KISAH merupakan sebuah cerita narasi tentang perjalanan yang saya alami, tidak ada yang fiktif namun mungkin jarang ada tips dan trik perjalanan, lebih kepada diari perjalanan.
_____
Saya ada undangan dari kerabat saya, Kak Santi yang akan melangsungkan pernikahan di Magelang, walaupun undangannya di Yogyakarta (dititipkan oleh kerabatnya) namun saya tetap memesan tiket pesawat H-2 sebelum berangkat.
Hari yang ditunggu pun tiba, perjalanan kali ini tidak dimulai dari rumah, tetapi dari Bogor, karena saya lagi gathering dengan keluarga besar di Hotel Aston Bogor dalam rangka ulang tahun bapak saya, namun karena saya dapat undangan, tentu saya harus berangkat ke Magelang. Maka pagi-pagi buta harus naik ojek online ke pangkalan Damri di sebelah Botani Square untuk mengejar pesawat pagi ke Yogyakarta di Bandara Halim dengan menggunakan Batik Air, alhamdulillah singkat cerita saya tiba tepat waktu, dan berangkat tepat waktu walaupun pesawatnya tidak ada televisi.
Saya kemari dalam rangka menghadiri pernikahan salah seorang wanita petualang yaitu Ka Santi yang merupakan salah satu anggota dari kelompok MR.DOOSSS. Untuk sekadar info, MR.DOOSSS ini aslinya adalah kelompok kekeberatan yang berisi para wanita petualang yang mereka biasa naik gunung atau alam, saya menjadi observer saja karena saya bukan walang, tetapi palang hahaha. Nama MR.DOOSSS dilhami dari akronim masing-masing nama anggota kelompok. Saya dikenalkan oleh sepupu saya pada tahun 2017, kisah detailnya ada di sini.
Dan kebetulan Simbok, sepupu saya juga terbang kemari dan akan menghadiri pernikahannya Ka Santi, jadi saya ada alasan untuk pergi ke luar kota, dan kebetulan pesawat kami tibanya bareng, jadi kami tidak saling tunggu.
Ternyata di bandara Adisutjipto, begitu datang kami langsung dijemput oleh Budhonk dan Pricil (saya baru bertemu dengannya ya kali itu), kami pun berjalan ke arah tempat parkir dekat tempat logistik, lalu saya dibonceng motor dengan Budhonk ke tempat rental motor untuk menyewa motor untuk saya dan Simbok.
Karena Dipek (teman satu kelompok) masih kerja, akhirnya kami memutuskan pergi ke toko dekat daerah Selokan Mataram yang sepertinya toko khusus wanita. Di sini kami membeli pernak-pernik aksesoris pendukung penampilan (untuk cewek-cewek) serta hadiah pernikahan untuk Ka Santi, sebenarnya lumayan agak jenuh juga di sini karena menunggu aktivitas belanja itu membosankan sebenarnya karena lelaki maunya kan yang ringkas saja haha.
Kelar belanja kamipun makan siang di suatu restoran di daerah Gejayan kalau salah namanya Lesehan Alden, serta membeli batik untuk saya pribadi agar warnanya seragam dengan para wanita-wanita yang telah diberikan seragam bridesmaid.
Singkat cerita, kami pun pergi ke kos Dipek di dekat daerah JEC, kemudian ngetem di sana yang ternyata sudah ada Ka Mel, waktu yang tersisa bisa dimanfaatkan untuk beristirahat, dan mood saya mulai hang entah kenapa, mungkin terlalu ramai dan 'terasing' karena wajarlah saya laki sendiri hahaha, dan untuk ke depannya saya lebih memilih untuk ketemu beberapa orang saja.
Sorenya, Dipek pun kembali ke kos, saya pun melanjutkan proyek film yang tertunda tentang MR.DOOSSS, kisahnya Dipek masih hilang dan pergi ke tempat Ka Sa, pokoknya rekaman dengan improvisasi masing-masing mboh konsepnya apa.
Dan setelah mempersiapkan hal dan keperluan macam-macam untuk di sana, kamipun berangkat dari Yogyakarta ke Magelang dengan berkendara motor, jaraknya mirip antara Jakarta (Kramat Jati), ke Bogor (Baranangsiang). Wah kalau dipikir sih memang seru perjalanan ini tetapi menjadi tidak seru karena dompet saya ketinggalan di kamarnya Dipek, hanya sisa KTP bekas check-in, boarding pass dan uang tunai ala kadar, mantap ga tuh.
Ketika sampai Magelang, kami bertemu dengan sohib Ka Sa semasa kuliah, namanya Ka Diyah atau sebut saja Onyet. Kelihatannya orangnya kalem tetapi kalau sudah kenal aslinya mah podo edane kali wakakaka.
Sedikit ada drama yaitu motor yang membawa Ka Mel kalau tidak salah bannya kempes walaupun akhirnya bisa jalan lagi dengan selamat, lalu ketika sudah memasuki kota Magelang kira-kira dekat Artos, saya dan Simbok terpencar sementara dari rombongan di kota ini, walaupun tidak masalah karena kami tiba di penginapan dengan aman berkat Google Maps. Kami menginap di Penginapan Sunan Bontang dan saya tidur dengan Simbok.
Alun-alun Magelang |
Selesai taruh barang di penginapan Sunan Bonang, kami pun mencari logistik yaitu cemilan atau makanan ringan untuk di penginapan serta perlengkapan aksesoris untuk acara besok dan kalau tidak salah mereka hendak membeli bulu mata palsu agar semakin badai ketika acara, entah mereka dapat atau tidak karena hari sudah malam jadi banyak toko yang sudah tutup.
Kemudian kami pun memutuskan untuk mencari makan malam di daerah deket kelenteng yang ada di alun-alun. Kami makan di suatu jalan yang memang khusus menjual food-stall atau bahasa kerennya kaki lima, sebenarnya rasa makanannya enak tetapi entah mengapa saya rasanya tidak bisa makan sama sekali, sampai tidak habis makanan saya, dan tidak tahu kenapa rasa makanan nya jadi tidak nikmat.
Walaupun saya sedang kurang enak badan, tetapi saya sempat merekam aktivitas mereka selama perjalanan untuk dijadikan kenang-kenangan sebuah klip pendek.
Keesokan harinya, para wanita petualang tersebut sudah pada bangun subuh-subuh untuk dandan, walaupun mereka jiwa petualang tetap saja jiwa feminin ada, saya lihat persiapan make-up nya luar biasa, tetapi saya ketawa-ketiwi saja melihat mereka karena lucu yang biasanya anak gunung menjadi anak anggun. Kalau saya sejam saja sudah beres tidak perlu aneh-aneh hahaha.
Proses Dandan |
Lama kemudian, mereka pun telah siap dan sudah pada keren-keren dengan gaun. Nah, tentunya para wanita yang menggunakan gaun jelas tidak mungkin menggunakan motor, oleh karena itu kami memutuskan untuk menggunakan transportasi online, dan berangkat menuju Museum BPK Magelang tempat pernikahan Ka Sa, menurut saya tempat / venue nya bagus sekali dan terlihat seni dan antiknya karena bangunan kuno dengan halaman yang luas dengan latar yang indah, konsepnya garden-party semi outdoor dan ini menurut saya keren sekali konsepnya dan tentu bukan orang sembarangan yang bisa menikah di sini.
Namun, saya ucapkan selamat untuk Ka Santi dan Mas Johan, maaf jika hasil rekamannya kurang maksimal karena saya sudah menjelaskan bukan bidangnya dan tidak ada tripod jadi agak kemeng tangan saya.
Saya merekam aktivitas pernikahan Ka Sa dari awal sampai tengah acara, lalu kami bergabung untuk makan dan melihat para ciwik-ciwik niatnya sih mereka berfoto anggun oleh fotografer tetapi gayanya tidak ada yang anggun, malah anggun itu anak gunung wkwk. Dan memang di sini MR.DOOSSS dengan formasi nyaris sempurna bisa reunifikasi kembali di sini, dan mungkin ke depannya agak sulit.
Sekali waktu, penyanyi andal MR.DOOSSS menyumbang suara untuk pernikahan Ka Sa, memang kualitas choir tidak diragukan. Orang tersebut adalah Ka Mel dan Dipek. Tetapi, entah kenapa mood saya terasa tidak karuan di sana, terasa terasing saja padahal saya itu benar-benar di antara keramaian, kusut sekali rasanya dan tidak bisa makan, dan benar-benar seperti anak hilang, saya tidak tahu kenapa. Mungkin pada asyik dengan kesibukan masing-masing. Mungkin sedang kurang enak badan?
Akhirnya acara pun selesai, kamipun kembali ke penginapan, ketika tiba di penginapan, kita pun berkumpul di kamar ku dan Simbok untuk bersih-bersih badan dan mengobrol sampai sore, dan saya dan Simbok memutuskan untuk check-out karena waktu sudah menunjukkan pukul 2 padahal check out batasnya pukul 12, saya sudah was-was ini pasti kena charge, dan benar saja, kami harus bayar Rp100.000 dan untung kamar lainnya sudah check-out, wah wah. Tetapi saya dan Simbok sepakat, saya yang tanggung tetapi Simbok yang bayar karena saya tidak punya uang saat itu, dan kami tidak mengatakan apa-apa ke rombongan, bagaimanapun Ka Sa juga sudah keluar uang banyak untuk menjamu kita, jangan direpotkan lagi.
Saya pribadi merasa menjadi anak hilang di Magelang kemarin, tetapi semenjak terpencarnya kawan-kawan saya yang sudah pulang ke daerahnya masing-masing, akhirnya rombongan saya tinggal tersisa empat orang dan entah mengapa mood merasa menjadi lebih baik untuk menikmati hidup walaupun akhirnya nyasar ke Bukit Rhema, tempat shooting AADC 2. Seperti biasa saya dibonceng dengan Simbok dan adek kakak Pricil-Dipek.
Awalnya kami sempat nyasar masuk sawah orang, walaupun sebenarnya bagus pemandangannya. Dan uniknya jalan ke Bukit Rhema itu agak terpencil, dan mirip dengan di Ubud suasana jalannya dan saya sempat nyeletuk "wah udah sampai Ubud!" Dan saya tidak tahu kalau endingnya saya ke Bali sama Simbok !
Singkat cerita kamipun parkir di tempat yang telah disediakan, namun untuk mencapai gerbang loket harus nanjak sedikit. Harga masuknya waktu itu cukup murah sehingga aman dikantung walaupun saya harus hutang hahaha.
Dan ternyata dari loket kami harus jalan lagi menanjak ke atas, nah menurut dolan.plesiran, orang tua atau yang sudah sepuh tidak bisa sama sekali ke sini, karena medannya benar-benar menanjak seperti trekking walau sampingnya ada tangga tetapi tetap curam dan melelahkan, dan di bangunan utama pun isinya adalah tangga semua, jadi lebih baik tidak usah. Tutup jam lima, tetapi lebih baik jam empat sore sudah siaga
Orang Tua Sudah Pasti Sulit |
Bukit Rhema (orang sebut Gereja Ayam, padahal bukan) adalah tempat wisata religi untuk ibadah semua agama yang ada di Indonesia dan tempat tersebut berada di lantai bawah tanah bangunan utama yang bentuknya seperti burung merpati (bukan ayam).
Ketika memasuki bangunan ini, terdapat hall besar yang biasa digunakan untuk ekshibisi, dan kami diarahkan dahulu ke arah tempat doa yang detailnya sudah dijelaskan di atas. Keluarnya melalui jalur berbeda untuk memudahkan sirkulasi.
Ketika masuk ke ruang bawah tanah, suasananya seperti goa dengan ruangan kosong yang simpel dan benar-benar terasa di goa, biasa digunakan untuk doa, namun ada beberapa ruangan yang sudah dibuat lebih baik untuk musholla dan ruang doa untuk pengunjung Nasrani.
(Sumber : bukitrhema.com) |
Selain itu, fasilitas lainnya yang ditawarkan wisata alam karena bisa melihat pemandangan di atas, yang lumayan indah apalagi jika matahari terbit, kami harus naik beberapa lantai melewati restoran, ruangan kosong, ruangan lukisan (yang dijabarkan di bawah), kemudian ruang tunggu untuk menunggu antrean ke atas, karena tempat untuk melihat pemandangan sangat kecil sehingga harus mengantre lumayan panjang serta waktunya sangat terbatas, untung kami sudah siap dengan kamera kecil yang dibawa oleh Simbok, tips : memang harus pakai action-cam karena tempatnya sempit, jadi wide-screen lebih bagus. Jadi dalam waktu terbatas, kami sudah bisa mendapat foto.
Bukit Rhema |
Selain itu, menurut saya terdapat wisata edukasi yang ditampilkan dari lukisan yang ada di tembok interior bangunan Bukit Rhema, yang sebenarnya saya tidak paham apa yang digambarkan, kalau ada tulisan mungkin bisa lebih menikmati, tetapi yang penting foto dahulu.
Dan satu lagi terdapat tempat makan yang menghadap hutan dan hall utama Bukit Rhema. Namanya Wedang kalau tidak salah, untuk menikmati sore tentu rasanya enak, namun kalau lagi hari libur pasti ramainya sangat luar biasa, tidak akan nyaman. Kami mengobrol singkat sambil menikmati telo goreng dengan Dipek, Simbok, dan Pricil.
Sisanya, foto-foto saja baru kemudian pulang, tetapi sebelum ke tempat parkir kami menemukan seseorang yang membawa burung hantu dan kami numpang foto dahulu.
Dan kamipun ke Jogja, tentu naik motor lagi. Atas saran tante dan ibu saya saya memutuskan untuk menginap di hotel yang murah karena tidak mungkin tidur di kos putri, lagian memang niat awalnya begitu.
Kami pun memesan kamar yang tidak terlalu jauh dari kos Dipek, tetapi dekat juga ke bandara, akhirnya dipilih hotel Merapi Merbabu dengan harga kurang dari Rp300.000 tetapi hotel dan kamarnya besar kebetulan saya tidak mungkin di kos Dipek lagian ada Simbok juga. Dipek dan Pricil pun diajak menginap oleh Simbok di sini supaya lebih ramai hanya saja kasurnya diturunkan agar lebih lapang, jadi setiap orang dapat tempat tidur.
Waktu itu dapat harga kurang dari 300 ribu |
Dan karena cerita film yang sudah saya buat endingnya menggantung gara-gara keasyikkan di kondangan Ka Sa dan menjadi lupa untuk melanjutkan pengerjaan film pendek itu, akhirnya kami melanjutkan menggarap film tersebut walaupun jalan ceritanya agak memaksa sedikit tetapi harus selesai karena sebagai kenang-kenangan juga, dan karena waktu itu lagi hype film Dilan 1990, jadi konsepnya jadi agak-agak meniru Dilan sedikit, namun namanya diplesetkan jadi Dolan dan Milium Milenium hahaha.
Kenapa namanya Dolan ? itu dikarenakan saya sering jalan-jalan terus karena dolan dalam bahasa Jawa artinya bermain atau jalan-jalan, selain itu juga plesetan dari nama Dilan jadi Dolan biar lucu-lucuan saja. Sebuah nama baru yang menarik menurut saya.
Keesokan harinya, di pagi hari, Simbok pun pulang ke Balikpapan, Dipek dan Pricil pun juga pulang pagi itu, akhirnya saya merintih sendiri ditelan deru kotamu. Berakhir sudah, perjalanan ku di Yogyakarta dan Magelang. Keesokan harinya lanjut ke Klaten, rencananya sih mau jalan-jalan sendiri di kota ini.
Trip ini memulai nama baru : Dolan. Dolan mempunyai arti jalan-jalan, pergi main, liburan.
Dipek manggil saya "Ramadol", beberapa manggil saya "Madol", dari asal kata Rama + Dolan, ya mending gw patenkan sekalian.
Kisah dalam bentuk film pendek (fiksi), bisa ditonton di sini : MR.DOOSSS FILM
Sedangkan lanjutan kisah cerita saya lainnya masih ada di postingan bawah ini, tinggal scroll agar mudah . Atau di sini.
Komentar
Posting Komentar