Air terjun Sendang Gile dan Tiu Kelep berada di kaki bukit gunung Rinjani, yang rutenya melewati Desa Senaru, rute yang biasa digunakan para pendaki yang hendak mendaki gunung Rinjani.
Kami berangkat mulai dari pagi dan menemukan proses kadang lebih menarik, kami melewati Lombok Tengah dan Pusuk yang banyak monyet hingga sawah-sawah yang menurut saya cukup indah. Dan masih sama perjalanan hari ini sangat jauh juga bahkan hampir 200 KM perjalanan.
Tiba di air terjun ini, kami mendapat parkir yang sangat luas yang dikelilingi dengan toko penjual cindermata di seberang pintu masuk. Kemudian kami mendatangi loket dan ternyata harga tiket masuknya tergolong murah, hanya sekitar Rp10.000 saja, kami melalui gerbang utama (bukan yang trekking).
Itupun untuk mencapai air terjun sangatlah menantang karena harus mendaki gunung lewati lembah (tangga dan jalan curam). Dan itu baru sampai air terjun Sendang Gile, ternyata ke Tiu Kelep lebih parah lagi jalanannya dan lebih jauh sehingga membutuhkan stamina yang prima, malah ada yang bilang harus melewati persawahan dan saluran irigasi, mantap.
Menurut saya, air terjun Sendang Gile lumayan tinggi, yang sepertinya air tersebut berasal dari Gunung Rinjani dan namun arus sungainya tidak terlalu deras sehingga bisa bermain-main di sungai walau hanya mencelupkan kaki, hanya saja begitu menyeburkan kaki ke dalam aliran sungai rasanya dingin karena airnya bersumber dari gunung. Saya lihat juga banyak orang luar negeri yang datang kemari terutama dari Hongkong dan Singapura. Karena menurut saya di sana tidak ada air terjun dan kalau adapun juga buatan.
Tampilan Air Terjun |
Untuk fasilitas yang terdapat di sini adalah musholla yang seadanya, toilet berbayar namun keadaannya kurang terawat dengan baik serta banyak anjing liar. Sehingga agak kurang nyaman bagi sebagian orang.
Air Terjun Sendang Gile |
Di sini juga terdapat warung yang menjual berbagai jenis makanan ringan dan minuman. Kami sengaja membeli tempe mendoan lalu ibu penjualnya baik sekali meminjamkan tikar untuk alas. Ibaratnya kita benar-benar piknik sambil menikmati suasana air terjun yang indah.
Namun suasana makan agak keganggu dengan banyaknya anjing liar yang mengincar makanan kami.
Lalu setelah puas makan dan berfoto-foto, kami menyudahi kunjungan di sini untuk melanjutkan perjalanan ke tempat berikutnya, ketika kita hendak naik ke parkiran ada anak kecil yang bilang "kak ke air mancur yang satunya lagi" namun kamipun menjawab tidak karena merasa sudah capai untuk naik dan turun dari/ke air terjun-parkir motor serta mengira air terjun yang tadi adalah Tiu Kelep.
Namun anak-anak yang bilang tadi benar bahwa air terjun "satu lagi" yang dimaksud adalah Tiu Kelep, di objek wisata ini kelemahannya adalah papan petunjuk yang tidak memadai (signage) sehingga tidak jelas arah dan objek wisata apa yang kami datangi. Bahkan untuk menunjukkan toilet pun juga papannya tidak sesuai standar. Serta jalan setapaknya jelek, padahal sudah ada promosi "Pesona Indonesia".
Sebenarnya sayang sudah sampai sini, namun artinya masih ada PR untuk kesini kalau begitu. Siapa tau kelak bisa berkunjung lagi kesini.
Naik dari air terjun ke parkiran, membutuhkan banyak tenaga dan pegalnya luar biasa. Untung masing-masing dari kami mempunyai latar belakang yang bisa dibilang tangguh, apalagi Simbok seorang pendaki gunung, teteh yang tangguh dalam segala medan perang dan Ila yang biasa jalan kaki keliling dunia dengan bundanya. Saya mah hanya pencari kedamaian cinta saja ciee...
Ulasan dari dolan.plesiran :
- Apakah layak dikunjungi, berapa lama kunjungannya ? Tentu, apalagi ke Tiu Kelep, pemandangannya juga alami dan bagus serta sejuk, namun sedikit agak turistik. Poin plusnya juga tersedia parkir dan toko penjual oleh-oleh di luar. Setidak-tidaknya minimal 2 jam baru ke Sendang Gile, kalau mau dua bisa sampai 3 jam bahkan lebih.
- Apakah orang tua dan anak-anak bisa kemari? Tidak bisa, agak susah membawa orang tua kemari karena medannya naik turun bukit, lebih mustahil membawa kereta dorong kemari. Apalagi ke Tiu Kelep.
- Apakah harganya masuk akal untuk backpacker? Tentu, murah sekali
- Apakah akses kemari sulit? Tidak, jika menggunakan kendaraan yang nyaman, namun iya jika tidak nyaman mengingat jaraknya hampir 100 KM dari pusat kota. Infrastruktur jalan cukup baik, tidak ada halangan atau rintangan. Bus bisa masuk dan parkir, apalagi mobil dan motor ? Namun ke objek wisatanya ya mesti jalan kaki.
- Turistik ? Tidak terlalu.
Masjid Kuno Bayan Beleq
Mungkin ketika pertama kali menginjakkan kaki kemari terlihat bangunannya standar dan sangat kuno, tetapi Masjid Bayan Beleq itu merupakan salah satu situs bersejarah di Lombok bahkan di Indonesia karena sudah ada dari abad ke-17, dulu Agama Islam pertama kali diperkenalkan di sini, serta bisa dibilang ini masjid yang pertama di pulau Lombok sehingga bangunannya memang terlihat kuno, namun mempunyai nilai sejarah.
Bangunan utama adalah masjid kuno dengan adanya bedug di dalamnya, struktur terbuat dari dinding bambu dengan pondasi dari batu, pintu masjid kuno ini sengaja dibuat pendek (seperti rumah adat Sasak) agar ketika masuk harus menunduk, katanya untuk menghormati. Namun kita tidak boleh masuk karena pintunya digembok, sepertinya kalau minta izin bisa dibuka asal keperluannya jelas.
Di lain bangunan juga terdapat makam-makam peninggalan zaman dahulu yang mungkin tokoh penting. Walaupun masjid, namun bukan berarti fungsinya adalah menjadi masjid seperti pada umumnya. Karena masjid ini kuno dan hanya memuat dalam jumlah terbatas, maka hanya pemuka agama dan orang tertentu saja yang boleh beribadah di dalam, orang biasa tidak boleh beribadah di dalam. tetapi Masjid Kuno Bayan juga terkadang dipakai namun hanya saat hari-hari besar tertentu seperti Lebaran yang itupun juga ada aturan yang berlaku namun saya kurang tahu detailnya.
Namun, saya menemukan sedikit hidden gems atau permata yang tersembunyi, di depan bangunan terdapat hamparan sawah yang hijau mirip dengan sawah di Ubud walau tidak berundak, namun ketika difoto suasananya berbeda seperti di Pulau Jawa
Fasilitas yang tersedia adalah toilet yang cukup bersih dan terawat, masjid yang bisa digunakan untuk ibadah, dan tiket masuknya sukarela dengan sumbangan dan isi buku tamu. Menarik bukan?
Fasilitas yang tersedia adalah toilet yang cukup bersih dan terawat, masjid yang bisa digunakan untuk ibadah, dan tiket masuknya sukarela dengan sumbangan dan isi buku tamu. Menarik bukan?
Ulasan dari dolan.plesiran :
- Apakah layak dikunjungi, berapa lama ? Tentu, kebetulan satu arah pulang dari Tiu Kelep, namun kalau bela-belain kemari ya agak berat juga karena jauh. 80 KM, sekadar berkunjung 30-60 menit masih bisa, asal ada tujuan yang kebetulan lewat kemari mungkin sepandan.
- Apakah orang tua dan anak-anak bisa kemari? Bisa, medannya tidak berat, hanya beberapa tangga berundak saja, bahkan sekadar foto dari bawah pun bisa. Paling jalan kaki tidak sampai 200 meter di objek ini bahkan bisa kurang.
- Apakah harganya masuk akal untuk backpacker? Tentu, sukarela, tergantung keikhlasan.
- Apakah akses kemari sulit? Tidak, jika menggunakan kendaraan yang nyaman, namun iya jika tidak nyaman mengingat jaraknya 80 KM dari pusat kota. Infrastruktur jalan cukup baik, jalan lebar, tidak ada halangan atau rintangan. Mobil bisa masuk, apalagi motor, parkir tersedia secara swadaya depan bus.
- Turistik? Orang jarang kemari
Nyasar Ketika Mau Ke Desa Bayan Beleq
Sebenarnya kami mau ke Desa Adat Bayan Beleq di Desa Gumantar yang sepertinya cukup bagus, namun karena Google Maps kami disasarin ke desa umum, alhasil gagal deh karena sudah membuang waktu, ternyata GPS nya error entah kemana dan lucunya kami cari secara manual di Google Maps tetapi titik yang ditunjukkan ya tempat kami nyasar tersebut.
Begitu kami bertanya kepada orang lokal di sana pun dijawab "ini desa Gumantar, tak ada lagi" sampai ngotot-ngototan karena kami merasa tidak ada bukti yang mendukung bahwa ini objek wisata, ternyata selidik punya selidik ternyata memang benar ini Desa Gumantar, tapi bukan Desa Adat Bayan Beleq / Gumantar yang memang dikhususkan untuk pariwisata seperti Desa Sade, tetapi ya desa biasa untuk orang tinggal.
Diperparah dengan bensin yang habis sama sekali karena perjalanan yang jauh, untung ada yang menjual bensin eceran di tengah desa, selamat.
Malu bertanya sesat di jalan, namun bertanya juga tersesat. Disebabkan kurangnya petunjuk arah atau signage yang menunjukkan tempat tersebut. Liat peta juga nyasar, memang belum jodoh siapa tau nanti bisa kembali lagi kemari.
Tips : Hati-hati GPS error titiknya meleset jauh, saya tidak tahu ini benar apa tidak, tetapi setelah saya cocokkan sepertinya koordinat ini yang benar (klik), jangan sampai pengalaman seperti saya
Akhirnya perjalanan mampir dahulu makan siang di sebuah tempat makan kecil yang rasanya ternyata enak, dan ke Bukit Malimbu tetapi sayang sudah senja dan berawan.
Akhirnya perjalanan mampir dahulu makan siang di sebuah tempat makan kecil yang rasanya ternyata enak, dan ke Bukit Malimbu tetapi sayang sudah senja dan berawan.
Komentar
Posting Komentar