[Mid '18] Lombok-Bali : Nyaris Tidur di Jalanan Karena Keliru Perencanaan Kapal Feri di Tengah Malam


Jika Anda hendak bepergian backpacker menggunakan kapal feri dari Lembar ke Padang Bai di Bali, lebih baik berangkat pagi atau siang dan sampai sana masih sore hari dikarenakan lama perjalanan hampir lima jam, malah kalau perlu malam sekalian agar bisa bermalam di kapal karena beroperasi 24 jam, setidaknya sampai tujuan masih bisa dapat kendaraan umum menuju tengah-tengah Bali dan sebaliknya yang ongkosnya jauh lebih murah.


Dua pelabuhan tersebut jauh dari keramaian, jangan harap ada kendaraan online yang mau kesini dan kalaupun ada juga mungkin agak jarang (kalau di Lombok) karena zona merah. Saya tidak menemukan ulasan apapun tentang merananya kami waktu itu dikarenakan tidak ada bayangan tentang kedua tempat tersebut. Saran lebih lengkap saya tulis di akhir paragraf paling bawah.


Kisah ini dimulai dari.....

Kami berangkat dari bandara terlebih dahulu untuk mengantar Ila ke bandara karena harus terbang ke tempat asalnya karena keperluan sekolah, setelah mengantar kami pun menyempatkan diri untuk makan siang terlebih dahulu kemudian lanjut menuju pelabuhan Lembar dengan transportasi online yang kami bajak sebelumnya sehingga mau mengantarkan kami hingga kesana dan bisa dibilang jatuhnya ya sewa, aslinya mungkin tidak mau jika mengandalkan dari aplikasi.


Tips : mau ke beberapa tempat tetapi tidak mau sewa karena mahal dan tujuannya cuma tiga ? Pakai saja transportasi online yang resmi, pesan seperti biasa namun begitu naik kita tembak mau offline tidaknya tapi harganya dari tujuan A-B disesuaikan sama aplikasi.

Jadi tujuan pertama sampai akhir dengan aplikasi baru setelahnya offline. Biasanya pada mau karena tidak kena potongan. Malah saya tambah tip karena sempat ada menunggu sejam. Dikasih tip malah orangnya bingung dikira kelebihan.

Oke singkat cerita setelah menempuh jarak dari bandara kamipun tiba di Pelabuhan Lembar, dan waktu menunjukkan pukul 3 sore dan pas turun dari mobil kami dihadang calo-calo yang menawarkan tiket bus agak mahal ke Denpasar. Kami menolak.

Namun.. kalau tau keadaannya seperti itu pas tiba di Bali lebih baik pakai itu deh. Ceritanya nanti lanjut di bawah.

Akhirnya kami tetap langkah tegap maju walau calo berisiknya luar biasa padahal kami sudah mencoba menolak. Singkat cerita saya membeli tiket yang harganya cukup murah waktu itu Rp46rb an dan diberikan tiket seperti kartu e-toll yang nanti di tempel ke mesin.

Konyolnya, ketika kami mendatangi dermaga ternyata kami ketinggalan feri ke Padang Bai yang baru saja berangkat sehingga kami harus menunggu beberapa jam ke depan, dan kelemahan dari pelabuhan Lembar ini adalah minimnya papan petunjuk atau arah/destinasi keberangkatan sehingga kita harus bertanya ke orang-orang. (Pelabuhan Gilimanuk jauh lebih baik dan jelas petunjuk arahnya)



Kapal Ferry

Kapal yang kami naiki terlihat kapal yang sudah tua buatan Jepang, walau begitu kapalnya terlihat cukup besar dengan ruang duduk di dalamnya yang mempunyai kursi biasa di bagian depan dan lesehan di belakang, serta terdapat tempat penjualan cemilan dan minuman. hanya saja karena perawatannya kurang baik jadi terlihat lusuh dan kotor.

Ditambah dengan arus penumpang yang semakin banyak baik dari mobil pribadi, angkutan umum maupun orang sehingga kami harus duduk berdempet-dempetan, sudah gitu AC nya sama sekali tidak berfungsi ditambah jendela yang tidak bisa dibuka lebar sehingga rasanya mantap sekali.




Ruang Duduk

Ketika saya mendatangi tempat baru, yang selalu saya datangi pertama adalah toiletnya. Wah betul-betul tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata karena "kering dan harum" tapi sarkasme.



Kondisi Toilet

Kapal ini mempunyai beberapa lantai, terdiri dari lantai atas yang digunakan untuk ruang duduk di luar ruangan (outdoor) dan ruangan khusus awak kapal beserta mesin penggerak, lantai tengah untuk ruang tunggu indoor & outdoor serta toilet, serta lantai bawah digunakan untuk tempat kendaraan bersandar. Pemandangan di luar sungguh indah, tetapi anginnya kencang dapat membuat orang masuk angin.



Pemandangan dari kapal

Pemandangan dari kapal feri ini sungguh indah, terutama matahari terbenamnya benar-benar bagus dan mataharinya juga bulat sempurna karena cuaca yang cerah jadi tidak ada kabut, walaupun efek gelapnya kurang terasa namun menurut saya inilah salah satu senja terbaik yang pernah saya lihat.

Berikut adalah salah satu foto yang berhasil saya abadikan, modelnya adalah si teteh.



Sunset

Lama perjalanan hampir 5 jam, dan di sini lah letak petualangannya.

Hampir tengah malam, akhirnya kami pun tiba di Pelabuhan Padang Bai, kami dengan pedenya berjalan menjauh dari pelabuhan Lembar untuk mencari kendaraan online dan celakanya begitu lihat aplikasi sama sekali tidak ada mobil !


Kami mulai bingung, sampai mencari kemungkinan-kemungkinan cara agar bisa mencapai Ubud, sampai menelepon relasi-relasi dari masing-masing kami, teteh menelepon teman lamanya sewaktu di madrasah, Simbok menghubungi temannya yang tinggal di Denpasar namun hasilnya nihil karena terlalu jauh dari tempat mereka tinggal. Wajar sih.


Saya pun mencoba menelepon taksi terkemuka di Blue Bird untuk memesan taksi namun hasilnya nihil juga karena taksi tidak ada yang mau kesana karena terlalu jauh. Semakin bingung mana jalannya sangat sepi sekali.


Alhasil kami coba ke kantor polisi pelabuhan dan jawabannya tidak terlalu memuaskan, kami disuruh memakai jasa sewa mobil yang terletak di depan pelabuhan atau disuruh menginap di penginapan di sekitar penginapan, dari saran polisi tersebut, kami berjalan kaki sedikit menemukan salah satu toko yang masih buka yang menyediakan penginapan.


Awalnya kami mencoba bertanya harga penginapan di sana tapi harganya tergolong agak mahal, namun orang tersebut merekomendasikan untuk menyewa mobil saja ke Ubud dan secara harga memang sangat mahal karena menyentuh harga Rp450.000 karena alasannya sudah tengah malam. Dan mau tak mau kami menerima tawaran tersebut karena sayang juga hotel yang sudah dipesan. Mungkin kalau pagi atau siang harganya agak murah.


Kami diantar oleh dua orang laki-laki, satu yang mengemudikan mobil dan satunya navigator yang menemani karena tengah malam. Dan begitu saya lihat jalanan ternyata dari pelabuhan ke jalan raya amat jauh dan jalannya sepi parah karena lewat hutan kecil. Benar-benar tidak ada kehidupan, gelap gulita.


Mereka menyetir dengan sangat cepat, karena jalanan sepi dan tidak lama kami tiba di Ubud setengah jam dengan jarak puluhan kilometer. dan alhamdulillah kami tiba di penginapan kami yang sepi dan enaknya tidak perlu check-in, langsung masuk saja karena kunci ditaruh di luar. Setelah menaruh barang, kami hendak makan malam dan syukurlah masi nemu rumah makan yang buka di dekat penginapan walaupun tengah malam, padahal daerah Ubud sepinya luar biasa. Halal pula. Dan waktu itu sedang berlangsung semifinal piala dunia 2018.


Saran dari dolan.plesiran :

  • Lebih pagi naik kapal ferry lebih baik, kalau perlu bermalam saja sekalian di kapal ferry karena beroperasi 24 jam jadi sampai sana masih pagi dan lebih mudah mencari kendaraan umum dari pelabuhan ke terminal bus di Denpasar / turun kota terus lanjut dengan kendaraan umum/online.
  • Kalau tidak mau gambling, naik bus saja dari terminal ke terminal misal naik bus dari terminal bus di Lombok ke Denpasar terus sampai terminal di Denpasar baik Ubung atau Mengwi, lanjut kendaraan umum seperti TransSarbagita/ jalan dikit menjauhi terminal untuk sewa transportasi online. Dan sama-sama jangan kemaleman.
  • Mungkin ada yang merekomendasikan layanan ulang alik atau shuttle seperti mobil travel ke Kuta atau Denpasar yang tentu lebih murah, namun kenyataannya orang lokal agak susah jika menggunakan shuttle yang disediakan oleh salah satu agen travel dari Padang Bai, mereka hanya menerima orang asing, yang saya tahu dikarenakan kesepakatan dari angkutan umum di pelabuhan (ibarat transportasi online dengan angkutan umum yang dilarang dan hanya boleh menurunkan saja). Kalau tidak ketahuan ybs atau kucing-kucingan mungkin bisa (ibarat naik transportasi online di bandara). Semoga ke depannya sudah damai.
  • Jika lebih uang (bukan backpacker seperti kami yang kebetulan kepepet), sewa saja mobil sekali jalan seperti kami, kalau bisa nego tentu suatu keuntungan, kalo pagi atau siang pasti harganya lebih murah.

Dari cerita di atas, semoga pengalaman saya dapat berguna untuk pembaca.

Komentar