[Mid '18] Lombok 2-2 : Bukit Merese, Mandalika, dan Nasi Balap Puyung


Setelah mengunjungi Desa Sade dalam cerita sebelumnya, kemudian perjalanan kami lanjut ke Bukit Merese yang berada di selatan pulau Lombok, kami mengejar waktu sebelum malam sampai sini karena takut gelap ketika pulang apalagi hotel kami jaraknya amat jauh dari sini.

Di internet, katanya Bukit Merese mempunyai pemandangan yang bagus ketika matahari terbenam ? Apa iya? Terus bagaimana aksesnya? Berikut adalah kisah dan ulasannya.


Akses jalan ke Bukit Merese ini bisa dibilang sangat bagus, karena infrastrukturnya benar-benar dibangun oleh pemerintah untuk mendukung proyek "Bali Baru" melalui ITDC (pengembang Nusa Dua) untuk menjadikan Mandalika sebagai proyek prestisius untuk perhotelan, perumahan dll sebanyak 1000 hektar lebih !


Namun yang menyedihkan adalah hamparan tanah kosong yang masih alami tersebut sudah dikavling dan ditulisi "Tanah ini milik ITDC", kealamian Lombok bagian selatan ku rasa beberapa tahun lagi akan sirna seperti Bali Nusa Dua yang isinya hanya hotel-hotel dan restoran. Terus alaminya di mana? Terus terang saya ada sedikit komentar tentang Bali akhir-akhir ini :


There is not paradise at all ! 

Foreigner come to Bali to see natural scenery and tranquil area, with local culture. 

Not a huge hotel or cafe even clubbing area. 
So what's the difference with the Hawaii? Bali is unique and different from rest of the world. 

Gue

Semoga pembangunan Mandalika tidak asal-asalan jadi tidak seperti Bali sekarang yang menurut wisatawan asing sudah hilang paradise nya.


Jalan raya disekitar Mandalika memang luas bahkan seluas ibu kota, sejauh mata memandang yang dilihat adalah tanah kosong dengan pagar yang 5 tahun lagi akan jadi resor megah. Bahkan saat ini ada proyek sirkuit berstandar internasional untuk Moto GP. Sebenernya bagus sih tapi lihat saja kedepannya lah.

Saya beruntung masih melihat tanah kosong tersebut yang menandakan Lombok masih asri dan terlihat 'surga' kealamiannya (paradise). Untuk saat ini Mandalika masih kosong tidak ada objek apa-apa namun masih alami, nanti kedepannya pasti akan jadi pusat pariwisata berkelas internasional.

Kiri-dan kanan sudah dipatok untuk menjadi proyek besar


Namun, karena proyek Mandalika masih separo-separo, jalan menuju pintu masuk Bukit Merese lagi-lagi jalan batu yang belum diaspal dan makin hancur karena banyak truk lewat (namun harusnya saat ini sudah baik).

Jalan yang digunakan untuk mendukung The Mandalika Kuta


Bukit Merese merupakan bukit yang agak tandus waktu kami kesana, dan ada pohon yang jadi objek di atas bukit kalau tidak salah namanya pohon galau. Objek yang ditawarkan di sini adalah melihat pemandangan dari atas, jadi pengunjung harus menanjak sedikit di jalan yang agak landai beberapa ratus meter, dan lagi-lagi objek ini agak kurang cocok untuk orang tua yang sudah sepuh dan kurang kuat menanjak, namun untuk anak muda tidak ada masalah. Sebelum masuk Bukit Merese terdapat pantai yang sepi dan mempunyai laut yang biru juga, hanya saya lupa namanya.


Kalau di Flores ada namanya Pulau Padar, kalau di sini namanya Bukit Merese walaupun berbeda tetapi ada suatu kemiripan yaitu sama-sama melihat pemandangan dari atas yang begitu indah dengan hamparan laut yang benar-benar masih biru dan bersih dan daratan yang tandus (agak jarang di Jawa) membuat hati ini tersentuh karena ciptaan-Nya yang begitu spektakuler dan indah, dan negeri ku yang juga indah. Namun, daratan yang hijau tersebut lama kelamaan akan jadi bangunan resor seiring pengembangan The Mandalika, jadi segeralah kemari kalau mau melihat pemandangan hamparan tanah yang luas, sebelum tidak alami lagi.


Menurut saya, walau orang pada nyebut "sunset hills" namun pada kenyataannya tempat ini bukan tempat untuk lihat sunset karena bukit ini menghadap ke arah selatan, sedangkan matahari terbenam saja di sebelah barat, jadi masuk akal jika menurut saya tempat ini bukan tempat yang bagus untuk melihat matahari terbenam. Dan benar saja, mataharinya pun sama sekali tidak terlihat karena tertutup bukit-bukit di Kuta (Mandalika). Kalau mau bagus di Senggigi / Malimbu yang memang langsung menghadap ke barat.


Hanya saja, tempat ini memang terlihat bagus kalau pas terang, pas matahari mulai terbenam pun juga terlihat lebih dramatis suasananya tetapi jangan harap bisa melihat wujud matahari yang terbenam di laut, di sini hanya bisa mendapat suasana nya saja. Lebih cakep jika fotonya menggunakan kamera fokus HDR.



Pemandangan Bukit Merese


Begitu balik dari sini menuju mencari makan malam nasi balap yang terkenal di daerah bandara, benar saja, setelah daerah Mandalika pencahayaan lampu di jalan raya sangat minim dan tergolong gelap, hanya terang di beberapa lokasi tertentu, jadi harus hati-hati dan selalu waspada

Syukurlah, jalan besar seperti akses Bandara Internasional Lombok hingga kota Mataram cukup terang, apalagi di jalan raya bypass nya.


Jalan di Lombok

Kemudian, kami makan malam nasi balap puyung di restoran Cahaya, dekat bandara, salah satu kuliner yang cukup terkenal di Pulau Lombok yang konon katanya artis bahkan pejabat pun suka makan di sini, kami mencoba memesan nasi balap ternyata porsinya mungil sekali ibarat sego kucing kalau di Jawa, namun harganya sungguh murah karena hanya belasan ribu saja kalau tidak salah.

Saya memesan nasi balap puyung dengan ayam kampung goreng, yang disediakan dengan ikan teri dan kacang, serta kami sepakat untuk menambah sayur plencing dengan saus bumbu kacang, rasanya ya memang agak gurih tetapi bumbunya kurang kuat, ya mungkin memang karakteristik lokal nasi balap puyung seperti ini?







Setidaknya, kami sudah berhasil mencoba salah satu makanan lokal khas Lombok yaitu nasi balap puyung yang harus dicoba ketika kemari, agar tahu bahwa Lombok punya banyak masakan khas, jangan sampai kita pergi ke daerah yang dituju tiba-tiba bukannya makan khas lokal (seperti ayam betutu atau nasi balap) makan gelato atau fast-food dengan dalil kekinian dan tren, sama sekali tidak ada gunanya. Gw juga ogah kalo tren tapi kagak ada bedanya sama di Jakarta. Sia-sia belaka.

Sekian perjalanan untuk hari ini, besok masih lanjut jauhnya...

Komentar