[Mid ’18] Lombok 4 : Islamic Centre / Masjid Raya Hubbul Wathan



Sebelum kami berangkat ke Bali, dan Ila pulang kembali ke kampung halamannya, maka kami menyempatkan diri dahulu untuk wisata religi sekaligus ke salah satu landmark utama di Lombok, yaitu Islamic Centre, atau nama resminya adalah Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Centre NTB.


Lombok terkenal dengan negeri seribu masjid, namun masjid yang satu ini benar-benar agung dan megah, dengan arsitektur mengadopsi khas lokal yang terlihat dari bentuk setengah lingkaran yang merupakan bentuk rumah adat khas suku Sasak Lombok, biasa ada di Sade, dengan ukiran yang menarik. Blogger lain tidak mengulas hal ini sayangnya.


Masjid ini dibuka pada tahun 2016, dan masih terawat. Di sini saya hanya menceritakan pengalaman saya dan kawan-kawan selama di sini, untuk info lengkapnya bisa lihat di web turis masing-masing, namun saya juga memberikan beberapa tips yang mungkin tidak ada di website turis.



Bentuk Masjid Menyerupai Rumah Adat Sasak


Sebelum memasuki area masjid, motor di parkir di samping halaman gedung masjid dan biasanya terdapat jajanan khas lokal seperti jajanan anak sekolah, kali ini saya dan rekan makan sejenis telur gulung tetapi ada campuran seperti sosis, rasanya seperti cimol dan menurut saya ini unik sekali.


Membeli Cemilan
Kami pun mencoba masuk ke dalam area masjid dan luar biasa besar sekali, dan indah serta megah, ditambah dengan mengadopsi gaya lokal dan tidak ke timur-tengahan banget namun tetap dengan pakem gaya Islam, sehingga saya langsung jatuh cinta dengan arsitektur gedung ini, setiap gedung dan menara ini kalau tidak salah mempunyai filosofinya.

Selain itu, koridor di area masjid ini cukup indah dan detail, kalau kata anak sekarang sih Instagrammable, tetapi benar-benar indah sekali, saya jatuh cinta dengan arsitekturnya yang cross-culture antara budaya lokal dan budaya Islam.


Arsitektur 


Setelah berjalan menyusuri koridor, ternyata kami bisa naik ke atas menara dengan tiket yang cukup murah, berkisar Rp10.000 saja bahkan kurang, dengan satu lift yang mirip Monas, kami pun naik ke atas menara walau liftnya sangat pelan, saya sempat wawancara sedikit kepada petugas lift kenapa lift sangat pelan padahal mereknya Otis generasi terbaru yang notabene biasa digunakan di gedung perkantoran.


Jawabannya simpel, pada awalnya lift ini memang didesain high-speed, tetapi banyak warga terutama warga lokal yang mengeluh pusing ketika naik lift, akhirnya lift disetel pelan. Dan benar saja, untuk naik ke menara yang tingginya 99 meter (sesuai Asmaul Husna) butuh waktu hingga 2 menit dan itu sangat lama, tulisannya sih sampai lantai 13 tetapi saya tidak yakin, asumsi tinggi menara digenapkan 100 meter : 4 meter/lantai, menurut saya menara ini setara dengan 25 tingkat gedung perkantoran.



Area Masjid Dari Atas

Jika memandang ke sudut jauh, maka pemandangan dari menara ini lumayan bagus, bisa melihat pulau Bali dari kejauhan serta pulau-pulau tetangga dari sini, terlihat hamparan yang luas horizon kota Mataram dan Pulau Lombok, namun pemandangan kota Mataramnya itu sendiri sih biasa saja karena bukan gedung-gedung seperti di Jakarta.

Jangan bayangkan seperti melihat pemandangan dari Menara BCA (Skye) atau Westin Jakarta (Henshin), tentu sangat berbeda sekali.


Kemudian, waktu berkunjung di atas pun habis, oleh karena itu kami ke bawah dan mencoba masuk ke gedung utama, dan sudah saya duga bangunan sebesar ini mana mungkin tidak ada lift, ternyata ada walau mati, begitupun dengan eskalatornya. Akhirnya kami mendaki ke atas menggunakan tangga yang cukup besar.


Ternyata masjid dalamnya sangat besar, walaupun menurut saya tidak se-wow eksterior tetapi tetap megah dan keren sekali, namun sayang waktu itu area masjid ditutup sehingga kami hanya bisa melihat dari luar saja.

Sedangkan di bawah ada bedug besar dan raksasa yang mungkin digunakan untuk panggilan sholat atau adzan.



Bedug dan Interior Masjid

Selain bentuk rumah adat Sasak, di dalam plafon bangunan juga terdapat Asmaul Husna, yang terukir dengan rapi, selain itu material bangunan menggunakan marmer sehingga kesan kemegahan semakin terasa indahnya. Saya salut dan hormat terhadap arsitek yang begitu detail merepresentasikan masjid yang indah begini, antara budaya lokal dengan budaya Islam yang dipadukan dengan filosofi serta makna yang terkandung dalam kitab suci ataupun hadist. SUPER.


Menurut dolan.plesiran, Anda wajib ke sini, selain objek penting di Mataram, juga hampir tidak bayar alias murah sekali, jadi tidak rugi.

Pesan : Kami datang kemari sebelum ada gempa besar, semoga keadaan masjid ini baik-baik saja.

Komentar