Saya mencoba hostel dengan private room yang harganya murah karena hanya diinapi malam hari tok karena saya datang dari Surabaya dan tiba di Yogyakarta lumayan malam, dan kamarnya hanya Rp100ribuan tetapi tanpa AC dengan rating yang cemerlang, ribuan orang menilai cemerlang, tetapi apakah iya? Mari kita coba.
Dengan ojol, saya pun kesana dan lokasinya terletak masuk ke dalam gang, patokannya adalah di belakang BNI Mataram, untung plangnya dari jauh terlihat jadi tidak sulit mencarinya, masuk lobi bangunannya terlihat kekinian dengan yang jaga seorang lelaki yang umurnya paling sepantaran saya. Cukup ramah, namun sebelum pemberian kunci harus ada deposit Rp50.000, padahal dari Traveloka hostel, hotel, losmen manapun tidak perlu deposit, tetapi yowes tidak masalah. Akhirnya saya dapat kunci, dan ruangannya terletak berbeda dengan bagian inti hostel, seperti terpisah.
Jadi, tidak ada lahan parkir, jangan membawa kendaraan.
Ketika memesan hostel ini, saya sadar dan saya sudah maklum tidak ada AC, tetapi yang lebih mencenangkan begitu masuk kamarnya ternyata memang super biasa, ternyata tidak didesain sebagaimana mestinya, mungkin maksudnya berkonsep industrial dengan tanpa keramik, namun setidak-tidaknya lantainya itu harusnya di epoksi atau dipoles, karena saya yakin ini tidak bisa dipel yang terjadi pasti kotor. Desainnya seperti kos-kosan di desa.
Selain itu di sini beberapa masalah utama yang menurut saya penting banget, yaitu kebersihan. Walau murah tetapi kebersihan adalah poin penting yang harus dijaga, karena sepre terlihat seperti tidak diganti beberapa hari sehingga agak ngeres dengan debu (semoga saya salah), serta fasilitas tambahannya adalah meja yang penuh debu dan terlihat tidak pernah dibersihkan sehingga setiap taruh barang jadinya kotor. Dan benar saja, bangun tidur jadi agak gatal.
Adapun tempat tidur juga agak terlihat strukturnya amblas dengan kebersihannya yang benar-benar kurang terjaga, dan mantap nya agak keras dong, luar biasa. Fasilitas lain adalah gantungan pakaian, kipas angin tembok. Selesai, cukup minimalis dan you get what you paid.
Sepertinya saya menduga bagian hostel yang saya tempati adalah dulunya bekas rumah atau kos-kosan, karena desainnya benar-benar seperti rumah di desa, sedangkan bagian utama hostel modern dan tertata rapi seperti kekinian.
Benar-benar minimalis, sekali... Sesuai perkiraan.
Bagusnya adalah fasilitasnya lumayan, salah satunya adalah dapur, dengan alat masak dan piring gelas yang lengkap untuk konsumsi, menurut saya kalau mau masak di sini bagus juga fasilitasnya, serta cukup besar dapurnya seperti di rumah. Namun saya tidak menggunakannya karena membuang waktu.
Selain itu dia juga menjual beberapa makanan ringan dan instan, sampo dan sabun sebenarnya, poin yang baik.
Saya mencoba mandi, sebagai hostel saya paham tidak menyediakan alat mandi jadi saya memang sudah membawa sendiri, tetapi syukurlah handuk di sini gratis dan tidak perlu menyewa seperti di beberapa tempat.
Di tempat saya (yang kira-kira ada belasan kamar) disediakan dua kamar mandi untuk mandi dan hajatan, dan yang saya agak tekankan di sini adalah air nya keruh, sama sekali tidak bening, sehingga saya menduga airnya benar apa tidak? Kemungkinan besar mereka menggunakan air tanah.
Setelah mandi, eng ing eng mata saya langsung merah dan syukurlah Gojek dapat mengantarkan obat mata dengan cepat sehingga rasa iritasi teratasi. Semoga ini bisa dibenahi.
Keesokan harinya...
Saya pergi sarapan pukul 8 kurang di pagi hari, takut belum buka dan menurut saya waktu yang pas, ternyata ketika saya di atas (restoran) saya lihat bekas piring tamu sebelumnya ada piring nasi bungkus, serta di meja prasmanan pilihannya adalah roti dan nasi. Tetapi semuanya sudah ludes, dan saya sudah menunggu cukup lama tetapi tidak diisi-isi, kemudian saya ke bawah dan begitu saya tanya ke resepsionis katanya "itu kalau habis, ya sudah habis tidak diisi lagi", lah kok lucu, saya tahu ini hostel murah namun di mana komitmennya, ini masalah hak konsumen, kalau dia berani menawarkan 'dengan sarapan' maka harusnya pihak hostel harus bisa menyediakan sarapan kepada tamu dan jika makanan tersebut harus senantiasa diisi, kalau pun tidak diisi setidaknya ditawarkan penggantinya entah mie cup gratis atau apa, namun ini mah tidak.
Jadi menurut saya, sistem sarapan di hostel ini adalah 'yang penting ada prasmanan', jadi seperti hostel seakan-akan yang penting telah menyuguhkan makanan 'pokoknya segini' dan jikalau tamu lain kehabisan ya sudah bodo amat karena 'hanya segini'. Nah kalau tamu yang duluan datang terus makan porsi badak maka bisa dipastikan tamu yang belakangan seperti saya tidak akan dapat.
Kalau seperti ini saja tidak bisa, masa kalah dengan losmen tua di desa yang bisa menyediakan sarapan dengan profesional tanpa harus mengeluarkan banyak uang karena dia sudah menghitung jumlah tamu yang menginap di hari itu, jadi tamu yang menginap ditanya saja tamunya mau makan apa dan hotel tinggal menyiapkan saja jumlahnya pas sesuai dengan keinginan tamu, tamu puas hotel pun juga tidak keluar uang yang tidak perlu.
Roofbar |
Tetapi saya tidak mau ambil pusing toh juga saya membayar murah walau tidak mendapatkan hak yang harusnya didapat, akhirnya saya jalan ke depan dan jalan sedikit menemukan ibu-ibu yang jualan, akhirnya saya makan sego kucing dengan teh hanya habis Rp6.000, katanya banyak yang lari sarapan ke ibu ini juga karena masalahnya sama dengan saya yaitu kehabisan, dan katanya memang dari pihak atasan hotel memang begitu dan para pegawai tidak bisa melakukan apa-apa.
Ternyata hotel tetangga di sini juga masalahnya mirip, tetapi bedanya jam 9 sarapannya sudah bubar sehingga banyak juga yang makan di sini.
Harga Murah |
Saya sempat melihat ke atas yang merupakan kamar campur (dorm), ternyata jauh lebih baik dan lumayan desainnya, lebih manusiawi walaupun AC hanya dinyalakan setiap sore dan malam hari saja (saya baca aturannya) tetapi menurut saya itu sih aneh, baru kali ini saya menginap di hostel seperti ini, biasanya mah tidak se saklek ini.
Saya senang dengan orang atau pegawai hotelnya ramah-ramah dan sopan, fasilitas penunjangnya juga oke tetapi untuk pemiliknya, semoga sistem sarapan bisa diganti dengan sistem yang lebih berkeadilan tetapi tidak merugikan satu sama lain, atau sekalian saja tidak perlu pakai sarapan jadi lebih fair, jadi ibaratnya jangan di PHP. Selain itu faktor lokasi juga bisa sebagai nilai plus karena dekat stasiun dan Malioboro, namun sistem sarapan agak membuat kurang, namun air keruh, kebersihan kasur dan kamar tidak dijaga itu merupakan poin yang kurang banget.
Saya menilai ini 6/10, hostel ora penak. Lain kali saya menginap di hotel kapsul saja walau sama-sama minimalis , bahkan tidak terlalu private, tetapi kebersihan dan desain lebih bagus.
Hanya pengalaman, tetapi berbasis ulasan jadi tidak secara komprehensif.
___
Hostel berada di Mataram. Dan saya tidak disponsori oleh pihak manapun jadi tentunya ulasan ini semoga amanah.
Komentar
Posting Komentar