Selayang Pandang : Highway Bus ke Shirakawa-go dari Nagoya, Tol dan Rest Area di Jepang (Tips dan Saran)


Bagian dari perjalanan saya ke Jepang akhir tahun 2018 lalu, niatnya mau menulis pendek kenapa jadi panjang begini.

Jadi kisahnya, saya naik highway bus atau bus jarak jauh yang melewati jalan tol menuju desa budaya Shirakawa-Go dari Meitsetsu Bus Terminal di Nagoya, menempuh jarak tiga jam dengan jarak yang lumayan jauh kisaran 170 KM, karena harus melintasi selatan pulau Honshu menuju utara pulau Honshu.




Saya membeli tiket ini di WILLER BUS , nanti pilih tujuannya Shirakawa Go (jangan salah pilih), kemudian nanti setelah membayar maka akan keluar tempat duduk yang telah di atur secara otomatis, pastikan namanya sama dengan yang naik. Jangan lupa dicetak karena itu dijadikan tiket, tidak bisa digital.


Tips : Biasanya bus ini ada di Meitsetsu Bus Terminal, walau terlihat dekat namun jaraknya agak jauh dari stasiun Subway/JR Station jadi jangan mepet-mepet. Untuk mencapai terminal bus, cara simpelnya (apalagi dari Subway) adalah cari gedung Meitsetsu Department Store, lalu naik eskalator atau lift ke lantai tiga/empat tergantung tujuan (baca baik-baik jangan sampai salah lantai), begitu sampai sana, langkah pertama agar tidak bingung :



1


Cari plang, lihat baik-baik bus Anda berangkat dari gerbang mana, setelah ketemu hampiri gerbang tersebut untuk siap-siap (misal saya ke Shirakawa Go di gerbang nomor 7), kemudian :


2


Baca baik-baik jam keberangkatan, jangan langsung nyerundul, karena banyak bus yang berangkat dari pintu tersebut, ibarat naik busway satu pintu tapi ada yang ke Kuningan, Dukuh Atas, Senayan, Grogol misal dari Rawamangun. Jadi jikalau bus di tiket dengan tujuan Shirakawa Go berangkat pukul 9:20 tetapi jam masih menunjukkan pukul 9:00 dan sudah terparkir bus yang tujuannya juga ke Shirakawa Go, jangan naik, itu bukan busnya. Tunggu sampai benar-benar mendekati jam keberangkatan (sesuai di tiket), kemudian antre dan berikan salinan tiket tersebut ke kondektur yang berjaga di depan pintu (kalau diminta).


Saran Penting : Sebenarnya ini rute yang tidak saya rekomendasikan karena mahal dan tidak praktis apalagi kami punya JR Pass, namun hal ini tidak ada pilihan dikarenakan hari libur dan kehabisan tiket bus dari Takayama, Kanazawa, atau Toyama yang lebih dekat. Kalau dari Tokyo mending pakai Hokuriku Shinkansen ke Toyama atau Kanazawa terus lanjut bus lebih murah dan dekat (kalau punya JR Pass), kalo tidak ya mending pakai highway bus seperti ini.

Begitu naik, busnya bagus dan kokoh menurut saya, lumayan nyaman tempat duduknya dan setiap kursinya masing-masing terdapat USB sehingga kita bisa mengisi daya gawai tanpa harus takut kehabisan. Apalagi perjalanan lumayan lama tetapi memang tempat duduknya agak sempit tetapi masih oke.



Interior Bus Dengan Layar di Depan Untuk Penunjuk Arah

Singkat cerita, kamipun jalan dan melewati jalan tol yang dinamakan Tokai-Hokuriku Expressway, namanya menarik tapi bukan mau bahas tokai nya, tetapi artinya ini menghubungkan antara wilayah Tokai (daerah central) ke daerah Hokuriku (di utara). Central Nippon Expressway Company. Kalau tidak salah operatornya NEXCO seperti Jasa Marga nya di sini.


Ketika melintasi awal-awal masuk tol di Nagoya, terlihat jalurnya lumayan sempit hanya dua jalur dan masing-masing hanya mendapat satu jalur per arah, tetapi kualitas jalannya tidak bisa bohong, mulus banget. Tetapi saya lihat harganya lumayan mahal juga yang pasti merujuk pada UMR sana lah.


Kamipun melewati berbagai macam atap bangunan (karena lumayan tinggi tol nya), dari rumah-rumah, hotel, perkantoran, pabrik yang benar-benar terlihat sangat tertata rapi dan bersih. Andai Indonesia seperti itu.


Bus berhenti di beberapa pemberhentian, dan bus ini detail sekali karena stopnya ditulis di sebuah layar yang menurut saya benar-benar membantu sekali untuk orang yang tidak bisa berbahasa Jepang, mengandalkan teriakan pak sopir tidak akan efektif, coba di Indonesia diterapkan jadi tak ada lagi tuh yang teriak "POLGAD", "KALIDERES", "TENABANG", "PORIS".


Dan lebih kerennya lagi pengumumannya menggunakan empat bahasa yaitu Jepang, Inggris, Mandarin dan Korea, karena banyaknya wisatawan dari sana.




Pemandangan

Semakin melaju, pemandangannya berubah dari abu-abu karena pohon yang rontok karena musim dingin hingga pohon jadi tertutup salju semua, bahkan makin ke atas jalanannya tertutup salju tebal sehingga bus agak susah jalan, untung tol di sini sepi, dan tidak kebayang kalau lewat jalan biasa pasti sangat lama.




Mulai Turun Salju

Setelah beberapa jam di bus, akhirnya bus datang ke suatu tempat. Nah, Anda mungkin sering menggunakan jalan tol dan beristirahat di tempat peristirahatan atau rest area, mungkin Anda sering lihat bagaimana bentuk rest area pada umumnya di Indonesia, kebanyakan ada minimarket, toko kelontong, restoran, dan tentunya toilet.



Bus di Rest Area

Toilet di rest area di Indonesia walaupun besar dan sebagian besar sudah dijaga kebersihannya (walaupun agak becek), dan desainnya agak modern, tetapi jika dibandingkan di Jepang, maka akan sangat berbeda.


Di sini kondisinya sangat minimalis, hanya ada vending machine dan toilet saja serta tempat parkir yang cukup luas, tetapi jangan salah, ketika memasuki gedung, toiletnya besar dan hitungannya canggih, persis seperti mal Jepang di BSD, kelasnya seperti mal, bahkan semua serba otomatis baik keran, menyiram, mengeringkan tangan dengan sensor. Tentu juga ada kloset Jepang yang sudah termasyur dan terkenal canggih tersebut ketika di Indonesia hanya ada di hotel bintang lima.



Simpel Kan?

Kondisinya sangat bersih, dan kering sampai orang-orang dari bus ini datang kemari, padahal sepertinya tidak ada yang menjaga.



=Toilet Rest Area di Jepang

Hanya saja kelemahannya adalah airnya sangat dingin karena waktu itu suhu berkisar 0 derajat Celcius, jadi niat menghangatkan tubuh jadi tidak bisa. Dan jangan harap ada restoran seperti di Indonesia karena memang tidak ada apa-apa, sepi, serta di tengah pedalaman yang tidak ada pemukiman.


Kami hanya diberi waktu untuk ke toilet 15 menit, dan jangan sampai kelewat karena akan ditinggal serta sama sekali tidak ada angkutan menuju kota terdekat. Benar-benar terisolir. Singkat cerita, kami lanjut lagi dan jalan sudah mulai tertutup salju tebal, dan rupanya saat itu sedang badai salju kecil, jadi berjam-jam salju turun terus, antara senang dan tidak sih.



Badai Salju

Akhirnya, kami pun tiba di Shirakawa-Go, dan benar-benar saat itu sedang badai salju sehingga agak kurang nikmat, tetapi saran saya adalah pergilah ke observation deck, patokannya jika jalan dari arah terminal dan memasuki area Shirakawa-Go dan ketika minimarket (di sebelah kanan) nanti ada pertigaan belok kiri, terus saja, ada pertigaan belok kiri dan lihat dari atas, itu keren pemandangannya, sayang saya tidak sempat karena hujan salju.



Shirakawa Go

Yang kurang enak adalah terlalu banyak orang Indonesia. Jadi suasananya tidak seperti di luar negeri walaupun saya senang juga ketemu orang sebangsa.


Pulangnya, kembali ke terminal bus pada awal datang di Shirakawa Go, dan cari tujuan bus yang sesuai dengan Anda beli, dengan mendekati jam keberangkatan, jadi sudah siap antre. (Jika naik bus yang di reservasi). Biasanya tiket diminta oleh kondektur.

Komentar