Kisah : Pulang Ke Kotamu

Pada tanggal 13 Februari 2019, saya baru saja datang dari Yogyakarta bersama keluarga untuk mengunjungi eyang dan juga menikmati tiket murah promo Garuda, nah sebenarnya mumpung tante saya sedang berada di Jawa, maka saya merencanakan untuk kabur lagi ke sana hanya saja rencana balik lagi ke sana adalah satu minggu setelah saya pergi ke Yogya ini.


Namun, saya dapat kabar ada salah seorang sahabat saya di Yogyakarta akan kembali ke kampungnya di Sumatera, awalnya saya tahunya hanya satu orang yang pilkam, namun pas ngobrol lagi ternyata dua orang sekaligus yang mau pulang kampung. Yang pertama adalah Dipek yang berhasil mendapatkan pekerjaan baru sebagai PNS di Lampung, yang ke dua adalah Kak Melly, beliau akan pulang ke Riau karena harus merawat adiknya yang kurang sehat sekalian pulang karena sudah lama juga tidak pulang kampung sepertinya.


Dengan penuh pertimbangan, saya masih mikir 30 kali balik apa tidak ya ke sana. Akhirnya sih kembali ke Yogya dengan pertimbangan nekat, toh juga memang sudah niat balik lagi hanya waktunya ku percepat. Sebab utamanya adalah karena masih ada tante ku di sana, sebab kedua adalah Dipek dan Ka Melly mau pergi, kalo tidak ada maka saya mah males kali balik lagi ke sana.

Proses Sebelum Berangkat


Esok harinya, saya masih ragu-ragu, tetapi mulai mencoba untuk memesan tiket pesawat pada pukul 14.00 (saat itu masih pukul 8) namun apes, ternyata saya diberi pekerjaan yang banyak dari pagi alhasil sampai pukul 13.00 pun pekerjaan tidak dapat terselesaikan maka pembayaran saya hanguskan (tempo pembayaran dua jam), kemudian setelah pekerjaan saya selesai, saya coba pesan pesawat pukul 15.00 dari Halim dan ternyata gagal karena kurang dari dua jam sebelum keberangkatan.


Tidak patah arang, saya akhirnya buka web travel daring dan mendapatkan tiket Garuda Indonesia (KW) alias Sriwijaya Air dengan harga yang sangat fantastis, Rp850.000,- untuk ke Yogyakarta tok untung diskon Rp100.000. Dengan modal nekat akhirnya saya pun langsung membeli tiket tersebut, kemas-kemas dan langsung tancap gas ke bandara Soekarno Hatta yang agak jauh jaraknya dikarenakan waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 di rumah.





Dengan transportasi daring, akhirnya saya berangkat ke bandara dengan hati berdebar karena saya sudah tidak bisa web check-in serta waktu agak mepet. Namun syukurlah saya telah tiba dengan selamat dan tepat waktu, akhirnya singkat cerita saya pun check-in dan dapat di pinggir tempat duduknya, dan Garuda Miles bisa digunakan untuk penerbangan SJ.


Naik pesawat yang terlihat sudah sepuh, kok lucu malah ada lambang Garuda Indonesia di penutup kepala bangku. Singkat cerita pesawat pun terbang ke Yogya dengan mulus tanpa suatu halangan apapun juga, oh iya di sini saya dapat cemilan yang jauh lebih baik dari Garuda.



Sriwijaya Air

Tiba di Yogyakarta


Tiba di Adisutjipto, saya berdiam diri selama satu jam untuk mencari hotel yang dekat dengan kos si Dipek, dan oleh kawan saya direkomendasikan hotel yang persis depan JEC namun pas lihat harganya bikin sakit kepala karena mahal sekali. Pilihan jatuh kepada Pop Hotel di Timoho yang kebetulan malah lebih dekat ke kos ibu ku.


Setelah memesan hotel, saya pun langsung cabut keluar area bandara untuk memesan transportasi daring karena taksi bandara agak mahal dan TransJogja tidak menjangkau daerah hotel saya. Dan sopir saya waktu itu adalah pendatang dari negeri Minang, dan ternyata baru dua bulan di Yogyakarta.


Tiba di hotel, saya pun check-in sambil ngobrol dengan orang-orang hotel yang ramah dan mau diajak ngobrol panjang lebar basa-basi. Hotelnya bersih, kamarnya besar dan fasilitasnya oke untuk standar Pop, terlalu biasa jadi tidak saya ulas.


Pop Hotel Timoho
 

Saya pun bersantai-santai menunggu kabar dari kawan-kawan MR.DOOSSS (para wanita petualang) tapi karena yang lain sudah pada berpencar, kali ini ada tiga orang saja di Yogyakarta, yaitu Kak Melly, Dipek, dan Bu Odhonk maka sebut saja mereka menjadi M.D.O.


Untuk diketahui, saya kenal dengan kelompok wanita petualang ini (MR.DOOSSS) pada tanggal 17 Agustus 2017 di hutan pinus, pada awalnya namanya DOOS yang beranggotakan empat orang, namun seiring jalannya waktu, dan bertemu orang baru seperti ada Kak Melly (dan juga saya) akhirnya namanya berubah menjadi MR.DOOSS (Sisil, adik Dipek belum ada pada saat itu), namun akhirnya ditambah satu 'S' sebelum pernikahan Ka Santi.


Saya (biasanya) adalah tukang edit video dari MR.DOOSSS, biasanya ketika ada salah seorang anggotanya yang ulang tahun, dan kami semua harus membuat klip yang dikoordinasikan oleh Odhonk, yang selanjutnya semua klip tersebut dikirim ke saya untk disatukan menjadi suatu film pendek. Dan memang klip yang mereka buat sangat cemerlang gilanya, keren serta totalitas.


Akhirnya setelah menunggu kabar, putusannya adalah saya dijemput oleh Dipek yang baru saja pulang kerja yang kemudian dilanjutkan menuju kos nya, kami agak deg-degan karena takut digerebek apalagi saya pria sendiri, malam-malam di kos wanita pulak.


Kos Dipek

Setelah dibonceng Dipek menikmati malam di Yogya sambil ngobrol, kami pun akhirnya tiba di kos Dipek, ternyata Dipek masih belum beres kemas-kemasnya karena banyak barang yang mau dipilah untuk dibawa atau tidaknya, maka dari itu pembuatan klip akhirnya di buat di sini, tidak jadi di hotel.


Gambaran motor yang mengantar

Nah, kali ini saya mendapat proyek untuk membuat film pendek untuk Nona Angie di Nusa Tenggara Timur, teman baik Niar, Odhonk, dan Simbok dan sebenarnya saya belum pernah bertemu dengannya, walau begitu saya tetap membuat klip untuknya. Kami sepakat untuk membuat suatu tarian dengan musik ala NTT untuk dipersembahkan ke Onyet, namun sayang saya tidak membuat tariannya karena kemakan waktu, akhirnya saya (bersama M.D.O) yaitu nyanyian selamat ulang tahun buatan M.D.O, saya sih cuma jadi penggembira saja.



Proses pembuatan klip ulang tahun Angie


Ketika kami sedang asyik menonton film MR.DOOSSS, ada suara pintu diceklek dan kami berempat rasanya deg-degan luar biasa dikira Pak RT lagi mau gerebek, ternyata anak kos satu kampung dengan Dipek di Lampung, namanya seperti nama hotel tetapi sebut saja namanya Maris.


Namun, Maris memutuskan untuk langsung masuk ke kamarnya karena capai setelah beraktivitas mungkin, maklum baru mahasiswa semeter satu. Begitu tahu ternyata Maris yang datang akhirnya kami melanjutkan ngobrol ngalor ngidul, hingga foto-foto dahulu sebelum pulang ke hotel.


Kemudian, M.D.O mengantarkan saya ke hotel, saya dibonceng oleh Dipek dan ternyata tanpa disadari direkam oleh Odhonk dibelakang untuk menjadi behind the scene kisah malam terakhir Dipek di Yogyakarta, akhirnya setelah sampai hotel kami pun berfoto-foto dahulu sebelum berpisah.

Akhirnya saya pun tidur sendiri, sebenarnya malah enak karena bebas mau ngapa-ngapain hanya saja karena jomblo, yo dewe an.

Hari Yang Ditunggu Tiba


Keesokan harinya, saya check-out lebih awal dari hotel untuk menuju ke Pool Rosalia Indah, bodohnya adalah saya bertanya ke resepsionis di mana letak Hotel Ross Inn pool bus Rosalinda Indah, yang jelas itu bukan nama bus tapi nama telenovela zaman dahulu (anak 2000-an mana ngerti). Untung FO nya profesional dengan tidak menunjukkan gestur tertawa sama sekali walau saya tahu mukanya nyengir, dijawab bahwa letaknya di Ringroad dan lumayan jaraknya dari Timoho.


Dengan transportasi daring, saya pun berangkat ke sana dan ternyata pengemudinya orang asli Yogyakarta yang bapaknya jualan sari ular cobra dan binatang beracun lainnya untuk obat gatal dan obat kuat, saya ditawarkan untuk mencoba obatnya walaupun tawarannya menarik tetapi saya tidak tertarik mencobanya karena geli.


Singkat cerita, saya pun tiba di Pool Rosalia Indah, saya bertemu dengan Maris dan Kak Melly yang telah datang duluan di sana, yang disusul dengan Odhonk yang membawa barang sisa dari kos dan Dipek yang sebelumnya baru pulang kerja karena ada kunjungan dari suatu instansi sehinga tidak dapat izin, serta kawan-kawan gereja Dipek yang hendak menguntap kepergian Dipek.


Saya baru tahu bahwa ada istilah check-in juga sebelum naik bus, seperti naik pesawat terbang saja. Jadi prosesnya adalah menimbang terlebih dahulu barang-barang yang hendak dibawa ke bus, dan celakanya barang Dipek berat banget sampai timbangan (yang bentuknya kuno sekali) sampai jebol ! Karena satu tas beratnya mencapai 40 KG lebih dan harus diangkat dua orang baru bisa terangkat.





Dipek dengan para tim pindahan

Ternyata bus yang hendak mengantar Dipek terlambat (gw sih nyebutnya delayed biar keren, sampe dikatain anak-anak wkwk) hingga dua jam lebih, mana kami belum makan pulak jadi perut serasa keroncongan tapi mau makan di pool juga harganya lumayan mahal jadi ditangguhkan dahulu hingga Dipek pergi.


Berfoto dengan relasinya Dipek

Akhirnya waktu yang ditunggu pun tiba, bus yang akan mengantarkan Dipek ke Lampung pun telah datang, akhirnya barang Dipek yang luar biasa beratnya pun dimasukkan ke dalam bagasi bus, namun di sisi lain mata elang saya menangkap ada hal geblek, yaitu ada yang buang air kecil di bus yang masih parkir sehingga airnya meluber ke bawah padahal banyak orang di sana sampai orang pool gedor-gedor sambil teriak-teriak ke dalam bus. Kocak dah dan mungkin yang lain tidak ngeh.


Waktunya berpamitan, Dipek pun memberi pelukan dan jabat tangan ke teman-teman dekatnya, termasuk melambaikan tangan ke saya dan saya tahu dia nahan sedih yang luar biasa tetapi ditahan sama dia, dia berusaha tegar.


Perpisahan

Setelah Dipek masuk bus, kami semua menunggu di luar untuk menunggu bus tersebut berangkat, ada beberapa teman Dipek dari gereja nya yang sudah menitikkan air mata di pipi tanda sedih atas perpisahan Dipek, Ibu Odhonk pun terlihat amat sedih namun ditahan dengan kacamata hitamnya supaya terlihat cool padahal hatinya sedih luar biasa.





Bus

Bus pun akhirnya berjalan keluar dari pool menuju jalan raya, saya melihat Dipek di dalam bus sambil melambaikan tangan dan menahan sedih namun dia berhasil menahan air mata nya untuk tidak keluar, di situlah rasa sedih semakin tak menentu.


Kini engkau telah tiada tak kembali......
   

Setelah bus benar-benar pergi, kami pun berpisah dengan teman-teman gereja nya Dipek, tapi saya masih bergabung dengan M.O+Maris, untung mereka masih mau menemani saya kalau tidak sih saya tidak tahu harus kemana dan naik apa ke stasiun hahaha. Kali ini saya dibonceng dengan Maris.


Saya pun diajak makan angkringan yang katanya enak, ibunya yang punya pernah sekolah masak di luar negeri katanya, saya pun pesan ayam goreng dan memang enak sih harganya juga relatif murah. Dan serunya di sini banyak kata-kata mutiara hingga si Maris mengambil satu-satu dengan kamera ponselnya. Dan serunya di sini bisa bayar pakai Gopay, menarik sekali angkringan zaman sekarang.


Lesehan, Wajah disensor karena sedih

Selesai makan, akhirnya saya diantar ke Lempuyangan sambil berharap-harap dapat tiket yang waktunya pas, syukurlah saya masih dapat kereta Solo Express walau harganya Rp30.000 tapi berdiri coy, mending KRL cuma Rp3.000 sampai 20 KM datangnya per 15 menit, lah ini sudah mahal jadwalnya juga tidak jelas, kadang sejam sekali, bahkan bisa sampai dua-empat jam sekali, dan terbatas (biasanya orang menggunakan Prameks).


Tadinya sudah coba pakai KAI Access juga tidak bisa, mungkin karena baru rilis jadi banyak masalah, semoga nanti tidak ada masalah.

Perjalanan ke stasiun dan tiket

Untung saya masih ditemani oleh kawan-kawan ku di depan stasiun Lempuyangan sampai waktunya tiba, begitu 15 menit sebelum berangkat saya pun berpisah dari mereka. Terima kasih kawan sudah mau meluangkan waktu untuk saya juga.



Sebelum Saya Pergi
Akhirnya, kereta pun yang akan mengantarkan saya ke Klaten pun datang dan siap menjemput saya, oh iya kereta ini aslinya akan digunakan untuk kereta bandara. Oke sampai jumpa lagi, Yogyakarta. Ketika tiba di Klaten saya langsung bertemu dengan tante dan eyang saya, dan memang tujuan utamanya adalah kesana, tetapi dipercepat karena kepergian dua orang kawan ku ini.

Stasiun Lempuyangan

Dan saya dapat kabar beberapa hari kemudian, Kak Melly pun telah pergi pulang ke kampungnya. Jadi hanya Bu Dhonk sendiri sekarang di Yogya. Semoga Bu Dhonk kuat.






Jika selanjutnya saya nanti kembali ke Yogyakarta, maka lagu yang benar-benar merepresentasikan hati saya adalah :





"Walau kini engkau telah tiada tak kembali namun kotamu hadirkan senyummu abadi"

KLa Project – Yogyakarta

Demi apapun, kalau pun judulnya bukan 'Yogyakarta' pun misalnya judulnya kota lain misal 'Kuta Bali' kek seperti lagu Andre Hehanusa , tapi memang ini lah lirik yang cocok dengan hati saya. 98 persen akurat karena tidak terlalu spesifik pada satu kota, namun kebetulan cocok saja.


Dan juga, inilah akhir kisah dari MR.DOOSSS yang dibentuk di daerah yang istimewa pada 17 Agustus 2018, sebenarnya bukan berakhir tapi masing-masing anggotanya sudah sibuk di daerahnya masing-masing, dengan rincian sudah berumahtangga, mendapat pekerjaan baru sebagai PNS, pulang kampung dan susah untuk ketemu seperti dahulu. Termasuk pembuatan klip ulang tahun untuk anggota MR.DOOSSS tentu sudah tidak bisa barengan lagi mereka bertiga lagi (M.D.O) karena sudah pada berpencar.


Nah, jika penasaran walang MR. DOOSSS seperti apa, di sini lah terekam semua kenangan dan kisah dari awal hingga benar-benar akhir dalam suatu klip di sini :





 Yap, pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu..... ♪ ♫

See you Kak Melly yang kurindukan adalah ngomong Jowo logat Batak yang kental, dan Dipek alias Milium Milenium, :P (Milium adalah pelesetannya Milea, Dilan nya saya tapi diplesetin jadi Dolan karena suka plesiran mulu, ide itu muncul karena buat proyek film MR.DOOSSS tempo hari yang kebetulan masih musim film Dilan 1990). (Bisa dicek di label MR.DOOSSS)

Merintih sendiri 
Ditelan deru kota mu...

Ijinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi, bila hati mulai sepi tanpa terobati ......... ♪ ♫

Komentar