Tips Memilih Kursi "Jomblo" (Single Seater) di KA Eksekutif


Merupakan bagian dari “Dolan Dewe – Mei 19”
Turangga dan Bogowonto. 

Ulasan tentang kereta eksekutif sudah terlalu sangat banyak di internet dan sudah terlalu basi, maka saya akan menceritakan pengalaman serta tips dan trik tentang sisi lain dari kereta eksekutif, yaitu pada kursi single, namun dengan secuplik informasi secara umum yang mungkin bisa berguna untuk para pembaca yang budiman.


Di dalam kereta eksekutif, sebagian besar rangkaian gerbong pasti ada tempat duduk jomblo atau bahasa kerennya single seater atau kursi sendiri. Dan dapat dipastikan hampir 99 persen kursi ini biasanya tersedia di kereta eksekutif baik yang lama dan baru, terutama kelas argo atau setara argo/eksekutif satwa yang mulainya dari kota besar.


Karena kalau mulainya dari kota kecil apalagi di Sumatera, maka kemungkinan besar bisa mendapatkan rangkaian kelas eksekutif yang benar-benar purba, dan bisa saja tidak ada kursi seperti ini. Seperti kereta Parahyangan zaman dahulu.




Interior Kereta

Biasanya, kursi jenis ini biasanya ada di kursi baris nomor 13B, dan 1C, letaknya di depan dan belakang rangkaian gerbong tergantung arah jalannya kereta, Dan saya hendak memberikan tips sedikit ketika memilih jenis kursi ini sesuai dengan pengalaman saya pribadi.

Studi kasusnya adalah saya menaiki sendiri kereta tersebut, terdapat dua jenis yaitu yang pertama adalah naik kereta dengan rangkaian stainless-steel baru tahun 2019 bernama Turangga (seluruhnya eksekutif) dari Surabaya Gubeng tujuan akhir Bandung, namun turun di Yogyakarta dengan interior benar-benar baru dan bersih masih kinyis-kinyis, serta yang membedakan dari kereta periode sebelumnya adalah letak toiletnya yang semuanya terletak di belakang dan modelnya seperti pesawat terbang, biasanya ada di depan dan belakang. Saya duduk duduk di kursi 13B.


Sedangkan yang ke dua adalah kereta Bogowonto yang merupakan kereta ekonomi tetapi saya baru tahu ada rangkaian eksekutifnya walau hanya dua gerbong, rute dari Yogyakarta-Jakarta Pasar Senen, dan saya sudah bisa menebak karena kereta campur pasti eksekutifnya dapatnya yang versi lama, dan benar saja, begitu masuk interiornya terlihat tua dan agak kusam serta toiletnya masih yang model jongkok berbahan besi, sepertinya bekas Taksaka zaman dahulu (sekarang keretanya sudah diganti seperti Turangga). Juga duduk di kursi 13B.





Kursi Single (Kereta Lama dan Kereta Baru)

Apa keuntungan dari kursi ini ? Berikut adalah analisa saya :

  • Tidak ada teman, cocok untuk jomblo atau introvert yang malas duduk sama orang lain, dan membutuhkan privasi
  • Satu orang bisa memakai jatah dua colokan listrik, hebat bukan?
  • Meja juga untuk pribadi, tidak share dengan orang lain.
  • Ruang lebih lega sehingga bisa taruh barang di bawah, apalagi kereta lawas
  • Dekat dengan toilet (kecuali dapatnya di depan dan rangkaian kereta stainless tahun 2019).

Namun, dolan.plesiran mempunyai analisa yang lain yang lebih jitu, menurut saya, jangan pilih kursi sendiri ini yang posisinya di bagian depan gerbong , karena tidak ada footrest nya, sehingga bakal pegal walaupun ruang kaki yang amat luas, usahakan pilih kursi ini di bagian belakang karena ada beberapa alasan logis menurut saya :

  • Di kursi bagian belakang ada footrest, sehingga kaki tidak menggantung ketika tidur, karena footrest ini menempel dengan kursi di depannya, kalau misalnya dapat bagian depan kan tidak ada kursi di depannya makanya tidak ada footrest, alhasil pegel.
  • Bisa merebahkan kursi seenak jidat karena tidak ada orang di belakang kita, jadi bebas sampai mentok pun tidak masalah. Kalau duduk di bagian depan maka tentunya belakangnya ada orang, jadi sungkan jika kita merebahkan kursi terlalu mundur.
  • Tidak perlu repot-repot nutupin pintu, karena kalau memilih di bagian depan kita langsung menghadap ke pintu (apalagi dapatnya kereta yang lama), jadi mau tak mau harus bertanggung jawab menutup pintu yang kadang tidak ditutup lagi oleh penumpang yang lewat.
  • Ruang lebih luas (terutama kereta rangkaian lama) sehingga bisa taruh koper di belakang kursi kita, bahkan ruang kaki lebih lega sehingga bisa taruh barang dibawah.
  • Duduk di bagian belakang malah dekat dengan toilet, bahkan dua toilet jika dapatnya kereta stainless terbaru, di bagian depan malah tidak ada toilet dan harus menyeberang ke gerbong depannya, lah kalau dapat kursi di depan yang ternyata letaknya di gerbong pertama mah amsyong harus jalan ke gerbong bagian belakang juga ujung-ujungnya. Tapi hal ini tidak berlaku untuk kereta dengan rangkaian lama yang toiletnya ada di dua sisi (depan dan belakang).




Kereta Baru Mempunyai Footrest Satu Sisi, yaitu Nempel Di Kursi Depan

Kereta Lama Mempunyai Footrest Kiri-Kanan, Jauh Lebih Nyaman

Berikut jika mendapatkan single seater di baris depan :





Jika dapatnya di bagian depan, maka terima saja pegalnya karena tidak ada footrest

  • Tidak ada footrest, kalau tiga jam sih tidak masalah, kalau sampai delapan jam sih pegal karena tidak ada pijakan, mau tidur jadi agak sulit
  • Posisi langsung menghadap pintu (lihat gambar) terutama di kereta rangkaian lama, jadi yang duduk sana harus sering-sering jadi 'tukang tutup pintu' kalau pintunya kebuka, sedangkan orang yang mendapat di kursi 1A-B tidak langsung menghadap pintu karena ketutupan tembok televisi. Berbeda dengan duduk di belakang karena posisinya membelakangi pintu.

Tetapi, posisi memilih bangku di belakang ini tidak bisa dipastikan, tergantung sikon di lapangan, namun kita bisa ambil patokan yang umum, syukur kalau masih bisa diterapkan :

Biasanya kereta api dari Jakarta ke Yogyakarta atau dari arah barat ke selatan atau timur (kecuali Bandung), yang posisinya di depan adalah nomor 13, sedangkan posisi bangku nomor 1 adalah di belakang dari arah jalannya kereta. Mungkin ke Semarang dan Surabaya juga bisa sama. Jadi pilih nomor 1.

(BELAKANG) 1-2-3-4-5-6-7-8-9-10-11-12-13 (DEPAN) | --> ARAH KERETA
Dari Barat ke Timur/Selatan

Selain itu, tujuan dari Surabaya ke Yogyakarta, atau Yogyakarta ke Jakarta (dari arah timur ke arah barat atau selatan) maka nomor 13 posisinya adalah di belakang, sedangkan posisi nomor 1 adalah di depan dari arah jalannya kereta. Jadi pilih nomor 13.

(BELAKANG) 13-12-11-10-9-8-7-6-5-4-3-2-1 (DEPAN) | --> ARAH KERETA
Dari Timur ke Barat/Selatan

Namun setahu saya tidak semua rute bisa menerapkan seperti itu, contoh kasus adalah kereta dari Bandung ke Jakarta. Dari hasil penelusuran saya sendiri serta menonton dari video orang, posisi bangku nomor 13 berada di depan, sedangkan posisi bangku nomor 1 berada di belakang dari arah jalannya kereta. Begitu dari Jakarta ke Bandung mungkin sebaliknya.

(BELAKANG) 13-12-11-10-9-8-7-6-5-4-3-2-1 (DEPAN) | --> ARAH KERETA
Bandung - Jakarta

(BELAKANG) 1-2-3-4-5-6-7-8-9-10-11-12-13 (DEPAN) | --> ARAH KERETA
Jakarta - Bandung

Hal tersebut juga terjadi di kereta jarak jauh yang nantinya berjalan dengan sistem langsir di tengah jalan (dari titik pertama jalannya maju, nanti di suatu tempat tiba-tiba jalannya mundur sampai tujuan akhir) seperti Sri Tanjung yang tidak jelas arahnya.

Tetapi menurut saya, single seater mempunyai beberapa kelemahan, yaitu :

  • Berisik, apalagi kalau ada yang lupa tutup pintu, karena dekat dengan bordes
  • Guncangan agak kencang
  • Pemandangan kurang terang karena kacanya kecil dan buram.
  • Lebih risiko jika ada tangan jahil, karena dekat dengan pintu jadi kalau ada apa-apa bisa langsung kabur.

Dan ada beberapa perbedaan kecil tentang single seater antara kereta eksekutif yang tua dan baru, yaitu jika kereta baru posisinya kursinya sejajar dengan depan/belakangnya sehingga ruang kaki agak sempit karena menempel dengan dinding jadi hanya bisa mengandalkan footrest di kursi depan kita persis. Sedangkan kereta yang tua posisi kursinya di tengah-tengah di antara dua kursi di depannya, jadi ruang kaki lebih luas, bahkan bisa dapat dua footrest sekaligus (gambar di atas), bahkan colokannya ada empat !


Hanya saja, saya tentunya lebih memilih naik kereta yang keluaran terbaru kalau perlu keluaran tahun 2019 seperti kelas Argo (Lawu, Wilis, Parahyangan, Bromo Anggrek dll), atau kelas satwa khusus eksekutif seperti Taksaka, Turangga, Bima, dll.


Karena jika dapat rangkaian kereta campur, biasanya akan mendapakan gerbong yang tua suasananya agak kumuh dan biasanya terdapat di kelas campuran dan itu bekas dari kereta eksekutif yang telah disebut di atas, syukur kalau dapat nya bekas argo, kalau dapatnya yang bekas eksekutif standar mah benar-benar kurang terawat.



Kursi single di Bogowonto

Namun saya senang bepergian sendirian dengan kereta yang ada single seater ini, jadi saya tidak perlu mengobrol dengan orang lain.

___

Ditulis pada Mei 2019, dan kemungkinan tidak ada perubahan sampai masa depan kecuali lokasi penetapan kursi depan/belakang yang disesuaikan dengan kondisi di lapangan.

Komentar