pusat kota. Tetapi sebelum lebih jauh kami membeli cemilan dahulu di sebuah minimarket di sana.
Sepanjang perjalanan, ternyata sepanjang perjalanan menuju ke atas, pemandangannya sangat bagus, karena bisa langsung menghadap Gunung Merapi yang agak berkabut, namun bentuk gunung masih terlihat cukup jelas walau dari jarak jauh. Kami melewati banyak jalan menanjak, melewati RS Grashia yang Budhonk mempunyai kesan pesan di sana.
Singkat cerita, kami tiba di sebuah tempat wisata (yang saya lupa namanya, sengaja) tetapi kami tidak berkunjung ke tempat wisatanya itu sendiri, tetapi lebih memilih untuk mendatangi tempat yang masih alaminya dan mungkin jarang orang akan kesana, yaity taman cukup rimbun yang menghadap ke perbukitan yang sekitarnya adalah dataran tinggi, hanya sayang gunung tidak terlalu terlihat
Hanya saja, ketika kami baru mau bersantai sejenak sambil berfoto-foto pemandangan, kami kedatangan tamu yang tidak diundang, yaitu seekor monyet yang tiba-tiba datang diam-diam dan langsung menggondol cemilan yang kami bawa, untung yang dicolong hanya satu buah jadi tidak rugi-rugi amat. Kok dia tahu makanan yang enak ya (cemilan kentang goreng dengan sambal) ? Emang dasar monyet !
Dan konyolnya, monyet tersebut kami rasa cukup pandai, dia bisa membuka snack dengan mudahnya dan bukannya isi snack yang dimakan, tetapi sambalnya terlebih dahulu (snack kentang dengan sambal yang warnanya merah), untungnya dia tidak mengajak teman-temannya untuk menjarah cemilan yang kami bawa karena monyet tersebut langsung naik ke pohon dan menikmati sendiri hasil jarahannya.
__
Karena mulai tidak nyaman, akhirnya kami bergegas untuk pergi dan mencari tempat lain yang lebih indah, dan baru beberapa jalan kami menemukan villa tua yang sudah tidak berpenghuni dengan latar belakang pohon pinus yang rimbun, awalnya kami hendak berfoto-foto saja di sini, tetapi karena pemandangannya lebih indah kami memutuskan untuk mengobrol di sini sambil menikmati cemilan yang tersisa.
Kami mengobrol masalah yang lucu dan hingga membahas mantan dengan ketawa-ketiwi, kalo kata Budhonk kami bertiga ini dipertemukan oleh masalah yang serupa. Kocak.
Hanya saja, kesyahduan mengobrol agak terganggu karena banyaknya anak-anak tanggung yang datang ke rumah tersebut, sambil menggeber-geber motornya, malah ada yang dari atas melihat kita yang sedang bersantai lesehan. Entah maksudnya apa.
Setelah puas ngobrol sambil makan kuaci, kamipun membereskan sampah-sampah dan bergegas turun, kali itu tujuannya adalah menuju kopi klotok yang sudah cukup terkenal katanya sampai pejabat hingga mantan presiden pun datang, dengan pertimbangan singkat akhirnya peta pun ditetapkan, namun setelah seberapa jauh perjalanan ternyata lokasinya sangat berbeda.
Kami salah tempat dan bisa dibilang nyasar jauh sekali, kira-kira melenceng 7 KM dari titik yang sebenarnya, akhirnya kami pun kembali lagi ke atas, tetapi untungnya perjalanan ini melewati pemandangan yang sebenarnya lumayan indah karena banyak sawah dan latar belakang gunung Merapi masih benar-benar terlihat jelas saat itu.
Kopi Klothok
Singkat cerita, kami pun tiba di Kopi Klothok (yang beneran itu alamatnya di Jl Kaliurang KM 15), ternyata posisinya benar-benar dekat dengan minimarket yang kami sambangi paginya, tetapi sayang kami datang ke sini pas ramai-ramainya sehingga hampir tidak dapat tempat, bahkan makanan nya pun antre panjang sekali.
Saya benar-benar awam dengan sistemnya, ternyata kita bisa mengambil nasi sepuasnya, sayur-sayur yang telah disediakan, beberapa pelengkap seperti pisang goreng, dan beberapa lauk pauk dan sistemnya seperti all you can eat tetapi tahu diri saja.
Di belakang, terdapat stand untuk mengambil telur yang sedang hangat-hangatnya, dan antrean semakin mengular karena telur masih proses dimasak, pas selesai kami bisa
Setelah diicip, sebenarnya rasanya enak, hanya saja karena ramai jadi suasananya jadi kurang nyaman, telur gorengnya benar-benar enak dan renyah sehingga menggugah selera makan, tetapi sayang karena perut sudah kadung kekenyangan jadi tidak bisa menikmati lebih lanjut. Untung ngambilnya agak pas jadi tidak mubazir.
Hanya saja timbul suatu hal yang agak lawak, rupanya tanpa disadari Budiyah makan biji nangka, pada awalnya saya tidak tahu dampaknya jika makan biji nangka, ternyata makan biji nangka bisa membuat perut menjadi penuh gas dan tentunya akan membuat orang sering buang gas / kentut dan baunya busuk, ternyata bener saja, muka Budiyah sudah pucat karena nahan kentut terus dan beliau seperinya berkali-kali mengeluarkan gas beracunnya. Padahal orang yang antre makan cukup ramai dan posisinya persis di belakang meja kita.
Saya pun menghindar (awalnya ingin mencari toilet, tetapi penuh karena hanya satu tetapi untuk orang banyak, adapun toilet lain di rumah seberang tapi mager jalan), alhasil saya malah ke belakang untuk melihat pemandangan di belakang bangunan restoran yang ternyata alami dan bagus, hamparan sawah seperti di Bali dengan gunung Merapi sebagai latar belakangnya Benar-benar cantik dan indah sekali.
Ketika duduk di kursi lagi, saya baru sadar bahwa si Budiyah ini melancarkan 'aksi' nya ketika saya pergi sampai bunyi 'brodododot' kata Budhonk, aduh saya yang baru duduk langsung melihat geli keri hihihi.
Selesai makan, kami pun ke kasir dan sebutkan apa yang kita makan dan minum ke mbak kasir, sebenarnya kalau mau kabur langsung pun tidak akan ketahuan karena orang bebas masuk lalu-lalang, dan tidak ada yang ngecek, tetapi kejujuran itu hal yang lebih berharga dari apapun juga.
Kami pun bergegas melihat persawahan di belakang, dan memutuskan untuk foto-foto karena suasananya bagus, apalagi pas senja, pemandangan Merapi dipadu dengan matahari terbenam benar-benar indah apalagi waktu itu kami benar-benar jalan ke tengah sawah sehingga pemandangannya agak sepi.
Di tengah sesi foto, ada anak-anak muda yang ramai-ramai bergerombol untuk foto-foto juga, sambil melihat ke arah mereka kami ada sedikit rasan-rasanan (ngomongin orang) dengan Budhonk, bahwa di antara mreka ada orang yang perawakannya mirip dengan Budhonk, tetapi langsung disanggah oleh Budhonk karena berbeda jauh dan lagipula usianya juga lebih muda.
Belum kelar rasan-rasanan, anak tersebut jongkok karena hendak mengambil foto teman-temannya dan langsung ada bunyi "BROOOT" menggelegar tanpa dia sadari, saya beserta Budhonk dan Budiyah lihat-lihatan itu suara apa, dikira pada awalnya suara serangga, tetapi sebenarnya itu suara kentut anak muda tersebut yang menggelegar bagai petir, dia tidak sadar kalau sawah tersebut suasananya senyap, jadi jikalau kita bersuara kecil pun pasti akan terdengar jelas dan lucunya anak tersebut mengakui sendiri ke kawan-kawannya kalau dia kentut, aduh di sana kami langsung buyar ketawa ngakak karena Budiyah juga merasakan hal yang sama, beliau juga masih kentut-kentut juga hanya saja tidak menggelegar seperti anak muda tadi, mungkin karena efek biji nangka.
Intinya, jangan makan biji nangka kalau tidak mau kentut-kentut.
Mampir Ke Rumah Bu Diyah
Karena hari sudah mulai sore, dan Budiyah dipanggil ibu negara untuk menemani beli salak, akhirnya kami pun bergegas keluar dari restoran tersebut untuk menuju daerah Condongcatur, tempat mereka tinggal.
Kami mampir ke rumah Budiyah untuk melihat kucingnya yang bernama Poki, anehnya kok dia senang sekali dengan bau yang aneh, kucingnya suka memeluk kaki Budiyah. Kocak. Kami pun di sini sambil menunggu memindahkan data menggunakan Bluetooth ke ponsel Budhonk dan itu lama sekali, sedangkan Budiyah pake Share It sangat cepat.
Setelah hari sudah mulai malam, saya dan Budhonk berangkat menuju stasiun kereta. Dan ternyata waktu sudah berjalan sangat cepat, tidak terasa.
Kopi Joss Siska
Hanya saja sebelum tiba di stasiun, kami memutuskan untuk nongkrong di jalan kecil pinggir stasiun untuk nongkrong di kedai kopi Siska (tetapi tidak pakai eee ), saya memesan Milo hangat dan Budhonk memesan kopi joss yang katanya khas dan digemari masyarakat di sana.
Kami pun duduk meleseh dan masing-masing dari kami sudah mainan ponsel, entah sudah tidak ada bahan mengobrol. Tetapi ada sebuah ironi, Budhonk mengunggah foto kopi yang masih ngepul panas, sudah diupdate menjadi status, tetapi ada suatu hal kopinya tumplek tinggal sedikit, aduh sayang sekali mungkin emang itu suratan tidak boleh minum kopi, akhirnya dia memesan es Milo.
Waktu pun berjalan sangat cepat di Yogyakarta, akhirnya saya pun memutuskan untuk pulang ke kota ku karena kereta hendak datang beberapa waktu lagi, saya berpisah dengan Budhonk dan menyempatkan untuk selfie, semoga kita bisa bertemu lagi di kota yang istimewa ini.
Tanpa disadari, ketika tiba di stasiun, waktu pun sudah berjalan sangat cepat dan kereta pun datang menjemput untuk pulang ke kota ku tak ada setangkup haru dan rindu wkwk.
Akhirnya sekian hasil perjalanan ku saat ini. Saya pun langsung mengambil barang di loker, cuci muka agar segar dan tampan serta langsung menuju peron karena kereta sebentar lagi telah tiba.
Info sedikit, ternyata walaupun beli tiket dari Klaten, tetapi saya bisa cetak di Klaten dan naik dari Stasiun Yogyakarta.
Sampai bertemu di perjalanan selanjutnya....
Komentar
Posting Komentar