Merupakan bagian dari "Dolan Dewe - Mei 19"YOGYAKARTA - 2 MEI 2019
Saya akan menulis ulasan, namun lebih kepada pengalaman yang bisa dijadikan sebagai referensi tetapi bukan patokan yang benar-benar pasti, takutnya untuk beberapa tahun ke depan sudah tidak relevan.
Marriott Yogyakarta Hotel ini bisa dibilang hotel baru waktu itu, baru dibuka setahun dari tahun 2019 jadi masih terlihat rasa megahnya, lokasi nya terletak di Ringroad daerah Condongcatur, Sleman tepat di belakang Hartono Mall yang besar itu, memang untuk ukuran Yogyakarta dan sekitarnya hotel ini besar sekali , namun sayang desain arsitekturnya tidak membuat saya kagum sama sekali, terlalu biasa apalagi di daerah Yogyakarta yang bisa dibuat lebih ada unsur budayanya.
Ketika masuk ke dalam lobi, memang ruangannya besar tetapi menurut saya kesan 'wah' nya kurang sekali, karena biasa saja interiornya bahkan bentuk plafonnya super standar.
Saya agak ketipu dengan gambar yang diiklankan di baliho dan ditampilkan di travel daring, ternyata bagian interior yang gambar yang megah dengan lampu kristal dan bentuk plafon yang terinspirasi dari bentuk atap keraton adalah bagian ballroom bukan lobi.
Bahkan di laman resmi nya pun contoh gambar lobinya terlihat mewah karena hanya mengambil bagian dari meja resepsionis. Tahu gitu saya buka Tripadvisor untuk melihat gambarnya lebih detail, tetapi tidak seru karena jadi spoiler dan perasaan (excitement) untuk melihat hotel ini jadi sirna karena sudah tahu.
Sebenarnya bisa saja kemari, tetapi saya lihat suasana ruangannya gelap sekali karena tidak ada acara, jadi lebih baik tidak usah daripada ditanya-tanya sama satpam.
Bayangan Saya Terhadap Interior Lobi (Sumber : nusatrip.com) |
Walaupun tidak megah, namun kesan mewah tetap terlihat karena material yang digunakan dalam interior masih terlihat berkualitas walau simpel. Namun, untuk bagian beberapa panel di bagian resepsionis, menurut saya gelombangnya keren walaupun saya tidak mengetahui filosofinya apa karena tidak ada rasa lokalnya, tetapi satu yang pasti yaitu pembuatan gambar kerja pembuatan panel tersebut pasti sangat susah.
Detail Resepsionis (Sumber : marriott.com) |
Untung brand nya Marriott tidak pakai 'JW' jadi agak maklum kalau hotelnya tidak seberapa megah, menurut saya perbandingan hotel ini sebanding dengan hotel Sheraton punya Starwood Hotels yang membawahi Le Meridien, St Regis dll. (dan saya baru tahu ternyata sekarang Starwood diakusisi oleh Marriott International, yang menjadikan dia menjadi salah satu grup hotel terbesar dunia).
Check-in berjalan dengan baik tanpa ada suatu halangan apapun juga, permintaan saya dipenuhi dan saya bisa check-in lebih cepat dari yang dijadwalkan (pukul tiga), menjadi pukul satu sehingga saya bisa menikmati kamar dengan khidmat. Karena waktu masih pagi, jadi saya menitipkan barang di concierge. Hanya saja disayangkan tempat kuncinya hanya secarik kertas murahan, bukan kertas yang bagus seperti karton atau asturo dengan print warna, bahkan hotel bintang tiga pun tempat kuncinya lebih bagus menurut saya.
Saya berjalan kaki ke lift terasa jauh, mungkin ada 100 meter karena gedung hotel yang bisa dibilang besar dan luas, karena harus melewati M Club dan restoran serta beberapa ruang meeting, dan desain interior baru terlihat rasa mewahnya ketika mau naik lift dengan lorong yang terasa mewah dan harum, serta detail kawung di dalam lift.
Rupanya, saya mendapat kamar di bagian pojok gedung, dan syukurlah dekat lift, walaupun liftnya itu jauh dari lobi tetapi kalau jalan kaki ke Hartono bisa lebih dekat.
Ketika mulai dari koridor lift, saya mulai suka dengan desainnya yang terlihat berkelas dengan detail batik kawung di mana-mana, termasuk di depan lift, dalam lift, sisi pintu kamar dan lain-lain, walaupun sebenarnya bentuk batik tidak hanya kawung saja. Dan ini semua bukan tempelan, tetapi lasercut yang tentu harganya lumayan mahal, belum termasuk backlight yang membuat kesan mewah. Benar-benar detail.
Kamar
Dan alangkah terkejutnya ketika saya masuk kamar, karena kamarnya besar sekali, mewah, dan mempunyai meja marmer besar di pojokan yang bisa digunakan untuk rapat atau makan hingga empat orang, serta bangku panjang yang bisa digunakan untuk tidur dua orang. Agak di luar ekspektasi karena saya tidak mengira kamarnya sebesar itu.
Pemandangannya langsung menghadap ke arah Gunung Kidul dan bandara, sehingga saya bisa melihat pesawat yang hendak mendarat ke Bandara Adisutjipto, dan memang permintaan saya dipenuhi dengan luar biasa.
Desainnya terlihat mewah dan modern dengan aksen kayu di dinding dan lantainya, serta banyak bentuk potongan batik kawung di dinding panel / headboard, partisi kamar mandi serta karpet. Selain itu, lampu yang digunakan untuk general lighting adalah hidden-lamp dengan drop ceiling sehingga rasa mewahnya benar-benar terasa dengan tambahan lampu LED spotlight yang memberikan kesan mewah pada ruangan, untuk beberapa aksen menggunakan marmer solid di beberapa dinding dan meja sehingga rasa mewah betul-betul tidak bisa dibohongi. Selain itu, dari segi fungsi juga sangat baik karena jumlah colokan sangat memadai bahkan terdapat USB port untuk mengisi daya walau tidak fast-charging.
Saatnya saya studi banding ke kamar mandi, di sini kelemahan utamanya, karena hampir tidak ada tembok dan pintu, namun hanya ada partisi dengan kaca buram yang dilapisi lapisan dengan motif batik kawung, dan jika lampu menyala maka orang yang melakukan aktivitas di dalam kamar mandi akan terlihat jelas ketika kita mendekat ke arah partisi tersebut. Tetapi karena saya sendirian, hal tersebut bukan masalah.
Namun ketika partisi dibuka, maka kamar tidur terasa menjadi lebih luas dan seakan-akan kamar mandi tersebut menerapkan prinsip open-space atau ruang terbuka, cocok bagi Anda yang hendak bulan madu. Bisa dilihat dari gambar di atas, kamar mandinya terbuka walau sebenarnya bisa ditutup tetapi tembus.
Mungkin hotel zaman sekarang sudah jarang menyediakan bak mandi (bahasa kerennya bath tub), namun ruang shower nya sudah standar bintang lima karena berukuran luas dan terdapat tempat duduk sehingga cocok untuk tamu yang membawa kursi roda dan orang tua, serta terdapat dua jenis shower yaitu rain-shower dan shower biasa yang suhunya bisa ditentukan (seperti di luar negeri).
Klosetnya agak disayangkan adalah Toto yang terkesan biasa (bukan yang wall hang atau monoblok), namun saya tahu harganya juga relatif mahal, dengan jet-shower (bahasa awamnya shower buat cebok) di samping kloset dengan merek Grohe yang sudah jelas berkualitas tinggi dan berbeda dengan tempat-tempat lain pada umumnya dikarenakan harganya yang fantastis, begitupun juga saniter lain juga sebagian besar menggunakan Grohe sehingga kesan mewah semakin terasa, dan benar-benar detail, saya tahu firma desain interiornya.
Desain interior kamar mandinya semua penuh dengan marmer baik meja kamar mandi (top-table), dinding serta lantai termasuk detail pada furnitur. Sama sekali tidak ada unsur homogenous style , walaupun pelapisnya adalah HPL, tetapi masih terasa mewahnya bintang lima.
Lampu pada cermin dan mebel kamar mandi memuat kesan kamar mandi semakin lebih mewah walau saya tahu bayar listriknya pasti lumayan mahal. Selain itu cerminnya pun berukuran besar dan pelengkapnya ada cermin pembesar yang dapat melihat jerawat di muka dengan detail.
Amenities atau perlengkapannya juga menggunakan merek Thann yang menurut saya cukup berkualitas dan saya lihat harganya bisa membuat saya menangis karena mahal jika beli eceran. Dan begitu saya coba baunya benar-benar harum seperti sabun mahal dan secara sugesti membuat kulit saya terasa lebih halus dari sebelumnya. Dan perlengkapan mandi yang disediakan cukup lengkap dari sabun, shampo, conditioner, body lotion, peralatan sikat gigi, bahkan obat kumur.
Selain itu terdapat handuk, handuk tangan, handuk kecil, tissue, dan hair dryer yang diletakkan di meja. Saya iseng hendak membeli sabun Thann ini, dan sepertinya agak jarang di marketplace lokal dan internasional, adapun itu juga di laman Marriott Hotel nya langsung, dan begitu saya lihat harganya hati ini bergejolak luar biasa, harganya adalah USD 53,82 dan itupun diskon 30 persen katanya.
Kira-kira harganya jika dirupiahkan adalah Rp783.000,- satu botol ! Langsung saya tidak jadi membeli, karena uang segitu sangat lumayan untuk makan sebulan, mending pakai sabun batang biasa selain murah juga harum.
Perlengkapan pendukung di kamar tidur juga sesuai ekspektasi, terdapat speaker dengan merk JBL Horizon yang bisa digunakan sebagai weker, jam serta iPod, bluetooth serta AUX yang saya lihat harganya adalah Rp2.000.000 an, jadi jika saya tidak sengaja merusak barang tersebut maka amsyong dah gantinya.
Selain itu, terdapat televisi layar datar dengan ukuran yang besar jadi bisa mengimbangi kamar yang berukuran besar, brankas di laci bawah minibar beserta kulkas, mini bar dengan menyediakan teh dan kopi yang berkualitas.
Dilmah |
Di lemari juga disediakan sandal jepit dengan bahan bulu yang diberi kantung, selain itu juga ada kantung binatu atau laundry bag, serta bath robe atau baju untuk di kamar, sikat sepatu dan beberapa gantungan baju yang standar saja. Sebenarnya juga ada meja setrika tetapi sayang agak rusak karena begitu saya ambil dari lemari masa komponennya meretel semua, selain itu juga ada setrikanya yang saya rasa cukup mahal harganya.
AC dikontrol dengan layar digital yang cukup canggih, dan beberapa tombol lampu menggunakan merek yang berkualitas tinggi termasuk dengan colokan listriknya, benar-benar detail sekali.
Bahkan disediakan juga telepon wireless, catatan, menu dan kitab suci, adapun penunjuk kiblat juga cuma panah kecil saja.
Kolam Renang dan Fasilitas Lain
Kolam renang berukuran besar dan luas serta sesuai untuk ukuran bintang lima, dan ada berbagai macam jenis, yaitu yang biasa, kolam anak, pool-bar yang sepertinya tidak terlihat aktivitasnya, dan whirlpool yang biasa saja.
Di pinggir kolam, terdapat kursi yang biasa digunakan untuk rebahan atau bahasa kerennya adalah bench-pool, serta kursi besar yang terbuat dari rotan, jadi bisa muat banyak terutama untuk keluarga yang membawa anak-anak.
Saya iseng mengobrol dengan pegawai di kolam renang, bertanya apa bisa hotel dengan harga se-UMR Yogyakarta dengan jumlah kamar yang banyak bisa laku, jawabannya mengejutkan karena dari 347 kamar biasanya tingkat terisiannya sampai dengan 50-60 persen di saat tersepi, dan di saat ramai bisa 100 persen, dan kebanyakan orang Indonesia walau orang asing juga banyak. Memang luar biasa sekali.
Sebenarnya ada fitness centre dan spa juga tetapi karena urusan kesibukan saya tidak sempat mencobanya.
Fitness Centre (Sumber : marriott.com) |
Lain-lain
Sayang, saya tidak mencoba sarapan di restoran karena masih ada aktivitas lain yang harus dilakukan. Serta saya tidak mencoba M Club karena kamar yang dibeli adalah hanya Deluxe, jika membeli Club Room bisa mengakses ke klub dan bisa minum teh dan kopi di sana, cocok untuk bisnis.
Restoran Yogyakarta Kitchen (Sumber : marriott.com) |
Parkirnya luas di bawah tanah, karena hotel ini mempunyai ballroom yang cukup besar untuk ukuran provinsi, dan cukup mewah karena bisa muat orang banyak.
Kesimpulan :
Harga berbanding kualitas, menurut saya sepadan dengan apa yang didapat, fasilitas oke, dekat mal yang bisa dibilang salah satu yang terbesar di Yogyakarta, parkir besar, servis oke, kamar sangat besar dan mewah karena mementingkan detail pada interior, perlengkapan kamar bisa dibilang sangat lengkap, mungkin tamu dengan berkebutuhan khusus atau orang tua sangat bisa diakomodir di sini.
Kelemahan hanya di kamar mandi yang agak tembus pandang jadi ketika kita mendekati partisi/pintu kamar mandi maka akan terlihat aktivitas di dalam, namun tergantung dari sisi mana juga Anda melihat, kalau dengan keluarga mungkin ini kelemahan, tetapi untuk bulan madu atau pasangan mungkin ini kelebihan.
Selebihnya, oke.
8,5/10
PS : Hotel ini penuh dengan detail interior yang top.
Komentar
Posting Komentar