Orang mungkin sudah jarang menulis atau membaca catatan, tetapi saya akan mencoba menuangkan sedikit cerita saya kemarin di Yogyakarta. Ketika orang lebih mementingkan hasil dari perjalanan, maka kalau saya lebih mengedepankan prosesnya karena lebih menarik dan lebih seru. Dan saya sebenarnya hampir ketinggalan pesawat, dan disana drama nya justru terjadi karena lebih menarik kalau diceritakan.
Intinya satu, JANGAN TAKABUR !
Menurut saya, cerita ini menarik untuk diceritakan. Karena ada sedikit drama, terutama di jalan.
Akhir November 2018 lalu, saya dan orang tua saya pergi ke Yogyakarta untung menghabiskan voucher hotel, sekalian mengunjungi eyang dan tante saya yang dari Balikpapan, saya memang ada agenda terselubung untuk mengambil kaos dari suatu komunitas pecinta alam bernama MR.DOOSSS (dikenalkan oleh saudari saya, sebut saja Simbok karena mereka adalah kawan yang sudah seperti saudari sendiri, saya pernah iseng membuat film kisahnya mereka dan menghadiri salah satu pernikahannya sebut saja namanya Kak Sasa) yang belum saya ambil di kawan saya, karena kesibukan dan malas membayar ongkos kirimnya ke Jakarta, jadi saya ambil saja langung di Yogyakarta sekalian silaturahmi dengan anggotanya.
Namun sayang, dikarenakan agenda terlalu padat dan ngaret, saya tidak bisa silaturahmi, juga tidak bisa mengambil kaos, kesempatan satu-satunya adalah sebelum pulang dan setidak-tidaknya ada sedikit ngobrol basa basi entah dengan siapapun di MR.DOOSSS. Ketika kami selesai check-out dari hotel, orang tua dari hotel tempat kami menginap, saya persilakan untuk duluan ke bandara agar bisa check-in pesawat yang terbang pukul 12.55, waktu itu masih pukul 11.00, mereka saya pesankan ride-hailing atau bahasa umumnya transportasi daring / online.
Sebelumnya, saya janjian dengan seorang kawan yang namanya seperti Menteri BUMN, namun kali ini sebut saja namanya Dipek, karena hotel saya menginap (Grand Mercure) dengan tempat kerjanya sangat jauh (kira-kira 120 meter karena diapit oleh Hotel Saphire) dan kebetulan kaosnya ada di tempat dia jadi saya bisa minta tolong antar sekalian bisa basa basi sedikit, kemudian di menit terakhir saya chat dia untuk bertemu di Lippo Plaza karena panas jika saya menunggu di tengah jalan dan saya kira dia datangnya masih lama, ya hitung-hitung sekalian bisa mengobrol sebentar karena sudah lama tidak bertemu juga.
Saya berjalan kaki menuju Lippo Plaza dan ketika saya telah tiba di sana, ternyata Dipek juga sama-sama menunggu di Grand Mercure, untung dekat dari Grand Mercure ke Lippo Plaza, jadi lebih baik Dipek sekalian parkir di tempat kerjanya. Sedikit gambaran, tempat kerja Dipek kebetulan di Lippo Plaza jadi bisa dibilang saya tidak terlalu mengganggu dia, namun juga saya tidak susah payah naik kendaraan umum.
Singkat cerita, saya bertemu dengan Dipek, yang berpenampilan biasa namun terlihat sangat rapi saat itu entah mungkin memang karena dia sudah good-looking hahaha. Setelah bertemu, kita mengobrol singkat dengan topik bahasan adalah CPNS, karena kami termasuk kelompok pada mengikuti CPNS, alhamdulillah dia dan kawannya, Simbok lulus ke tahap SKB, walau masih ada tahap selanjutnya, setidaknya mereka sudah melewati berbagai rintangan dan saya turut senang melihat orang senang dan sukses. Sekarang mereka sudah beneran masuk menjadi CPNS di tahun 2019.
Sebelum berangkat ke bandara, tentu saya menyempatkan diri untuk berfoto sama dia untuk tanda bahwa saya sudah bertemu nih dengan anggota kelompok MR.DOOSSS, selanjutnya saya pamit berangkat ke bandara, dan dia juga kebetulan sudah ditunggu oleh kawannya yang tinggi semampai. Benar-benar sangat tinggi untuk ukuran wanita. Memang orang Yogyakarta ini mungkin bibitnya unggul-unggul, sering saya nemu wanita yang tinggi di sini.
Drama pun mulai di sini, ketika order yang pertama, pengemudinya menganggurkan chat dan ditelepon tidak bisa, ini mah pasti dia tidak mau narik, di sana saya sudah mulai panik, kemudian saya pesan lagi yang kedua dan katanya sudah dekat dan menyuruh saya pergi ke utara (kebiasaan orang di Jawa terutama Jawa Tengah dan Jogja biasanya menunjukkan arah mata angin), saya jadi bingung kemana utara, ternyata maksudnya seberang mal, ya sudah saya janjian di seberang mal dan tepatnya di depan Bank Mandiri.
Lucunya, Gojek bilang sudah datang tapi saya belum lihat dia, ternyata sudah menunggu 5 menit pengemudinya ternyata di ujung timur parkiran Mandiri, sedangkan saya di ujung barat parkiran Mandiri, dan ditengah-tengah memang ketutupan mobil parkir jadi tidak terlihat. Sangat membuang waktu.
Sebut saja namanya Pak Mul, saya bisa prediksi bisa tiba tepat waktu di bandara, ditambah dengan nyetirnya yang lumayan cepat, namun manusia tidak bisa memprediksi apalagi takabur, walau jarak dari Lippo Plaza ke bandara hanya 5 km namun halangannya ada saja, didekat Transmart Maguwo motor sudah mulai pelan sendiri dan motor nya sudah bunyi krek-krek-krek, jalannya sudah mulai tidak stabil dan Pak Mul bilang tanggung karena sudah dekat jadi mending dicoba jalan pelan-pelan sambil memaksa motornya berjalan walau sudah tertatih-tatih.
Puncaknya, di lampu merah (belok kanan ke Ring Road), motornya tiba-tiba mogok mendadak sampai didorong ke pinggir, namun Pak Mul tetap memaksa jalan dan hasilnya lebih parah, motornya berhenti mendadak sampai kita hampir jatuh dan sudah tidak bisa jalan lagi, di sini saya sudah sangat bingung karena waktunya sudah mepet, belum lagi orang tua sudah mengirim chat dan telepon bolak balik mungkin saking paniknya mereka, di sana jam sudah menunjukkan pukul 12.15, boarding time 12.30.
Untungnya, di tempat motor mogok tersebut ada pengemudi Gojek yang lagi nongkrong tetapi sedang tidur, sebut saja yang tidur ini namanya Mas X karena tidak tahu namanya. Akhirnya dengan pelan-pelan Pak Mul membangunkan Mas X yang sedang tertidur pulas, untungnya dia terbangun sambil melihat saya dan Pak Mul tetapi wajahnya sempat kebingungan, akhirnya setelah dijelaskan oleh Pak Mul dalam Bahasa Jawa bahwa motornya mogok, akhirnya Mas X mau mengantarkan saya sampai bandara walau saya lihat mukanya setengah tidur ketika mengemudikan kendaraannya. Karena ojek daring tidak dapat masuk hingga bandara, akhirnya saya diantar hanya sampai perlintasan rel kereta.
Dan Mas X saya beri 2 kali harga normal karena telah membantu saya tepat waktu, serta untuk Pak Mul saya biarkan Gopay saya didebet walau tidak sampai tujuan, beliau baik banget karena awalnya hendak mengembalikan biaya perjalanan ke bandara, namun saya tolak. Mereka sudah banyak membantu saya.
Kemudian drama belum berakhir, saya lupa bahwa saya menggunakan pesawat AirAsia yang terbang dari Terminal B dan jaraknya 300 m dari depan pintu perlintasan kereta api, karena lumayan jauh kalau buru-buru maka saya berlari ke arah Terminal B, dan pas ditengah-tengah lari, kira2 di dekat pintu kedatangan domestik Terminal A, terparkir kendaraan ulang-alik atau shuttle untuk mengantar penumpang dari Terminal A (tempat Lion, Garuda, Batik, Citilink dll) ke Terminal B (Airasia, Sriwijaya, dan penerbangan internasional) dan sebaliknya , tentu saya datang kesana dengan harapan naik shuttle dan ditulisnya gratis.
Pertama saya basa-basi bertanya di mana Terminal B karena tidak enak mereka sedang asyik mengobrol, tapi bukannya ditawarkan shuttle malah disuruh jalan kaki dari Terminal A ke B padahal itu fasilitas dari Angkasa Pura 1 untuk mengantarkan penumpang. Akhirnya tanpa basa basi lagi saya bilang saya buru-buru dan butuh shuttle, konyolnya malah masih ditanya naik pesawat apa dan jam berapa Langsung saja saya semprot dengan bahasa Jawa kira-kira artinya penerbangan saya pukul 12.55 pake Airasia dan sekarang pukul 12.25 dan memang keburu kalau jalan kaki sejauh 250 meter?!
Kemudian saya disuruh menunggu di mobil golf (shuttle-nya menggunakan golf car bukan bus apalagi kalayang atau skytrain seperti di CGK karena bandaranya kecil) dan orangnya kemudian menghampiri ke mobil dan kemudian saya sambil disetirin ke terminal B, rasanya seperti penumpang VIP dan dilihatin orang karena saya sendiri yang naik di golf car tersebut hahaha.
Dan lucunya, pas dateng di gedung terminal, pesawat saya tidak lama kemudian langsung boarding dan para penumpang sudah mengantre di pintu keberangkatan HAHAHAHA karena jam sudah menunjukkan pukul 12.35 dan ternyata pesawatnya datang tepat waktu.
Untung saya sudah check-in dan memasukkan bagasi, dan syukurlah halangannya hanya tidak dapat tempat duduk sederet namun karena satu jam saja jadi tidak masalah, saya sih berharap sebelah saya cewek muda agar bisa ngobrol namun sayang yang datang memang cewek muda tetapi masih bocah, jadi ya mending tidur saja lah karena lelah setelah berlari.
Pengalaman hari itu sungguh mungkin sulit untuk dilupakan dan luar biasa mendebarkan, mungkin kalau difilmkan sangat menarik 😂😅😅
Sedikit mengutip lagu favorit saya:
Namun kotamu hadirkan senyummu abadi, ijinkanlah aku untuk s'lalu pulang lagi, bila hati mulai sepi tanpa terobati // KLa Project - Yogyakarta
Kalau pun itu kejadiannya di Surabaya atau di Bali pun saya tetap memilih lagu ini, bukan karena judulnya, tetapi karena liriknya bagus, tepat dan sangat pas didengar. Karena di sini banyak kenangan yang sudah berjalan baik manis maupun pahit, namun kebanyakan sih manis. Saya selalu merindukanmu Yogyakarta.
Saya tidak menyesali, kalau tidak begini malah tidak ada ceritanya dan terima kasih telah membaca catatan yang kurang penting ini. Bahkan ternyata saya masih terkena apes yang sama di perjalanan setelah ini ! Di Surakarta, Jakarta, bahkan Tokyo sekalipun.
Komentar
Posting Komentar